Rabu, 25 Juni 2014

Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama islam



BAB I. PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang


Dewasa ini persoalan pendidikan, banyaknya pelajar yang mengalami kesulitan belajar yang ditunjukkan oleh kurangnya motivasi belajar dan rendahnya perolehan hasil belajar. Banyak siswa yang mengeluh dan bosan dengan metode pembelajaran yang dipakai dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan pembelajaran dirasakan monoton dan hal ini berlangsung dalam waktu yang lama. Pembelajaran bersifat kompleks artinya tidak hanya guru yang terlibat aktif dalam pembelajaran melainkan siswa dan guru. Guru dituntut untuk mengembangkan keahlian yang dimiliki dan menyalurkannya kepada siswa. Untuk itu guru perlu mengadakan inovasi pembelajaran guna mengoptimalkan kemampuan siswa dan supaya tidak bosan.
Salah satu dari banyak fakta bahwa seorang guru secara tidak langsung memandang anak didik sebagai seorang individu yang belum dewasa, memiliki pengetahuan dan keterampilan. Jadi, dalam proses interaksi antara guru-murid, anak didik merupakan obyek. Sedangkan guru merupakan sumber ilmu dan keterampilan, dimana kehadirannya di muka kelas merupakan suatu kondisi mutlak yang harus ada agar proses belajar mengajar berlangsung. Karena guru memegang peran yang penting dalam proses interaksi tersebut, maka guru harus dihormati dan dipatuhi.
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif yang diwarnai adanya interaksi yang terjadi antara guru dan anak didik, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang tertentu yang telah sebelum peengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajaran secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran. (Syaful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2006 : 1).
Proses belajar mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang diorganisasi lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan belajar terarah sesuai dengan tujuan pendidikan. Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang menantang dan merangsang para siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan serta dapat mencapai tujuan yang diharapkan. (Syaful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2006 : 29).  
Bagaimanapun juga tenaga pendidikan dan juga semua komponen yang ada didalam lingkungan pendidikan haruslah memperhatikan semangat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran sehingga dalam pembelajaran peserta didik dapat mengikuti pembelajaran dengan semaksimal mungkin. Merosostnya moral, munculnya tindakan anarkis dan mengutamakan atau menunjolkan sikap egoisme yang menonjol serta kurang rasa toleransi sesama manusia yang merupakan Mahluk Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Ini menandakan fenomena pembelajaran yang kurang mengena terhadap aspek perubahan tingkah laku yang diharapakan kearah yang lebih baik. Sehingga pemberian pendidikan Pancasila disetiap instansi pendidikan memberikan suatu manfaat terhadap perkembangan atau perubahan pada aspek kepribadian manusia.
Berbagai fenomena yang terjadi dimasyarakat dan dilapangan sehingga pendidikan dan pembelajaran tidak harus diterima didunia pendidikan yang bersifat formal akan tetapi pendidikan dan pembelajaran dapat dilaksanakan di luar sekolah yaitu: didalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Hal ini dilakukan gunakan membantu dan sekolah untuk dapat mencapai dari tujuan dan pembelajaran yaitu tidak hanya cerdas didalam intelektualnya tetapi juga menumbuhkan rasa pancasilais yang ada didalam diri umat manusia.
Pembahasan dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana tugas dan peran serta fungsi guru sebagai tenaga pendidik dan pengajar dimana harus dapat membangkitkan minat serta motivasi belajar siswa. Suatu inovasi dalam pendidikan sangat diperlukan serta kreatifitas guru sangat mendukung keberhasilan belajar.

Melihat fenomena yang terjadi sehingga menjadi paradigma belajar siswa yang terfokus hanya mendapatkan nilai kuantitatif yang baik saja, karena apabila dilihat hakikat belajar bukan hanya nilai kuantitatif tetapi nilai kualitatif harus dapat berubah menjadi lebih baik. Sehingga dalam penulisan makalah ini telah melakukan observasi terhadap sekolah tingkat menengah dengan mengelola pembelajaran dengan memulai sebuah kuis “pre test” dengan umpan balik sebuah penghargaan nilai terhadap siswa yang menjawab dengan benar. Makalah ini membahas inovasi tersebut diberi nama/ judul “ KUIS EDUKATIF INTERAKTIF PENDIDIKAN AGAMA ISLAM”

B.            Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penulisan makalah :
1.             Apa yang dimaksud dengan inovasi dalam pendidikan?
2.             Apa yang menjadi tugas , peran dan fungsi guru dalam pembelajaran?
3.             Apa yang menjadi fenomena belajar peserta didik sekarang?
4.             Bagaimana pengaruh kompetensi seorang guru dalam menggunakan serta mengelola bahan ajar?
5.             Apa yang menjadi sebuah inovasi dengan judul “Kuis Edukatif Pendidikan Agama Islam” dalam pembelajaran disekolah?

C.           Tujuan

Tujuan dalam penulisan makalah ini berdasarkan dari rumusan masalah di atas adalah :
1.             Mengetahui yang dimaksud dengan inovasi dalam pendidikan?
2.             Mengetahui tugas , peran dan fungsi guru dalam pembelajaran?
3.             Mengetahui fenomena belajar peserta didik sekarang?
4.             Mengetahui pengaruh kompetensi seorang guru dalam menggunakan serta mengelola bahan ajar
5.             sebuah inovasi dengan judul “Kuis Edukatif Pendidikan Agama Islam” dalam pembelajaran disekolah?

BAB II.  INOVASI PENDIDIKAN, PERAN DAN FUNGSI GURU SERTA FENOMENA PEMBELAJARAN

A.           Pengertian Inovasi

Inovasi berasal dari bahasa Inggris : “Innovation” yang artinya sesuatu yang baru atau pembaharuan (S. Wojowasito, 1972; Santoso S. Hamijoyo, 1996). Inovasi kadang pula diartikan sebagai penemuan, namun berbeda maknanya dengan penemuan dalam arti discovery atau invention (invensi). Discovery mempunyai makna penemuan sesuatu yang sebenarnya sesuatu itu telah ada sebelumnya, tetapi belum diketahui. Sedangkan invensi adalah penemuan yang benar-benar baru sebagai hasil kegiatan atau kreasi manusia. Inovasi adalah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang, baik hasil discovery atau invension. Berikut definisi inovasi dari berbagai sumber.
1.             Inovasi adalah pemasukan hal-hal yg baru; pembaruan. (Kamus Bahasa Indonesia: 2008)
2.             Kata innovation yang seringkali diterjemahkan sebagai pembaharuan selalu dirangkai dengan penemuan (invention). Inovasi merupakan hasil penemuan baru akibat adanya perubahan. Dalam bahasa Indonesia telah diserap sebagai istilah indonesia ‘inovasi’ yang dimaknakan sebagai suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau bagi masyarakat luas. (Supriyanto, 2007: 1)
3.             Inovasi adalah memperkenalkan ide baru, barang baru, pelayanan baru dan cara-cara baru yang lebih bermanfaat. Inovasi atau innovation berasal dari kata to innovate yang mempunyai arti membuat perubahan atau memperkenalkan sesuatu yang baru.
4.             Menurut Rasli inovasi adalah perkataan yang berasal daripada bahasa Latin ‘innovare’ yang bermaksud memperbaharui atau meminda. Setiap perniagaan mesti melalui proses inovasi dari semasa ke semasa untuk menjamin kesinambungan operasinya. Proses inovasi adalah satu proses yang berterusan bagi memastikan perusahaan akan dapat meneruskan persaingan dalam pasaran. Menurut Hussin inovasi bisa dirumuskan sebagai satu proses penambahbaikan kepada pengeluaran sesuatu produk atau peningkatan sesuatu perkhidmatan, dengan menggunakan idea-idea baru. Perubahan ini bagi memenuhi kehendak dan tuntutan pelanggan serta meningkatkan keuntungan sesebuah organisasi. (Saputra: 2009)

B.            Inovasi Pendidikan

Bila kita melihat seperti yang disebutkan pada Bab I mengenai persoalan serta tantangan yang dihadapi dalam dunia pendidikan, baik yang datang dari luar maupun dalam dalam sistem pendidikan itu sendiri, dapat diuraikan sebagai berikut :
1.             Bertambah jumlah penduduk yang pesat sekaligus bertambahnya keinginan masyarakat mendapat pendidikan, maka sarana pendidikan juga dituntut untuk bisa memadai.
2.             Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat, maka pendidikan harus bisa mengikuti perkembangan ilmu teknologi tersebut dan konsep long life education dituntut untuk bisa diterapkan.
3.             Berkembang teknologi memudahkan manusia untuk memanfaatkannya, tetapi seringkali pengaruh negatif secara tidak langsung berdampak pada peranan sifat manusia.
4.             Sumber belajar yang terbatas kalaupun ada belum dimanfaatkan secara efektif dan efesien.
5.             Sistem pendidikan yang masih lemah, kurikulum belum serasi, relevan, suasana belum menarik dan sebagainya.
6.             Pengelolaan pendidikan belum mekar dan mantap.
7.             Penguasaan dan kompetensi guru dalam penguasaan keterampilan dalam pemanfaatan teknologi yang ada.
Kesemuanya tantangan tersebut memerlukan sebuah pendekatan baru, dan salah satunya dengan melalui inovasi dalam pendidikan. Inovasi pendidikan  adalah suatu perubahan yang baru. Definisi inovasi pendidikan dapat diartikan sebagai berikut :
1.             “Baru”  dalam inovasi dapat diartikan apa saja yang belum dipahami, diterima, atau dilaksanakan oleh penerima inovasi, meskipun bukan baru bagi orang lain.
2.             “Kualitatif” berarti inovasi itu memungkinkan adanya reorganisasi atau pengaturan kembali unsur – unsur dalam pendidikan.
3.             “Hal” yang dimaksud meliputi semua komponen dan aspek dalam subsistem pendidikan.
4.             “Kesengajaan” merupakan unsur perkembangan baru dalam pemikiran para pendidik dewasa ini.
5.             “Meningkatkan kemampuan” mengandung arti bahwa tujuan utama inovasi ialah kemampuan sumber – sumber tenaga, uang dan sarana, termasuk struktur dan prosedur organisasi.
6.             “Tujuan” yang harus direncanakan dirinci dengan jelas tentang sasaran dan hasil – hasil yang ingin dicapai, yang sedapat mungkin dapat diukur untuk mengetahui perbedaan antara keadaan sesudah dan sebelum inovasi dilaksanakan.
Kesimpulan dari pengertian di atas adalah usaha mengadakan perubahan dengan tujuan untuk memperoleh hal yang lebih baik dalam bidang pendidikan.



Tujuan Inovasi Pendidikan

Ada banyak tujuan inovasi tergantung permasalahan yang dihadapi masing-masing inovator. Secara umum tujuan inovasi antara lain adalah :
1.             Meningkatkan kualitas;
2.             Menciptakan pasar baru;
3.             Memperluas jangkauan produk;
4.             Mengurangi biaya tenaga kerja;
5.             Meningkatkan proses produksi;
6.             Mengurangi bahan baku;
7.             Mengurangi kerusakan lingkungan;
8.             Mengganti produk atau pelayanan;
9.             Mengurangi konsumsi energi;
10.         Menyesuaikan diri dengan undang-undang.

Tujuan dilakukannya inovasi pendidikan terutama adalah untuk meningkatkan efesiensi, relevansi, kualitas dan efektivitas pendidikan, seperti sarana dan prasarana serta jumlah peserta didik sebanyak-banyaknya dengan hasil pendidikan sebesar-besarnya (menuntut kriteria kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan pembangunan), dengan menggunakan sumber, tenaga, uang, alat dan waktu dalam jumlah yang sekecil-kecilnya.
Arah tujuan inovasi pendidikan Indonesia tahap demi tahap adalah sebagai berikut (Sutarno dan Fatmawati. 2009) :
1.             Mengejar ketinggalan-ketinggalan yang dihasilkan oleh kemajuan-kemajuan ilmu dan teknologi sehingga makin lama pendidikan Indonesia makin berjalan sejajar dengan kemajuan-kemajuan tersebut.
2.             Mengusahakan terselenggaranya pendidikan sekolah maupun luar sekolah bagi setiap warga Negara. Misalnya meningkatkan daya tampung sekolah SD,SLTP,SLTA, dan perguruan tinggi.


Karakteristik Inovasi

Adapun karakteristik atau ciri-ciri suatu inovasi, Everet M. Rogers (1993:14-16) mengemukakan sebagai berikut :
1.             Keuntungan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya. Tingkat keuntungan atau kemanfatan suatu inovasi dapat diukur berdasarkan nilai ekonominya atau dari faktor sosial, kesenangan, kepuasan, atau karena mempunyai komponen yang sangat penting. Makin menguntungkan bagi penerima makin cepat tersebarnya inovasi.
2.             Kompatibel, yaitu tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai, pengalaman lalu dan kebutuhan dari penerima. Inovasi yang tidaksesuai dengan nilai atau norma yang diyakini oleh penerima tidak akan diterima secepat inovasi yang sesuai dengan norma yang ada di masyarakat. Misalnya penyebarluasan penggunaan alat kontrasepsi di masyarakat yang keyakinan agamanya melarang penggunaan alat tersebut maka tentu saja penyebaran inovasi akan terhambat.
3.             Kompleksitas, yaitu tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penerimanya.
4.             Triabilitas, yaitu dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima. Misalnya, penyebaranluasan penggunaan bibit unggul padi gogo akan cepat diterima oleh masyarakat jira masyarakat daapt mencoba dulu untuk menanam dan dapat melihat hasilnya.
5.             Dapat diambil (observabilitas), yaitu mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi. Misalnya, mengajak para petani yang tidak dapat membaca da menulis untuk relajar mambaca dan menulis tidakakan segera diikuti oleh para petani karena para petani tidak cepat melihat hasilnya secara nyata

C.           Tugas, Peran dan Fungsi Guru

Tugas guru

Sebagai seorang pendidik yang memahami fungsi dan tugasnya, guru khususnya ia dibekali dengan berbagai ilmu keguruan sebagai dasar, disertai pula dengan seperangkat latihan keterampilan keguruan dan pada kondisi itu pula ia belajar memersosialisasikan sikap keguruan yang diperlukannya. Menurut Rostiyah (dalam Djamarah, 2000 : 36) mengemukakan bahwa fungsi dan tugas guru profesional adalah : Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian, kecakapan dan pengalaman-pengalaman Membentuk kepribadian anak yang harmonis sesuai cita-cita dan dasar negara kita Pancasila Menyiapkan anak menjadi warga negara yang baik. Guru sebagai perantara dalam belajar, guru adalah sebagai pembimbing untuk membawa anak didik ke arah kedewasaan.
Guru memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk pengabdian. Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan dan bidang kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup dan kehidupan. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan adalah memposisikan dirinya sebagai orang tua ke dua. Dimana ia harus menarik simpati dan menjadi idola para siswanya. Adapun yang diberikan atau disampaikan guru hendaklah dapat memotivasi hidupnya terutama dalam belajar. Bila seorang guru berlaku kurang menarik, maka kegagalan awal akan tertanam dalam diri siswa.


Peran guru

1.             Dalam Proses belajar mengajar
Peran guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal seperti sebagai pengajar, manajer kelas, supervisor, motivator, konsuler, eksplorator, dsb. Yang akan dikemukakan disini adalah peran yang dianggap paling dominan dan klasifikasi guru sebagai:
a.              Demonstrator
b.             Manajer/pengelola kelas
c.              Mediator/fasilitator
d.             Evaluator


2.             Dalam Pengadministrasian
Dalam hubungannya dengan kegiatan pengadministrasian, seorang guru dapat berperan sebagai:
a.              Pengambil insiatif, pengarah dan penilai kegiatan pendidikan
b.             Wakil masyarakat
c.              Ahli dalam bidang mata pelajaran
d.             Penegak disiplin
e.              Pelaksana administrasi pendidikan

3.             Sebagai Pribadi
Sebagai dirinya sendiri guru harus berperan sebagai:
a.              Petugas sosial
b.             Pelajar dan ilmuwan
c.              Orang tua
d.             Teladan
e.              Pengaman




4.             Secara Psikologis
Peran guru secara psikologis adalah:
a.              Ahli psikologi pendidikan
b.             Relationship
c.              Catalytic/pembaharu
d.             Ahli psikologi perkembangan


Fungsi Guru

Fungsi guru dalam kelas bukan mengajari namun kehadiran guru membuat siswa belajar sehingga fungsi guru tidak mengajar namun lebih pada empat fungsi yang harus difahami oleh guru yaitu :
1.             Menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, kereatif, menciptakan berbagai kiat dan model penyampaian materi pembelajaran, membuat suasana pembelajaran menjadi menarik.
2.             Membangkitkan motivasi para siswa agar lebih aktif dan giat dalam belajar.
3.             Membimbing dan memberikan kemudahan bagi siswa dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi berkualitas.
4.             Memimpin pembelajaran, juga sebagai tempat bertanya bagi para siswa.
Dengan guru melaksanakan fungsinya seperti ini akan mendorong siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Keaktifan siswa tersebut akan meningkatkan mutu pendidikan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan. Siswa diajak dan ditekankan kepada learning how to learn. Pemahaman ini akan sangat mendorong para siswa terus mencari ilmu pengetahuan sehingga dapat terbentuk long life learning.

Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada siswa, tetapi harus menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar kepada seluruh siswa, agar mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka. Untuk kepentingan tersebut perlu dikondisikan lingkungan belajar yang kondusif dan menantang rasa ingin tahu siswa, sehingga proses pembelajaranakan berlangsung secara efektif.
Guru sebagai fasilitator sedikitnya harus memiliki tujuh sikap sebagai berikut :
1.             Tidak berlebihan mempertahankan pendapat dan keyakinannya atau kurang terbuka.
2.             Dapat lebih mendengarkan siswa terutama tentang aspirasi dan perasaannya.
3.             Mau dan mampu menerima ide siswa yang ionovatif dan kereatif, bahkan yang sulit sekalipun.
4.             Lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan siswa seperti halnya terhadap bahan pelajaran.
5.             Dapat menerima balikan baik yang sifatnya positif maupun nagtif dan menerimanya sebagai pandangan yang konstruktif terhadap diri dan prilakunya.
6.             Toleransi terhadap kesalahan yang diperbuat siswa selama proses pembelajaran dan
7.             Menghargai siswa meskipun biasanya mereka sudah tahu prestasi yang dicapainya.
Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, karena siswa akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Oleh karena itu untuk meningkatkan kualitas pembelajar guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Sebagai motivator, maka fungsi guru adalah memberikan surport kepada siswa-siswa agar belajar dengan sungguh-sungguh demi masa depannya. Guru memberikan penguat baik yang bersifat positif (Positive Reinforcement) maupun yang bersifat negatif (Negative Reinforcement). Baik berupa pemberian pujian dan hadiah terhadap siswa. Siswa yang berperestasi baik diberikan hadiah sebagai penghargaan atas usahanya. Sedangkan siswa yang berprilaku baik diberikan pujian, sehingga dengan demikian pada diri siswa tertanam nilai prilaku untuk berbuat baik.
Penguat negatif berupa hukuman (Punishment) ataupun pembatalan terhadap sesuatu yang telah diberikan ( Ekstention). bilamana  siswa melakukan prilaku-prilaku yang menyimpang dalam belajar seperti menyontek, tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru, maka guru perlu memberikan hukuman agar prilaku itu tidak diulangi lagi. Sedangkan pembantalan adalah penarikan kembali suatu penghargaan atau keputusan yang telah diberikan kepada siswa karena mengetahui apa yang dilakukan siswa tersebut ternyata  tidak benar.
Sebagai pemicu guru harus mampu melipat gandakan potensi siswa dan mengembangkannya sesuai dengan aspirasi dan cita-cita mereka di masa yang akan datang. Hal ini sangat penting karena guru sangat berperan dalam membantu perkembangan siswa untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal.
Dalam mengembangkan potensi dan kemampuan siswa dalam kegiatan belajar mengajar melalui penyampaian materi pelajaran, guru harus mampu menyampaikan materi pelajaran secara jelas dan dapat difahami siswa.Untuk itu terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan guru pembelajaran sebagai berikut:
1.             Membuat ilustrasi : pada dasarnya ilustrasi menghubungkan sesuatu yang sedang dipelajari siswa dengan sesuatu yang telah diketahuinya, dan pada waktu yang sama memberikan tambahan pengalaman kepada mereka.
2.             Mendifinisikan : meletakan sesuatu yang dipelajari secara jelas dan sederhana, dengan menggunakan latihan dan pengalaman serta pengertian yang dimiliki siswa.
3.             Menganalisa : membahas masalah yang telah dipelajari bagian demi bagian.
4.             Mensentisis : mengembalikan bagian-bagian yang telah dibahas ke dalam suatu konsep yang utuh sehingga memiliki arti, hubungan bagian yang satu dengan yang lain nampak jelas, dan setiap maslah itu tetap berhubungan dengan kseluruhan yang lebih besar.
5.             Bertanya : mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan tajam agar pa yang dipelajari menjadi lebih jelas.
6.             Merespon : mereaksi dan menanggapi pertanyaan siswa. Pembelajaran akan lebih efektif, jika guru dapat merespon setiap pertanyaan siswa.
7.             Mendengarkan : memahami siswa, dan berusaha menyederhanakan setiap masalah, serta membuat  kesulitan nampak jelas baik bagi guru mayupun siswa.
8.             Menciptakan kepercayaan : siswa akan memberikan kepercayaan terhadap keberhasilan guru dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi dasar.
9.             Memberikan pandangan yang bervariasi : melihat bahan yang dipelajari dari berbagai sudut pandang dan melihat masalah dalam kobinasi yang bervariasi.
10.         Menyediakan media untuk mengkaji materi standar : memberikan pengalaman yang bervariasi melalui media pembelajaran dan sumber belajar yang berhubungan dengan materi standar.
11.         Menyesuaikan metode pembelajaran : menyesuaikan metode pembelajaran dengan kemampuan dan tingkat perkembangan siswa serta mengubungkan materi baru dengan sesuatu yang telah diketahui oleh siswa.
Sebagai pemberi inspirasi belajar, guru harus mampu memerankan diri dan memberikan inspirasi bagi siswa, sehingga kegiatan belajar dan pembelajaran dapat membangkitkan berbagai pemikiran, gagasan dan ide – ide  baru. Sebagai pemberi inspirasi, guru dapat memerankan diri sebagai pembawa cerita. Dengan cerita-cerita yang menarik diharapkan dapat membangkitkan berbagai inspirasii siswa.
Guru sebagai pengawas maka fungsi guru adalah mengontrol prilaku-prilaku siswa agar tidak menyimpang dari aturan aturan dalam belajar atau sekolah. Bilamana prilaku siswa menyimpang dari aturan-aturan sekolah maka siswa tersebut perlu diberikan nasehat-nasehat dan arahan-arahan agar tidak melakukan hal seperti itu lagi. Sebagai contoh misalnya siswa sering tidak masuk sekolah,tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru, maka siswa tersebut perlu dipanggil dan ditanyakan sebab-sebabnya selanjutnya diarahkan agar tidak melakukan perbuatan seperti itu lagi, sehingga dengan demikian siswa diharapkan kembali pada proses pembelajar yang benar.
Guru sebagai evaluator, maka fungsi guru adalah menilai perkembangan hasil belajar siswa. Guru karena tanggung jawabnya berkewajiban untuk  mengetahui perkembangan belajar  siswa melalui proses penilaian, sehingga siswa yang belum berhasil, perlu dibantu dan dicari  cara-cata yang tepat dalam mengatasi kesulitan belajarnya sehingga hasil belajar mereka meningkat. Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa bisa berasal dari kemampuan akademiknya seperti lamban dalam menangkap pelajaran, dan bisa juga berasal dari cara-cara mengajar guru yang kurang profesional.
Hasil belajar siswa rendah mungkin disebabkan strategi dan metode mengajar guru yang kurang tepat. Guru dalam mengajar tidak memberikan contoh-contoh yang kongrit  yang mudah difahami oleh siswa misalnya contoh yang berasal dari kehidupan siswa sehari-hari. Guru mengajar tidak menggunakan alat peraga atau media yang tidak sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan.  Guru tidak memberikan latihan atau pekerjaan rumah kepada siswa baik dalam bentuk tugas individual maupun tugas kelompok untuk mendorong siswa belajar mendalami materi pelajaran  yang sudah disampaikan oleh guru di kelas. Guru bisa mengevaluasi ketidak berhasilan siswa dalam belajar melalui kegagalannya dalam menerapkan startegi dan metode mengajar dikelas melalui proses indentifikasi masalah yang dirasakan oleh guru melalui refleksi diri sepanjang proses pembelajaran yang dilakukannya di kelas.
Berdasarkan evaluasi diri ini guru dapat memperbaiki  program pembelajaran yang dirancangnya dan menerapkannya dalam proses pembelajaran di kelas. Guru dapat melakukan evaluasi kemball apakah program pembelajaran yang sudah diperbaikinya dan dilaksanakannya di kelas itu telah berhasil, melalui hasil evaluasinya terhadap kemajuan belajar siswa.Bilamana guru mampu menjalankan fungsinya, sebagaimana diuraikan di atas, maka dapatlah diharapkan bahwa proses pendidikan yang dilakukan oleh guru di sekolah akan mampu menghasilkan siswa-siswa yang berprestasi,  educated dan bermoral

D.           Fenomena dalam Pembelajaran.

Kegiatan belajar peserta didik adalah hal yang rumit atau kompleks. Efektifitas belajar tergantung dari apa yang disebut dengan faktor – faktor yang mempengaruhi peserta didik dalam belajar. Semua itu harus dapat di atasi, jika peserta didik tidak dapat mengatasi masalahnya, maka ia tidak belajar dengan baik. Faktor intern yang dialami dan dihayati oleh siswa yang berpengaruh pada proses belajar sebagai berikut:
a.      Kurangnya  motivasi belajar peserta didik.
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi belajar pada diri siswa dapat melemah, lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melehkan motivasi belajar. Selanjutnya mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus. Agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat, pada tempatnya diciptakan suasana belajar yang menggembirakan ( Dimyanti dan Mudjono, 2009 : 239 ).


Variasi didalam penyampaian bahan ajar sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar karena, dalam situasi belajar kita sebagai tenaga pendidik mengetahui bagaimana karakteristik peserta didik kita yang berbeda-beda. Setiap  materi tidak dapat disampaikan dengan satu metode saja, tetapi kita juga harus bisa menggunakan metode lain dengan menggunakan media sebagai alat untuk dapat menyampaikan materi ajar yang tidak bisa disamapaikan dengan ceramah, bahkan kita juga bisa menggunakan metode lain yaitu: diskusi atau tanya jawab, karya wisata dan masih banyak lainnya, yang dapat membangkitkan motivasi belajar sisiwa.
Berdasarkan terori motivasi Menurut McDonald (dalam Hamalik 1992 : 173) motivasi adalah suatu perbuatan energi di dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan (afektif) dan reaksi untuk mencapai tujuan, yang mencakup tiga unsur penting yaitu:
1.             Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan-perubahan dalam motivasi timbul dari perubahan-perubahan tertentu dalam sistem neurofisiologis dalam organisme manusia, misalnya adanya perubahan dalam sistem pencernaan akan menimbulkan motif lapar. Akan tetapi, ada juga perubahan energi yang tidak di ketahui.
2.             Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/feeling, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
3.             Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi mengadakan respons-respons yang tertuju kearah suatu tujuan.
Perubahan energi dalam diri seseorang itu terbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan untuk mencapainya.  Dalam proses balajar dan mengajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya (Djamarah, 2008; 148).
b.             Kurangnya keaktifan dalam belajar.
Para guru memberikan kesempatan dalam belajar kepada para siswa memberikan peluang dilaksanakannya implikasi prinsip keaktifan bagi guru secara optimal. Peran guru mengorganisasikan kesempatan belajar bagi masing-masing siswa berarti mengubah peran guru dari bersifat didaktis menjadi lebih bersifat mengindividualis yaitu menjamin bahwa setiap siswa memperoleh pengetahuan dan ketrampilan didalam kondisi yang ada Sten, 1998 : 224 ( dalam Dimyati dan Mudjono, 2009 : 62).  Keaktifan peserta didik pada saat proses belajar mengajar adalah hal yang utama yang harus dibangkitkan didalam diri setiap peserta. Hal ini dapat dilakukan oleh guru yaitu dengan cara memberikan sesuatu yang lebih bersifat individu sehngga masing – masing individu mampu mengembangkan semangat dan keaktifaannya pada saat proses belajar mengajar.
c.              Merosotnya moral.
Robert J. Havihurst (dalam Utama. 2010 : 35 ) ,menyatakan moral yang bersumber dari adanya suatu tata nilai a value is an abyect estate or affair wich is desired (tata nilai adalah suatau objek rohani atas suatu keadaan yang diinginkan). Maka kondisi atau potensi internal kejiwaan seseorang untuk dapat melakukan hal – hal yang baik, sesuai dengan nilai – nilai (value) yang diinginkan itu disebutnya sebagi moral. Dengan demikian perkembangan moral seseorang itu berkaitan erat dengan perkembangan sosial anak, disamping pengaruh kuat dari perkembangan pikiran, perasaan serta kemauan atau hasil tanggapan dari anak.

Dengan adanya pendidikan dan pembelajaran diharapkan mampu memberikan bentuk yang positif bagi perkembangan individu manusia. Tetapi pendidikan dan pembelajaran tidak cukup hanya didunia formal saja, keluarga masyarakat harus ikut campur tangan untuk mengantisipasi kendala tersebut.
d.             Munculnya tindakan kekerasan
Perkembangan moral anak itu bersifat dinamis yang artinya selalu berubah – ubah  disesuaikan dengan umur anak – anak  tersebut. Dalam hal ini pembelajaran merupakan salah salah satu usaha untuk dapat memperbaiki dan merubah moral anak agar supaya memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perilaku anak – anak, baik dimasa kanak – kanak sampai pada masa remaja bahkan pada saat dewasa. Schopenhauer dalam teorinya yang bernama nativisme mengatakan bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir. Pembawaan yang telah terdapat pada waktu dilahirkan menentukan hasil perkembangannya. Bagi Schopenhauer, pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan. Dalam ilmu pendidikan, ini disebut pesimisme paedagogis (Utama, 2005: 27).
John Locke (dalam Utama 2005:28) berpendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi dewasa ditentukan oleh lingkungannya atau oleh pendidikan dan pengalaman yang di terimanya sejak kecil. Artinya bahwa manusia-manusia dapat dididik menjadi apa saja (kearah yang baik maupun kearah yang buruk) menurut kehendak atau pendidiknya. Dalam pendidikan, pendapat kaum empiris ini terkenal dengan nama optivimisme paedagogis. Seorang anak itu diibaratkan seperti sebuah kertas putih yang masih bersih dan kertas tersebut bebas untuk di tuliskan apapun di atasnya sesuai dengan kehendak ataupun pendidiknya. Teori ini seolah-olah beranggapan bahwa pengaruh lingkungan, pendidikan maupun pengaruh lainnya dapat mengubah sifat-sifat bawaan anak sejak lahir.

William Stren dalam teorinya yang bernama Convergensi yang berpandangan bahwa pembawaan dan lingkungan kedua-duanya menentukan perkembangan manusia. Teori ini merupakan perkembangan dari kedua teori diatas  karena mengadopsi keduanya, jadi menurut teori ini antara sifat-sifat pembawaan anak sejak lahir maupun keadaan lingkungan sama-sama memberi pengaruh terhadap perkembangan perilaku dan jiwa seorang anak (Utama, 2005:8). Lebih lanjut Menurut Langeveld (dalam Relawati, 2001:11) menyatakan pendidikan itu adalah “ciri hakiki manusia”, manusia di sebut animal educadum yaitu makhluk yang harus dididik, dapat dididik dan ditunjuk untuk mendidik.
Berdasarkan teori perkembangan tersebut bahwa ternyata anak itu dengan pembelajaran dan pendidikan yang baik, yang dilakukan oleh tenaga pendidik, dapat diarahkan kemanapun yang diinginkan oleh tenaga pendidik, dan juga bahwa pembentukan perilaku anak juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksterbal yang dapat menentukan pembentukan karakter setiap manusia. Sehingga dalam hal ini pembelajarn sangatlah memiliki pengaruh yang besar terhadap pembentukan sikap dan kepribadian manusia yang ditentukan oleh faktor ekstenal yaitu proses pembelajaran. Mengetahui hal ini proses pembelajaran yang menitik beratkan pada aspek moral bukan saja pada aspek intelektual dapat menjadi manusia yang memilikiu kepribadian yang baik.
e.              Kurangnya konsentrasi belajar.
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar mapun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu mempergunakan bermacam – macam strategi belajar – mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar serta selingan istirahat ( Dimyanti dan Mudjono, 2009 : 239 ). Dengan kurangnya konsentrasi belajar pada diri siswa akan berdampak pada rendahnya hasil dan mutu didalam pendidikan tersebut.

Dengan rendahnya hasil dalam pembelajaran secara kuantitas dan kualitas out put dari peserta didik, hal ini akan berdampak pada persepsi masyarakat terhadap dunia pendidikan akan melemah terhadap sekolah yang mengalaminya. Diharapkan guru dan institusi atau lembagai pendidikan yang bersangkutan haruslah mampu meningkatkan konsentrasi peserta didik didalam pembelajaran agar dapat meningkatkan mutu dan kualitas dari pendidikan yang diharapkan.
















BAB III. PEMBAHASAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS ICT (Microsoft Powerpoint) SEBAGAI SEBUAH INOVASI PENDIDIKAN

A.           Pentingnya Kompetensi Guru Dalam Pembelajaran

Sekarang ini tidak sedikit guru dalam pembelajaran di kelas masih monoton. Termasuk di dalamnya guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), para  guru masih banyak menggunakan metode tradisional yaitu ceramah mengajar di depan kelas, peserta didik mau tidak mau harus mendengarkannya. Akibatnya, peserta didik bosan dengan mata pelajaran yang diajarkan. Sehingga terjadi banyak yang diindikasikan seperti, peserta didik mengantuk, berbicara dengan teman, sering izin keluar, menulis atau menggambar dan aktivitas lainnya yang tidak ada hubungan dengan mata pelajaran tersebut.
PAI menempati posisi yang sangat strategis dalam memberikan dasar keimanan dan ketakwaan peserta didik hingga di masa depan, kelak. Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Begitu pentingnya mata pelajaran PAI di sekolah, jangan sampai hanya formalitas telah dilaksanakan. Namun, juga harus mempunyai makna bagi peserta didik. Untuk itu, perlu ada inovasi pembelajaran. Salah satu bentuknya adalah pembelajaran PAI berbasis Information and Communication Technology (ICT) atau sering disebut: Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).  
Kompetensi adalah pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Arti lain dari kompetensi adalah spesifikasi dari pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang dimiliki seseorang serta penerapannya didalam  pekerjaan sesuai dengan standar kinerja yang dibutuhkan oleh lapangan. Dengan demikian kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukan kualitas guru yang sebenarnya. Kompetensi terus akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan, maupun sikap professional dalam memajukan fungsi sebagai guru.
Berdasarkan pengertian tersebut, Standar Kompetensi Guru adalah suatu pernyataan tentang criteria yang dipersyaratkan, ditetapkan, dan disepakati bersama dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap bagi seorang tenaga kependidikan sehingga layak disebut kompeten. Dari beberapa pengertian tentang kompetensi  pada guru maka dapat disimpulkan pengertian  peningkatan kompetensi TIK pada guru adalah kemampuan yang harus dimiliki dan dikuasai oleh guru untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengajaran dalam bidang TIK, tetapi secara tegas dalam hal ini pemanfaatan media sebagai bahan ajar.
Pemanfaatan media TIK dalam bidang pendidikan, dapat menunjang  pembelajaran yang kini merupakan suatu keharusan, bukan hanya untuk meningkatkan efektivitas dan kualitas pembelajaran, tetapi yang lebih penting adalah untuk meningkatkan penguasaan TIK baik bagi guru mau pun siswa sebagai bekal hidup di era teknologi yang terus berubah dan berkembang. Dalam konteks pembelajaran, pemanfaatan dan pemberdayaan media TIK, termasuk teknologi multimedia, dapat meningkatkan  efektivitas dan efisiensi pembelajaran, yang diharapkan dapat memberikan  kepuasan public dengan memberikan layanan yang prima dengan hasil sesuai dengan Standar dan tujuan yang diharapkan. Jika  pada masa lalu ada anggapa bahwa pembelajaran tidak terlalu perlu menggunakan media TIK, pada era saat ini penggunaan  media TIK merupakan suatu keharusan.
Sebenarnya banyak guru PAI sudah menguasai ICT, tetapi masih sekadar dimanfaatkan untuk mengetik. Padahal manfaat ICT dalam pembelajaran dapat dimanfaatkan lebih dari itu.


B.            Bentuk Pemanfaatan ICT Dalam Pembelajaran PAI

Bentuk pemanfaatan ICT dalam pembelajaran PAI adalah 
Pertama, penggunaan program powerpoint dalam proses pembelajaran PAI di kelas. Melalui proram tersebut, guru tinggal menulis poin-poin penting materi yang akan disampaikan. Dalam microsoft powerpoint juga kita bisa menyisipkan suara – suara dan animasi serta video pada presentasi dalam pelajaran Kedua, menggunakan e-mail untuk mengumpulkan tugas dari peserta didik. Sekarang ini yang biasa dilakukan guru kepada peserta didik dalam mengumpulkan tugas melalui buku atau kertas. Secara tidak langsung kita mendidik agar peserta didik dapat menggunakan teknologi yang ada dilingkungan kita serta pemanfaatannya dalam pembelajaran.
Ketiga, menggunakan mailing list  untuk diskusi kelas yang diajarkan. Melalui mailing list guru dapat membuat grup atau kelompok sendiri, bisa berupa  satu kelas atau satu sekolah untuk berkomunikasi. Guru PAI dapat menginformasikan materi pembelajaran yang akan disampaikan pada pertemuan ke depan via mailing list. Sedangkan seluruh anggota grup akan mengetahuinya dalam waktu yang bersamaan. Saat itu juga peserta didik dapat mendownload materi tersebut dari rumah atau dimanapun tempatnya asal ada jaringan internet. Tidak hanya itu dengan memanfaatkan akun facebook kita bisa memanfaatkan sebagai media belajar siswa, baik dari tugas, bahan materi yang dipelajari atau yang akan dipelajari, sebagai ruang diskusi.
Keempat, menggunakan web blog untuk pembelajaran di dalam atau luar kelas. Ketika disebut web blog, banyak guru yang bertanya-tanya pasti mahal biayanya. Memang untuk website yang komersial, pengguna (user) harus membayar sesuai dengan tarif, tetapi untuk web blog, pengguna tidak harus membayar alias gratis. Dibanding dengan fasilitas ICT, web blog lebih sempurna. Diantara kelebihannya adalah guru dapat menampilkan semua karya atau hasil pemikiran yang dimiliki. Webblog dapat digambarkan seperti surat kabar pribadi guru. Surat kabar tersebut mau diisi apa tergantung pada guru.
Hubungannya dengan pembelajaran, guru dapat mengunggah (up load) semua materi pembelajaran PAI ke website. Melalui media ini peserta didik dapat belajar tanpa dibatasi dengan ruang kelas. Tidak hanya materi pembelajaran, tetapi juga latihan soal, hasil ujian/ulangan atau materi lain yang berhubungan dengan materi PAI.
Dari keempat penggunaan ICT dalam pembelajaran, apabila dilakukan oleh guru PAI, maka akan berdampak positif pada ketertarikan peserta didik terhadap mata pelajaran PAI di sekolah. Sehingga peserta didik dalam mengikuti mata pelajaran PAI tidak terpaksa, melainkan kesadaran dari diri sendiri. Pengalaman penulis dalam memanfaatkan ICT dalam pembelajaran PAI, peserta didik selalu menunggu hal yang baru. Suatu saat, penulis sengaja tidak menggunaan ICT, peserta didik banyak yang bertanya dan lebih senang menggunakan ICT.

C.           Media Pembelajaran Berbasis Power Point

(Observasi Lapangan Terhadap Penerapan Inovasi Pendidikan Di SMP Penida Katapang Kabupaten Bandung)

Melihat berdasarkan pemanfaatan ICT di atas, penulis mendapatkan sebuah hasil dari hasil observasi dimana di salah satu sekolah khususnya yaitu SMP Penida Katapang Kabupaten Bandung yang berada di wilayah Soreang lebih tepatnya Jalan terusan Kopo Km 13 No 247 Desa Pangauban Kecamatan Katapang. Dalam pembelajaran PAI khususnya guru PAI telah memanfaatkan sarana teknologi informatika.
Sekolah tersebut telah dilengkapi dengan fasilitas hotspot sehingga dapat memudahkan untuk mencari materi penunjang yang ada di internet. Para siswa menggunakan email dan akun facebook mereka sebagai sarana belajar seperti untuk bertanya mengenai materi yang tidak dipahami, dimana  dengan penggunaan akun tersebut bisa dimana saja, dan kapan saja serta tempatnya tak terbatas.  Sarana prasarana seperti infocus dan layar telah dimiliki, sound sistem sebagai media audio juga telah dipergunakan. Sehingga dalam setiap pembelajarannya menggunakan media interaktif yang berbasis microsoft Powerpoint, yang disisipi audio (suara) dan menyisipkan video seperti halnya film – film atau ilustrasi yang berhubungan dengan materi yang akan di ajarkan.
Presentasi Power Point Ini adalah bentuk yang paling sederhana dan paling mudah dan paling praktis  Mengoptimalkan Microsoft PowerPoint sebagai media belajar berarti memanfaatkan secara maksimal segala fitur dan sediaan yang dimiliki oleh Microsoft PowerPoint untuk menunjang kegiatan belajar mengajar.
Aplikasi software Microsoft PowerPoint yang sering digunakan untuk presentasi dapat dioptimalkan penggunaannya dengan memanfaatkan berbagai fasilitas yang dimilikinya seperti hyperlink, insert picture, table, grafik movie ,sound beserta efek animasinya (custom animation) dalam menampilkan gambar bangun, garis, teks dan gambar secara kolaboratif. Pada prinsipnya program ini terdiri dari beberapa unsur rupa, dan pengontrolan operasionalnya. Unsur rupa yang dimaksud, terdiri dari slide, teks, gambar dan bidang-bidang warna yang dapat dikombinasikan dengan latar belakang yang telah tersedia. Unsur rupa tersebut dapat kita buat tanpa gerak, atau dibuat dengan gerakan tertentu sesuai keinginan kita. Seluruh tampilan dari program ini dapat kita atur sesuai keperluan, apakah akan berjalan sendiri sesuai timing yang kita inginkan, atau berjalan secara manual, yaitu dengan mengklik tombol mouse. Biasanya jika digunakan untuk penyampaian bahan ajar yang mementingkan terjadinya interaksi antara peserta didik dengan tenaga pendidik, maka kontrol operasinya menggunakan cara manual.
Sebenarnya Microsoft PowerPoint juga memiliki beberapa kunggulan yang membuatnya pantas digunakan sebagai media belajar. Beberapa kelebihan tersebut antara lain :
1.             Penyajiannya menarik karena ada permainan warna, huruf dan animasi, baik animasi teks maupun animasi gambar atau foto.
2.             Lebih merangsang peserta didik untuk mengetahui lebih jauh informasi tentang bahan ajar yang tersaji.
3.             Pesan informasi secara visual mudah dipahami peserta didik.
4.             Tenaga pendidik tidak perlu banyak menerangkan bahan ajar yang sedang disajikan.
5.             Dapat diperbanyak sesuai kebutuhan, dan dapat dipakai secara berulang-ulang.
6.             Dapat disimpan dalam bentuk data optik atau magnetik. (CD / Disket / Flashdisk), sehingga praktis untuk di bawa kemana-mana.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan bahan presentasi dengan menggunakan Microsoft PowerPoint diantaranya:
1.             Jangan terlalu banyak tulisan yang ditampilkan.
2.             Tulisan jangan terlalu kecil karena harus dilihat oleh banyak siswa.
3.             Seimbangkan antara gambar dan animasi dengan bahan ajar yang ingin disampaikan.
4.             Usahakan bentuk presentasi yang interaktif.
Jika PowerPoint dimanfaatkan dengan baik atau benar akan sangat membantu. Terlebih lagi jika pendidik dapat memaksimalkan kegunaan dan fungsi dari powerpoint itu sendiri dan menggabungkan dengan aplikasi lain serta kekreatifannya. Kekreatifan dapat dinilai dari segi keindahan, kejelasan dan pengaturan format powerpoint yang dilakukan dengan sedemikian sehingga siswa dapat menyimak dan menerima hasilnya dengan maksimal.
Media belajar dan metode mengajar memang memberi pengaruh yang besar dalam proses belajar mengajar. Salah satu bentuk pemanfaatan media tersebut adalah dengan menggunakan Microsoft PowerPoint. PowerPoint memang memiliki banyak keunggulan dan memberikan banyak kemudahan. Namun dalam pemanfaatannya diperlukan juga kebijakan dan kemampuan dari pendidik untuk memahami, menggunakan dan mengoprasikan segala fitur yang ada pada PowerPoint secara optimal sehingga mempercepat tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam hal ini, sepertinya setiap guru paling tidak mempunyai kemampuan untuk membuat materi ajar dalam bentuk presentasi Power Point ini. Meskipun paling sederhana, Power Point memberikan fasilitas yang cukup baik untuk membuat media ajar. Justru dengan kesederhanaan ini lah yang menyebabkan hal ini sangat mudah dipelajari.
Satu hal yang menarik dalam observasi ini adalah cara guru dalam mengelola kelas dalam mengawali kegiatan pembelajaran yaitu dengan memberikan pretest. Walaupun apabila sekilas seperti pemberian “diskon terhadap nilai”, tapi penulis menganggap cukup efektif dalam memacu motivasi belajar peserta didik. Inovasi itu disebut dengan “KUIS EDUKATIF INTERAKTIF PENDIDIKAN AGAMA ISLAM”. (contoh inovasi powerpoint terdapat di lampiran)
Dalam kegiatan kuis tersebut dilakukan sebagai awal memulai kegiatan belajar, dimana siswa yang dipenggil kedepan oleh gurunya kurang lebih antara 3 – 5 orang siswa diperbolehkan memilih soal yang ada pada powerpoint tersebut.
Dalam aturan mainnya yaitu :
1.             Siswa yang dipanggil untuk menjawab pertanyaan diberi kesempatan untuk menjawab 3 pertanyaan
2.             Tiap Pertanyaan memiliki nilai/ point yang berbeda sesuai dengan kesulitan pertanyaan dan nilai maksimal diberikan karena ketepatan dalam menjawab
3.             Pertanyaan pertama memiliki nilai 78 – 85 (maks)
Pertanyaan kedua memiliki nilai 75 – 78 (maks)
Pertanyaan ketiga memilki nilai 70 – 74 (maks)
4.             Jawaban benar maka diberinilai sesuai dengan nomor soal Pertanyaan berhenti pada soal yang terjawab. Siswa menjawab pertanyaan pertama dengan nilai di atas, apabila tidak bisa terjawab pertanyaan pertama maka diberi  pertanyaan kedua, Tetapi apabila pertanyaan kedua juga tidak terjawab maka dipersilahkan menjawab pertanyaan ketiga
5.             Namun apabila ketiga pertanyaan tidak bisa terjawab  Maka tidak mendapatkan point/ nilai, dan dipersilahkan menunggu  kembali panggilan untuk kesempatan berikutnya.

Salah satu kelebihan dalam inovasi “pretest” yang dibuat guru ialah :
1.             Para peserta didik mempersiapkan diri seperti menghapal atau mengingat – mengingat pelajaran yang telah diberikan.
2.             Menguatkan ingatan atau hafalan siswa.
3.             Adanya persaingan sehat antara para siswa untuk memperoleh nilai yang baik.
4.             Menyegarkan kembali suasana belajar karena dalam presentasi dibuat dengan animasi yang menarik sehingga tidak monoton.
5.             Adanya antusias siswa dalam menjawab pertanyaan.
Dalam menggunakan presentasi powerpoint ini mungkin sudah umum dilakukan oleh sekolah – sekolah walaupun tidak semua dalam pembelajaran PAI menggunakannya. Tetapi dalam hal ini pengelolaan kelas yang dilakukan oleh seorang guru dalam memulai pembelajaran sehingga timbul motivasi belajar siswa. Kita bisa bayangkan apabila jadwal belajarnya disimpan di jam terakhir pasti fokus dan perhatian siswa terhadap pelajaran berkurang, begitu juga dengan motivasinya. Dalam hal ini rasa lelah, ngantuk, kebisingan dari luar kelas serta gangguan lainnya yang dapat mengganggu kegiatan belajar mengajar, sehingga semangat belajar yang ada pada diri peserta didik berkurang bahkan tidak ada.
Tetapi dalam observasi dalam inovasi pembelajaran ini penulis tidak melihat perilaku peserta didik seperti yang disebutkan di atas, walaupunada satu atau dua siswa yang sudah merasa lelah. Tetapi secara keseluruhan, semangat belajar siswa berbeda, bahkan ada kejadian dimana bel pulang dibunyikan para peserta didik tersebut masih betah belajar dan meminta jam tambahan untuk belajar dalam materi PAI tersebut.  Dalam hal ini kekreatifitasan, kompetensi dalam mengelola bahan ajar, dan inovatif dalam penggunaan dan mengelola bahan ajar, seorang guru sangat berpengaruh dalam efektifitas belajar sehingga bisa mengkondisikan KBM sehingga bisa lebih kondusif.

BAB IV. KESIMPULAN


Kesimpulan yang didapat dari hasil observasi ini, diantaranya :
1.             Agama islam tidak menutup diri dengan pesatnya perkembangan jaman, tetapi islam sangat fleksibel bahkan islam menganjurkan umat islam untuk hidup maju dan berkembang menjadi lebih baik seiring dengan perkembangan jaman tersebut dengan berlandaskan iman dan taqwa. 
2.             Pendidikan khususnya kita sebagai pendidik yang merupakan salah satu komponennya harus bisa menyesuaikan dan memanfaatkan teknologi tersebut untuk kepentingan belajar, karena tidak dapat dipungkiri dengan berkembangnya teknologi itu unsur negatif pun banyak.
3.             Seorang guru harus mengerti terhadap peran, fungsi serta tugasnya, dimana guru sebagai pengajar tetapi juga pendidik yang bertanggung jawab terhadap perkembangan perubahan individu yang lebih baik.
4.             Kreatifitas, inovatif serta Kompetensi guru  dalam mengelola kelas begitu juga dengan pemanfaatan sarana prasarana media pembelajaran yang ada disekolah, apa bila digunakan dengan tepat sangat berpengaruh terhadap suasana belajar yang baik, sehingga timbulnya motivasi dalam diri siswa dlam belajar.
5.             Metode yang digunakan semuanya benar dan mempunyai kelebihan serta kekurangannya, karena tidak ada metode mengajar dan belajar yang menjamin keberhasilan 100%. Karena itu dalam konteks ini khususnya guru, harus bisa mengoptimalkan pengetahuan, kemampuan serta imajinasi dalam berinovasi dalam dunia pendidikan yang berhubungan dengan mata pelajaran yang diampunya.



DAFTAR PUSTAKA

 

Bahri, Djamarah Syaiful dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, 2006.
Drs. Hasan Basri, M.Ag. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: CV. PUSTAKA SETIA, 2009.
Heri Gunawan, S.Pdi., M.Ag. Kurikulum Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: CV. ALVABETA, 2012.
Ismail SM, Nurul Huda, dan Abd. Kholiq. Paradigma Pendidikan Islam. . Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.
Jensen, Eric. Brain-Based Learning . Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008.
Prof. Udin Syaefudin Sa'ud, Ph.D. Inovasi Pendidikan. Bandung: CV. Alfabeta, 2013.
Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktik Pengembangan KTSP. Jakarta: Kencana, 2009.
Syaefudin, Udin. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2009.
Trianto, M.Pd. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif - Progresif (Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, September 2010.
Yamin, Martinis. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: GAUNG PERSADA, 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar