BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini persoalan pendidikan,
banyaknya pelajar yang mengalami kesulitan belajar yang ditunjukkan oleh
kurangnya motivasi belajar dan rendahnya perolehan hasil belajar. Banyak siswa
yang mengeluh dan bosan dengan metode pembelajaran yang dipakai dalam kegiatan
belajar mengajar. Kegiatan pembelajaran dirasakan monoton dan hal ini
berlangsung dalam waktu yang lama. Pembelajaran bersifat kompleks artinya tidak
hanya guru yang terlibat aktif dalam pembelajaran melainkan siswa dan guru.
Guru dituntut untuk mengembangkan keahlian yang dimiliki dan menyalurkannya
kepada siswa. Untuk itu guru perlu mengadakan inovasi pembelajaran guna
mengoptimalkan kemampuan siswa dan supaya tidak bosan.
Salah satu dari banyak fakta bahwa
seorang guru secara tidak langsung memandang anak didik sebagai seorang
individu yang belum dewasa, memiliki pengetahuan dan keterampilan. Jadi, dalam
proses interaksi antara guru-murid, anak didik merupakan obyek. Sedangkan guru
merupakan sumber ilmu dan keterampilan, dimana kehadirannya di muka kelas
merupakan suatu kondisi mutlak yang harus ada agar proses belajar mengajar
berlangsung. Karena guru memegang peran yang penting dalam proses interaksi
tersebut, maka guru harus dihormati dan dipatuhi.
Belajar mengajar adalah suatu
kegiatan yang bernilai edukatif yang diwarnai adanya interaksi yang terjadi
antara guru dan anak didik, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang
tertentu yang telah sebelum peengajaran dilakukan. Guru dengan sadar
merencanakan kegiatan pengajaran secara sistematis dengan memanfaatkan segala
sesuatunya guna kepentingan pengajaran. (Syaful Bahri Djamarah dan Aswan Zain.
2006 : 1).
Proses belajar mengajar adalah suatu
aspek dari lingkungan sekolah yang diorganisasi lingkungan ini diatur serta
diawasi agar kegiatan belajar terarah sesuai dengan tujuan pendidikan.
Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang menantang dan merangsang
para siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan serta dapat
mencapai tujuan yang diharapkan. (Syaful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2006 :
29).
Bagaimanapun juga tenaga pendidikan
dan juga semua komponen yang ada didalam lingkungan pendidikan haruslah
memperhatikan semangat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran sehingga
dalam pembelajaran peserta didik dapat mengikuti pembelajaran dengan semaksimal
mungkin. Merosostnya moral, munculnya tindakan anarkis dan mengutamakan atau
menunjolkan sikap egoisme yang menonjol serta kurang rasa toleransi sesama
manusia yang merupakan Mahluk Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Ini menandakan
fenomena pembelajaran yang kurang mengena terhadap aspek perubahan tingkah laku
yang diharapakan kearah yang lebih baik. Sehingga pemberian pendidikan
Pancasila disetiap instansi pendidikan memberikan suatu manfaat terhadap
perkembangan atau perubahan pada aspek kepribadian manusia.
Berbagai fenomena yang terjadi
dimasyarakat dan dilapangan sehingga pendidikan dan pembelajaran tidak harus
diterima didunia pendidikan yang bersifat formal akan tetapi pendidikan dan
pembelajaran dapat dilaksanakan di luar sekolah yaitu: didalam keluarga,
sekolah dan masyarakat. Hal ini dilakukan gunakan membantu dan sekolah untuk
dapat mencapai dari tujuan dan pembelajaran yaitu tidak hanya cerdas didalam
intelektualnya tetapi juga menumbuhkan rasa pancasilais yang ada didalam diri
umat manusia.
Pembahasan dalam makalah ini akan
dijelaskan bagaimana tugas dan peran serta fungsi guru sebagai tenaga pendidik
dan pengajar dimana harus dapat membangkitkan minat serta motivasi belajar
siswa. Suatu inovasi dalam pendidikan sangat diperlukan serta kreatifitas guru
sangat mendukung keberhasilan belajar.
Melihat fenomena yang terjadi
sehingga menjadi paradigma belajar siswa yang terfokus hanya mendapatkan nilai
kuantitatif yang baik saja, karena apabila dilihat hakikat belajar bukan hanya
nilai kuantitatif tetapi nilai kualitatif harus dapat berubah menjadi lebih
baik. Sehingga dalam penulisan makalah ini telah melakukan observasi terhadap
sekolah tingkat menengah dengan mengelola pembelajaran dengan memulai sebuah
kuis “pre test” dengan umpan balik sebuah penghargaan nilai terhadap siswa yang
menjawab dengan benar. Makalah ini membahas inovasi tersebut diberi nama/ judul
“ KUIS EDUKATIF INTERAKTIF PENDIDIKAN AGAMA ISLAM”
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penulisan
makalah :
1.
Apa yang
dimaksud dengan inovasi dalam pendidikan?
2.
Apa yang menjadi
tugas , peran dan fungsi guru dalam pembelajaran?
3.
Apa yang menjadi
fenomena belajar peserta didik sekarang?
4.
Bagaimana
pengaruh kompetensi seorang guru dalam menggunakan serta mengelola bahan ajar?
5.
Apa yang
menjadi sebuah inovasi dengan judul “Kuis Edukatif Pendidikan Agama Islam”
dalam pembelajaran disekolah?
C. Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini berdasarkan dari
rumusan masalah di atas adalah :
1.
Mengetahui
yang dimaksud dengan inovasi dalam pendidikan?
2.
Mengetahui
tugas , peran dan fungsi guru dalam pembelajaran?
3.
Mengetahui fenomena
belajar peserta didik sekarang?
4.
Mengetahui pengaruh
kompetensi seorang guru dalam menggunakan serta mengelola bahan ajar
5.
sebuah
inovasi dengan judul “Kuis Edukatif Pendidikan Agama Islam” dalam pembelajaran
disekolah?
BAB II. INOVASI PENDIDIKAN, PERAN DAN FUNGSI GURU SERTA FENOMENA PEMBELAJARAN
A. Pengertian Inovasi
Inovasi berasal dari
bahasa Inggris : “Innovation” yang artinya sesuatu yang baru atau pembaharuan
(S. Wojowasito, 1972; Santoso S. Hamijoyo, 1996). Inovasi kadang pula diartikan
sebagai penemuan, namun berbeda maknanya dengan penemuan dalam arti discovery atau invention (invensi). Discovery mempunyai makna penemuan
sesuatu yang sebenarnya sesuatu itu telah ada sebelumnya, tetapi belum
diketahui. Sedangkan invensi adalah penemuan yang benar-benar baru sebagai
hasil kegiatan atau kreasi manusia. Inovasi adalah suatu ide, barang, kejadian,
metode yang dirasakan atau diamati sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang
atau sekelompok orang, baik hasil discovery atau invension. Berikut definisi
inovasi dari berbagai sumber.
1.
Inovasi adalah pemasukan hal-hal yg baru; pembaruan.
(Kamus Bahasa Indonesia: 2008)
2.
Kata innovation
yang seringkali diterjemahkan sebagai pembaharuan selalu dirangkai dengan
penemuan (invention). Inovasi
merupakan hasil penemuan baru akibat adanya perubahan. Dalam bahasa Indonesia
telah diserap sebagai istilah indonesia ‘inovasi’ yang dimaknakan sebagai suatu
ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai sesuatu yang
baru bagi seseorang atau bagi masyarakat luas. (Supriyanto, 2007: 1)
3.
Inovasi adalah memperkenalkan ide baru, barang baru,
pelayanan baru dan cara-cara baru yang lebih bermanfaat. Inovasi atau innovation berasal dari kata to innovate yang mempunyai arti
membuat perubahan atau memperkenalkan sesuatu yang baru.
4.
Menurut Rasli inovasi adalah perkataan yang berasal
daripada bahasa Latin ‘innovare’ yang bermaksud memperbaharui atau meminda.
Setiap perniagaan mesti melalui proses inovasi dari semasa ke semasa untuk
menjamin kesinambungan operasinya. Proses inovasi adalah satu proses yang
berterusan bagi memastikan perusahaan akan dapat meneruskan persaingan dalam
pasaran. Menurut Hussin inovasi bisa dirumuskan sebagai satu proses
penambahbaikan kepada pengeluaran sesuatu produk atau peningkatan sesuatu
perkhidmatan, dengan menggunakan idea-idea baru. Perubahan ini bagi memenuhi
kehendak dan tuntutan pelanggan serta meningkatkan keuntungan sesebuah
organisasi. (Saputra: 2009)
B. Inovasi Pendidikan
Bila kita melihat seperti yang disebutkan pada Bab I
mengenai persoalan serta tantangan yang dihadapi dalam dunia pendidikan, baik yang
datang dari luar maupun dalam dalam sistem pendidikan itu sendiri, dapat
diuraikan sebagai berikut :
1.
Bertambah jumlah penduduk yang pesat sekaligus
bertambahnya keinginan masyarakat mendapat pendidikan, maka sarana pendidikan
juga dituntut untuk bisa memadai.
2.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat, maka
pendidikan harus bisa mengikuti perkembangan ilmu teknologi tersebut dan konsep
long life education dituntut untuk bisa diterapkan.
3.
Berkembang teknologi memudahkan manusia untuk
memanfaatkannya, tetapi seringkali pengaruh negatif secara tidak langsung
berdampak pada peranan sifat manusia.
4.
Sumber belajar yang terbatas kalaupun ada belum
dimanfaatkan secara efektif dan efesien.
5.
Sistem pendidikan yang masih lemah, kurikulum belum
serasi, relevan, suasana belum menarik dan sebagainya.
6.
Pengelolaan pendidikan belum mekar dan mantap.
7.
Penguasaan dan kompetensi guru dalam penguasaan
keterampilan dalam pemanfaatan teknologi yang ada.
Kesemuanya tantangan tersebut memerlukan sebuah
pendekatan baru, dan salah satunya dengan melalui inovasi dalam pendidikan.
Inovasi pendidikan adalah suatu
perubahan yang baru. Definisi inovasi pendidikan dapat diartikan sebagai
berikut :
1.
“Baru” dalam
inovasi dapat diartikan apa saja yang belum dipahami, diterima, atau
dilaksanakan oleh penerima inovasi, meskipun bukan baru bagi orang lain.
2.
“Kualitatif” berarti inovasi itu memungkinkan adanya
reorganisasi atau pengaturan kembali unsur – unsur dalam pendidikan.
3.
“Hal” yang dimaksud meliputi semua komponen dan aspek
dalam subsistem pendidikan.
4.
“Kesengajaan” merupakan unsur perkembangan baru dalam
pemikiran para pendidik dewasa ini.
5.
“Meningkatkan kemampuan” mengandung arti bahwa tujuan
utama inovasi ialah kemampuan sumber – sumber tenaga, uang dan sarana, termasuk
struktur dan prosedur organisasi.
6.
“Tujuan” yang harus direncanakan dirinci dengan jelas
tentang sasaran dan hasil – hasil yang ingin dicapai, yang sedapat mungkin
dapat diukur untuk mengetahui perbedaan antara keadaan sesudah dan sebelum
inovasi dilaksanakan.
Kesimpulan dari pengertian di atas adalah usaha
mengadakan perubahan dengan tujuan untuk memperoleh hal yang lebih baik dalam
bidang pendidikan.
Tujuan Inovasi Pendidikan
Ada banyak tujuan
inovasi tergantung permasalahan yang dihadapi masing-masing inovator. Secara
umum tujuan inovasi antara lain adalah :
1.
Meningkatkan kualitas;
2.
Menciptakan pasar baru;
3.
Memperluas jangkauan produk;
4.
Mengurangi biaya tenaga kerja;
5.
Meningkatkan proses produksi;
6.
Mengurangi bahan baku;
7.
Mengurangi kerusakan lingkungan;
8.
Mengganti produk atau pelayanan;
9.
Mengurangi konsumsi energi;
10.
Menyesuaikan diri dengan undang-undang.
Tujuan dilakukannya
inovasi pendidikan terutama adalah untuk meningkatkan efesiensi, relevansi,
kualitas dan efektivitas pendidikan, seperti sarana dan prasarana serta jumlah
peserta didik sebanyak-banyaknya dengan hasil pendidikan sebesar-besarnya
(menuntut kriteria kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan pembangunan),
dengan menggunakan sumber, tenaga, uang, alat dan waktu dalam jumlah yang
sekecil-kecilnya.
Arah tujuan inovasi
pendidikan Indonesia tahap demi tahap adalah sebagai berikut (Sutarno dan
Fatmawati. 2009) :
1.
Mengejar ketinggalan-ketinggalan yang dihasilkan oleh
kemajuan-kemajuan ilmu dan teknologi sehingga makin lama pendidikan Indonesia
makin berjalan sejajar dengan kemajuan-kemajuan tersebut.
2.
Mengusahakan terselenggaranya pendidikan sekolah maupun
luar sekolah bagi setiap warga Negara. Misalnya meningkatkan daya tampung sekolah
SD,SLTP,SLTA, dan perguruan tinggi.
Karakteristik Inovasi
Adapun karakteristik
atau ciri-ciri suatu inovasi, Everet M. Rogers (1993:14-16) mengemukakan
sebagai berikut :
1.
Keuntungan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dianggap
menguntungkan bagi penerimanya. Tingkat keuntungan atau kemanfatan suatu
inovasi dapat diukur berdasarkan nilai ekonominya atau dari faktor sosial,
kesenangan, kepuasan, atau karena mempunyai komponen yang sangat penting. Makin
menguntungkan bagi penerima makin cepat tersebarnya inovasi.
2.
Kompatibel, yaitu tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai,
pengalaman lalu dan kebutuhan dari penerima. Inovasi yang tidaksesuai dengan
nilai atau norma yang diyakini oleh penerima tidak akan diterima secepat
inovasi yang sesuai dengan norma yang ada di masyarakat. Misalnya
penyebarluasan penggunaan alat kontrasepsi di masyarakat yang keyakinan
agamanya melarang penggunaan alat tersebut maka tentu saja penyebaran inovasi
akan terhambat.
3.
Kompleksitas,
yaitu tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi
penerimanya.
4.
Triabilitas,
yaitu dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima. Misalnya,
penyebaranluasan penggunaan bibit unggul padi gogo akan cepat diterima oleh
masyarakat jira masyarakat daapt mencoba dulu untuk menanam dan dapat melihat
hasilnya.
5.
Dapat diambil (observabilitas), yaitu mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi. Misalnya,
mengajak para petani yang tidak dapat membaca da menulis untuk relajar mambaca
dan menulis tidakakan segera diikuti oleh para petani karena para petani tidak
cepat melihat hasilnya secara nyata
C. Tugas, Peran dan Fungsi Guru
Tugas guru
Sebagai seorang
pendidik yang memahami fungsi dan tugasnya, guru khususnya ia dibekali dengan
berbagai ilmu keguruan sebagai dasar, disertai pula dengan seperangkat latihan
keterampilan keguruan dan pada kondisi itu pula ia belajar memersosialisasikan
sikap keguruan yang diperlukannya. Menurut Rostiyah (dalam Djamarah, 2000 : 36)
mengemukakan bahwa fungsi dan tugas guru profesional adalah : Menyerahkan kebudayaan
kepada anak didik berupa kepandaian, kecakapan dan pengalaman-pengalaman
Membentuk kepribadian anak yang harmonis sesuai cita-cita dan dasar negara kita
Pancasila Menyiapkan anak menjadi warga negara yang baik. Guru sebagai
perantara dalam belajar, guru adalah sebagai pembimbing untuk membawa anak
didik ke arah kedewasaan.
Guru memiliki tugas
yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk pengabdian. Tugas tersebut
meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan dan bidang kemasyarakatan. Tugas
guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti
meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup dan kehidupan. Mengajar berarti
meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih
berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. Tugas guru dalam
bidang kemanusiaan adalah memposisikan dirinya sebagai orang tua ke dua. Dimana
ia harus menarik simpati dan menjadi idola para siswanya. Adapun yang diberikan
atau disampaikan guru hendaklah dapat memotivasi hidupnya terutama dalam
belajar. Bila seorang guru berlaku kurang menarik, maka kegagalan awal akan
tertanam dalam diri siswa.
Peran guru
1.
Dalam Proses
belajar mengajar
Peran guru dalam
proses belajar mengajar meliputi banyak hal seperti sebagai pengajar, manajer
kelas, supervisor, motivator, konsuler, eksplorator, dsb. Yang akan dikemukakan
disini adalah peran yang dianggap paling dominan dan klasifikasi guru sebagai:
a.
Demonstrator
b.
Manajer/pengelola kelas
c.
Mediator/fasilitator
d.
Evaluator
2.
Dalam Pengadministrasian
Dalam hubungannya dengan kegiatan
pengadministrasian, seorang guru dapat berperan sebagai:
a.
Pengambil insiatif, pengarah dan penilai kegiatan
pendidikan
b.
Wakil masyarakat
c.
Ahli dalam bidang mata pelajaran
d.
Penegak disiplin
e.
Pelaksana administrasi pendidikan
3.
Sebagai Pribadi
Sebagai dirinya
sendiri guru harus berperan sebagai:
a.
Petugas sosial
b.
Pelajar dan ilmuwan
c.
Orang tua
d.
Teladan
e.
Pengaman
4.
Secara Psikologis
Peran guru secara
psikologis adalah:
a.
Ahli psikologi pendidikan
b.
Relationship
c.
Catalytic/pembaharu
d.
Ahli psikologi perkembangan
Fungsi Guru
Fungsi guru dalam kelas bukan mengajari namun
kehadiran guru membuat siswa belajar sehingga fungsi guru tidak mengajar namun
lebih pada empat fungsi yang harus difahami oleh guru yaitu :
1.
Menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif,
kereatif, menciptakan berbagai kiat dan model penyampaian materi pembelajaran,
membuat suasana pembelajaran menjadi menarik.
2.
Membangkitkan motivasi para siswa agar lebih aktif dan
giat dalam belajar.
3.
Membimbing dan memberikan kemudahan bagi siswa dalam
pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi berkualitas.
4.
Memimpin pembelajaran, juga sebagai tempat bertanya
bagi para siswa.
Dengan guru melaksanakan fungsinya seperti ini akan
mendorong siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Keaktifan siswa tersebut akan
meningkatkan mutu pendidikan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan.
Siswa diajak dan ditekankan kepada learning how to learn. Pemahaman ini akan
sangat mendorong para siswa terus mencari ilmu pengetahuan sehingga dapat
terbentuk long life learning.
Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada
siswa, tetapi harus menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan
belajar kepada seluruh siswa, agar mereka dapat belajar dalam suasana yang
menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas dan berani mengemukakan
pendapat secara terbuka. Untuk kepentingan tersebut perlu dikondisikan
lingkungan belajar yang kondusif dan menantang rasa ingin tahu siswa, sehingga
proses pembelajaranakan berlangsung secara efektif.
Guru sebagai fasilitator sedikitnya harus memiliki
tujuh sikap sebagai berikut :
1.
Tidak berlebihan mempertahankan pendapat dan
keyakinannya atau kurang terbuka.
2.
Dapat lebih mendengarkan siswa terutama tentang
aspirasi dan perasaannya.
3.
Mau dan mampu menerima ide siswa yang ionovatif dan
kereatif, bahkan yang sulit sekalipun.
4.
Lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan
dengan siswa seperti halnya terhadap bahan pelajaran.
5.
Dapat menerima balikan baik yang sifatnya positif
maupun nagtif dan menerimanya sebagai pandangan yang konstruktif terhadap diri
dan prilakunya.
6.
Toleransi terhadap kesalahan yang diperbuat siswa
selama proses pembelajaran dan
7.
Menghargai siswa meskipun biasanya mereka sudah tahu
prestasi yang dicapainya.
Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran, karena siswa akan belajar dengan
sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Oleh karena itu untuk
meningkatkan kualitas pembelajar guru harus mampu membangkitkan motivasi
belajar siswa, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Sebagai motivator, maka fungsi guru adalah memberikan
surport kepada siswa-siswa agar belajar dengan sungguh-sungguh demi masa
depannya. Guru memberikan penguat baik yang bersifat positif (Positive
Reinforcement) maupun yang bersifat negatif (Negative Reinforcement). Baik
berupa pemberian pujian dan hadiah terhadap siswa. Siswa yang berperestasi baik
diberikan hadiah sebagai penghargaan atas usahanya. Sedangkan siswa yang
berprilaku baik diberikan pujian, sehingga dengan demikian pada diri siswa
tertanam nilai prilaku untuk berbuat baik.
Penguat negatif berupa hukuman (Punishment) ataupun
pembatalan terhadap sesuatu yang telah diberikan ( Ekstention). bilamana
siswa melakukan prilaku-prilaku yang menyimpang dalam belajar seperti
menyontek, tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru, maka guru perlu
memberikan hukuman agar prilaku itu tidak diulangi lagi. Sedangkan pembantalan
adalah penarikan kembali suatu penghargaan atau keputusan yang telah diberikan
kepada siswa karena mengetahui apa yang dilakukan siswa tersebut ternyata
tidak benar.
Sebagai pemicu guru harus mampu melipat gandakan
potensi siswa dan mengembangkannya sesuai dengan aspirasi dan cita-cita mereka
di masa yang akan datang. Hal ini sangat penting karena guru sangat berperan
dalam membantu perkembangan siswa untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara
optimal.
Dalam mengembangkan potensi dan kemampuan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar melalui penyampaian materi pelajaran, guru harus
mampu menyampaikan materi pelajaran secara jelas dan dapat difahami siswa.Untuk
itu terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan guru pembelajaran sebagai
berikut:
1.
Membuat ilustrasi : pada dasarnya ilustrasi
menghubungkan sesuatu yang sedang dipelajari siswa dengan sesuatu yang telah
diketahuinya, dan pada waktu yang sama memberikan tambahan pengalaman kepada
mereka.
2.
Mendifinisikan : meletakan sesuatu yang dipelajari
secara jelas dan sederhana, dengan menggunakan latihan dan pengalaman serta
pengertian yang dimiliki siswa.
3.
Menganalisa : membahas masalah yang telah dipelajari
bagian demi bagian.
4.
Mensentisis : mengembalikan bagian-bagian yang telah
dibahas ke dalam suatu konsep yang utuh sehingga memiliki arti, hubungan bagian
yang satu dengan yang lain nampak jelas, dan setiap maslah itu tetap
berhubungan dengan kseluruhan yang lebih besar.
5.
Bertanya : mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
berarti dan tajam agar pa yang dipelajari menjadi lebih jelas.
6.
Merespon : mereaksi dan menanggapi pertanyaan siswa.
Pembelajaran akan lebih efektif, jika guru dapat merespon setiap pertanyaan
siswa.
7.
Mendengarkan : memahami siswa, dan berusaha
menyederhanakan setiap masalah, serta membuat kesulitan nampak jelas baik
bagi guru mayupun siswa.
8.
Menciptakan kepercayaan : siswa akan memberikan
kepercayaan terhadap keberhasilan guru dalam pembelajaran dan pembentukan
kompetensi dasar.
9.
Memberikan pandangan yang bervariasi : melihat bahan
yang dipelajari dari berbagai sudut pandang dan melihat masalah dalam kobinasi
yang bervariasi.
10.
Menyediakan media untuk mengkaji materi standar :
memberikan pengalaman yang bervariasi melalui media pembelajaran dan sumber
belajar yang berhubungan dengan materi standar.
11.
Menyesuaikan metode pembelajaran : menyesuaikan metode
pembelajaran dengan kemampuan dan tingkat perkembangan siswa serta mengubungkan
materi baru dengan sesuatu yang telah diketahui oleh siswa.
Sebagai pemberi
inspirasi belajar, guru harus mampu memerankan diri dan memberikan
inspirasi bagi siswa, sehingga kegiatan belajar dan pembelajaran dapat
membangkitkan berbagai pemikiran, gagasan dan ide – ide baru. Sebagai pemberi inspirasi, guru dapat
memerankan diri sebagai pembawa cerita. Dengan cerita-cerita yang menarik
diharapkan dapat membangkitkan berbagai inspirasii siswa.
Guru sebagai pengawas maka fungsi
guru adalah mengontrol prilaku-prilaku siswa agar tidak menyimpang dari aturan
aturan dalam belajar atau sekolah. Bilamana prilaku siswa menyimpang dari
aturan-aturan sekolah maka siswa tersebut perlu diberikan nasehat-nasehat dan
arahan-arahan agar tidak melakukan hal seperti itu lagi. Sebagai contoh
misalnya siswa sering tidak masuk sekolah,tidak mengerjakan tugas yang
diberikan guru, maka siswa tersebut perlu dipanggil dan ditanyakan
sebab-sebabnya selanjutnya diarahkan agar tidak melakukan perbuatan seperti itu
lagi, sehingga dengan demikian siswa diharapkan kembali pada proses pembelajar
yang benar.
Guru sebagai evaluator, maka
fungsi guru adalah menilai perkembangan hasil belajar siswa. Guru karena
tanggung jawabnya berkewajiban untuk mengetahui perkembangan
belajar siswa melalui proses penilaian, sehingga siswa yang belum
berhasil, perlu dibantu dan dicari cara-cata yang tepat dalam mengatasi
kesulitan belajarnya sehingga hasil belajar mereka meningkat. Kesulitan belajar
yang dialami oleh siswa bisa berasal dari kemampuan akademiknya seperti lamban
dalam menangkap pelajaran, dan bisa juga berasal dari cara-cara mengajar guru
yang kurang profesional.
Hasil belajar siswa rendah mungkin disebabkan strategi
dan metode mengajar guru yang kurang tepat. Guru dalam mengajar tidak
memberikan contoh-contoh yang kongrit yang mudah difahami oleh siswa
misalnya contoh yang berasal dari kehidupan siswa sehari-hari. Guru mengajar
tidak menggunakan alat peraga atau media yang tidak sesuai dengan materi
pelajaran yang diajarkan. Guru tidak memberikan latihan atau pekerjaan
rumah kepada siswa baik dalam bentuk tugas individual maupun tugas kelompok
untuk mendorong siswa belajar mendalami materi pelajaran yang sudah
disampaikan oleh guru di kelas. Guru bisa mengevaluasi ketidak berhasilan siswa
dalam belajar melalui kegagalannya dalam menerapkan startegi dan metode
mengajar dikelas melalui proses indentifikasi masalah yang dirasakan oleh guru
melalui refleksi diri sepanjang proses pembelajaran yang dilakukannya di kelas.
Berdasarkan evaluasi diri ini guru dapat
memperbaiki program pembelajaran yang dirancangnya dan menerapkannya
dalam proses pembelajaran di kelas. Guru dapat melakukan evaluasi kemball
apakah program pembelajaran yang sudah diperbaikinya dan dilaksanakannya di
kelas itu telah berhasil, melalui hasil evaluasinya terhadap kemajuan belajar
siswa.Bilamana guru mampu menjalankan fungsinya, sebagaimana diuraikan di atas,
maka dapatlah diharapkan bahwa proses pendidikan yang dilakukan oleh guru di
sekolah akan mampu menghasilkan siswa-siswa yang berprestasi, educated
dan bermoral
D. Fenomena dalam Pembelajaran.
Kegiatan belajar peserta didik adalah hal yang rumit
atau kompleks. Efektifitas belajar tergantung dari apa yang disebut dengan faktor
– faktor yang mempengaruhi peserta didik dalam belajar. Semua itu harus dapat
di atasi, jika peserta didik tidak dapat mengatasi masalahnya, maka ia tidak
belajar dengan baik. Faktor intern yang dialami dan dihayati oleh siswa yang
berpengaruh pada proses belajar sebagai berikut:
a. Kurangnya motivasi belajar peserta
didik.
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang
mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi belajar pada diri siswa dapat
melemah, lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melehkan
motivasi belajar. Selanjutnya mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Oleh
karena itu motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus. Agar
siswa memiliki motivasi belajar yang kuat, pada tempatnya diciptakan suasana belajar
yang menggembirakan ( Dimyanti dan Mudjono, 2009 : 239 ).
Variasi didalam penyampaian bahan ajar sangat
dibutuhkan dalam proses belajar mengajar karena, dalam situasi belajar kita
sebagai tenaga pendidik mengetahui bagaimana karakteristik peserta didik kita
yang berbeda-beda. Setiap materi tidak
dapat disampaikan dengan satu metode saja, tetapi kita juga harus bisa
menggunakan metode lain dengan menggunakan media sebagai alat untuk dapat
menyampaikan materi ajar yang tidak bisa disamapaikan dengan ceramah, bahkan
kita juga bisa menggunakan metode lain yaitu: diskusi atau tanya jawab, karya
wisata dan masih banyak lainnya, yang dapat membangkitkan motivasi belajar
sisiwa.
Berdasarkan terori motivasi Menurut McDonald (dalam
Hamalik 1992 : 173) motivasi adalah suatu perbuatan energi di dalam diri
seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan (afektif) dan reaksi untuk
mencapai tujuan, yang mencakup tiga unsur penting yaitu:
1.
Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam
pribadi. Perubahan-perubahan dalam motivasi timbul dari perubahan-perubahan
tertentu dalam sistem neurofisiologis dalam organisme manusia, misalnya adanya
perubahan dalam sistem pencernaan akan menimbulkan motif lapar. Akan tetapi,
ada juga perubahan energi yang tidak di ketahui.
2.
Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/feeling, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan
persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi
dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
3.
Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai
tujuan. Pribadi yang bermotivasi mengadakan respons-respons yang tertuju kearah
suatu tujuan.
Perubahan energi dalam diri seseorang itu terbentuk
suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan
tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk
mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan untuk mencapainya.
Dalam proses balajar dan mengajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang
yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan
aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan
dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang menarik minat
orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu selama sesuatu itu tidak
bersentuhan dengan kebutuhannya (Djamarah, 2008; 148).
b.
Kurangnya keaktifan dalam
belajar.
Para guru memberikan kesempatan dalam belajar kepada
para siswa memberikan peluang dilaksanakannya implikasi prinsip keaktifan bagi
guru secara optimal. Peran guru mengorganisasikan kesempatan belajar bagi
masing-masing siswa berarti mengubah peran guru dari bersifat didaktis menjadi
lebih bersifat mengindividualis yaitu menjamin bahwa setiap siswa memperoleh
pengetahuan dan ketrampilan didalam kondisi yang ada Sten, 1998 : 224 ( dalam
Dimyati dan Mudjono, 2009 : 62).
Keaktifan peserta didik pada saat proses belajar mengajar adalah hal
yang utama yang harus dibangkitkan didalam diri setiap peserta. Hal ini dapat
dilakukan oleh guru yaitu dengan cara memberikan sesuatu yang lebih bersifat
individu sehngga masing – masing individu mampu mengembangkan semangat dan
keaktifaannya pada saat proses belajar mengajar.
c.
Merosotnya moral.
Robert J. Havihurst (dalam Utama. 2010 : 35 )
,menyatakan moral yang bersumber dari adanya suatu tata nilai a value is an abyect estate or affair wich
is desired (tata nilai adalah suatau objek rohani atas suatu keadaan
yang diinginkan). Maka kondisi atau potensi internal kejiwaan seseorang untuk
dapat melakukan hal – hal yang baik, sesuai dengan nilai – nilai (value) yang diinginkan itu disebutnya
sebagi moral. Dengan demikian perkembangan moral seseorang itu berkaitan erat
dengan perkembangan sosial anak, disamping pengaruh kuat dari perkembangan
pikiran, perasaan serta kemauan atau hasil tanggapan dari anak.
Dengan adanya pendidikan dan pembelajaran diharapkan
mampu memberikan bentuk yang positif bagi perkembangan individu manusia. Tetapi
pendidikan dan pembelajaran tidak cukup hanya didunia formal saja, keluarga
masyarakat harus ikut campur tangan untuk mengantisipasi kendala tersebut.
d.
Munculnya tindakan kekerasan
Perkembangan moral anak itu bersifat dinamis yang
artinya selalu berubah – ubah
disesuaikan dengan umur anak – anak
tersebut. Dalam hal ini pembelajaran merupakan salah salah satu usaha
untuk dapat memperbaiki dan merubah moral anak agar supaya memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap perilaku anak – anak, baik dimasa kanak –
kanak sampai pada masa remaja bahkan pada saat dewasa. Schopenhauer dalam teorinya yang bernama nativisme mengatakan bahwa perkembangan manusia itu ditentukan
oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir. Pembawaan yang telah terdapat pada
waktu dilahirkan menentukan hasil perkembangannya. Bagi Schopenhauer, pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat
pembawaan. Dalam ilmu pendidikan, ini disebut pesimisme paedagogis (Utama, 2005: 27).
John Locke (dalam Utama 2005:28) berpendapat bahwa
dalam perkembangan anak menjadi dewasa ditentukan oleh lingkungannya atau oleh
pendidikan dan pengalaman yang di terimanya sejak kecil. Artinya bahwa
manusia-manusia dapat dididik menjadi apa saja (kearah yang baik maupun kearah
yang buruk) menurut kehendak atau pendidiknya. Dalam pendidikan, pendapat kaum
empiris ini terkenal dengan nama optivimisme
paedagogis. Seorang anak itu diibaratkan seperti sebuah kertas putih
yang masih bersih dan kertas tersebut bebas untuk di tuliskan apapun di atasnya
sesuai dengan kehendak ataupun pendidiknya. Teori ini seolah-olah beranggapan
bahwa pengaruh lingkungan, pendidikan maupun pengaruh lainnya dapat mengubah
sifat-sifat bawaan anak sejak lahir.
William Stren dalam
teorinya yang bernama Convergensi
yang berpandangan bahwa pembawaan dan lingkungan kedua-duanya menentukan
perkembangan manusia. Teori ini merupakan perkembangan dari kedua teori diatas
karena mengadopsi keduanya, jadi menurut teori ini antara sifat-sifat
pembawaan anak sejak lahir maupun keadaan lingkungan sama-sama memberi pengaruh
terhadap perkembangan perilaku dan jiwa seorang anak (Utama, 2005:8). Lebih
lanjut Menurut Langeveld (dalam
Relawati, 2001:11) menyatakan pendidikan itu adalah “ciri hakiki manusia”,
manusia di sebut animal educadum
yaitu makhluk yang harus dididik, dapat dididik dan ditunjuk untuk mendidik.
Berdasarkan teori perkembangan tersebut bahwa ternyata
anak itu dengan pembelajaran dan pendidikan yang baik, yang dilakukan oleh
tenaga pendidik, dapat diarahkan kemanapun yang diinginkan oleh tenaga
pendidik, dan juga bahwa pembentukan perilaku anak juga dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksterbal yang dapat menentukan pembentukan karakter setiap
manusia. Sehingga dalam hal ini pembelajarn sangatlah memiliki pengaruh yang
besar terhadap pembentukan sikap dan kepribadian manusia yang ditentukan oleh
faktor ekstenal yaitu proses pembelajaran. Mengetahui hal ini proses
pembelajaran yang menitik beratkan pada aspek moral bukan saja pada aspek
intelektual dapat menjadi manusia yang memilikiu kepribadian yang baik.
e.
Kurangnya konsentrasi
belajar.
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan
perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan
belajar mapun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran,
guru perlu mempergunakan bermacam – macam strategi belajar – mengajar, dan
memperhitungkan waktu belajar serta selingan istirahat ( Dimyanti dan Mudjono,
2009 : 239 ). Dengan kurangnya konsentrasi belajar pada diri siswa akan
berdampak pada rendahnya hasil dan mutu didalam pendidikan tersebut.
Dengan rendahnya hasil dalam pembelajaran secara
kuantitas dan kualitas out put dari peserta didik, hal ini akan berdampak pada
persepsi masyarakat terhadap dunia pendidikan akan melemah terhadap sekolah
yang mengalaminya. Diharapkan guru dan institusi atau lembagai pendidikan yang
bersangkutan haruslah mampu meningkatkan konsentrasi peserta didik didalam
pembelajaran agar dapat meningkatkan mutu dan kualitas dari pendidikan yang
diharapkan.
BAB III. PEMBAHASAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS ICT (Microsoft Powerpoint) SEBAGAI SEBUAH INOVASI PENDIDIKAN
A. Pentingnya Kompetensi Guru Dalam Pembelajaran
Sekarang ini tidak sedikit guru dalam pembelajaran di
kelas masih monoton. Termasuk di dalamnya guru mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI), para guru masih banyak
menggunakan metode tradisional yaitu ceramah mengajar di depan kelas, peserta
didik mau tidak mau harus mendengarkannya. Akibatnya, peserta didik bosan
dengan mata pelajaran yang diajarkan. Sehingga terjadi banyak yang
diindikasikan seperti, peserta didik mengantuk, berbicara dengan teman, sering
izin keluar, menulis atau menggambar dan aktivitas lainnya yang tidak ada
hubungan dengan mata pelajaran tersebut.
PAI menempati posisi yang sangat strategis dalam
memberikan dasar keimanan dan ketakwaan peserta didik hingga di masa depan,
kelak. Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Begitu pentingnya mata pelajaran PAI di sekolah, jangan sampai hanya formalitas
telah dilaksanakan. Namun, juga harus mempunyai makna bagi peserta didik. Untuk
itu, perlu ada inovasi pembelajaran. Salah satu bentuknya adalah pembelajaran PAI
berbasis Information and Communication
Technology (ICT) atau sering disebut: Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK).
Kompetensi adalah
pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam
kebiasaan berfikir dan bertindak. Arti lain dari kompetensi adalah spesifikasi
dari pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang dimiliki seseorang serta
penerapannya didalam pekerjaan sesuai dengan standar kinerja yang
dibutuhkan oleh lapangan. Dengan demikian kompetensi yang dimiliki oleh setiap
guru akan menunjukan kualitas guru yang sebenarnya. Kompetensi terus akan
terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan, maupun sikap
professional dalam memajukan fungsi sebagai guru.
Berdasarkan pengertian
tersebut, Standar Kompetensi Guru adalah suatu pernyataan tentang criteria yang
dipersyaratkan, ditetapkan, dan disepakati bersama dalam bentuk penguasaan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap bagi seorang tenaga kependidikan sehingga layak disebut kompeten. Dari beberapa pengertian tentang
kompetensi pada guru maka dapat disimpulkan pengertian peningkatan
kompetensi TIK pada guru adalah kemampuan yang harus dimiliki dan dikuasai oleh
guru untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengajaran dalam bidang
TIK, tetapi secara tegas dalam hal ini pemanfaatan media sebagai bahan ajar.
Pemanfaatan media TIK dalam
bidang pendidikan, dapat menunjang pembelajaran yang kini merupakan suatu
keharusan, bukan hanya untuk meningkatkan efektivitas dan kualitas
pembelajaran, tetapi yang lebih penting adalah untuk meningkatkan penguasaan
TIK baik bagi guru mau pun siswa sebagai bekal hidup di era teknologi yang
terus berubah dan berkembang. Dalam konteks pembelajaran, pemanfaatan dan
pemberdayaan media TIK, termasuk teknologi multimedia, dapat meningkatkan
efektivitas dan efisiensi pembelajaran, yang diharapkan dapat memberikan
kepuasan public dengan
memberikan layanan yang prima dengan hasil sesuai dengan Standar dan tujuan
yang diharapkan. Jika pada masa lalu ada anggapa bahwa pembelajaran tidak
terlalu perlu menggunakan media TIK, pada era saat ini penggunaan media
TIK merupakan suatu keharusan.
Sebenarnya banyak guru PAI sudah menguasai ICT, tetapi
masih sekadar dimanfaatkan untuk mengetik. Padahal manfaat ICT dalam
pembelajaran dapat dimanfaatkan lebih dari itu.
B. Bentuk Pemanfaatan ICT Dalam Pembelajaran PAI
Bentuk pemanfaatan ICT dalam pembelajaran PAI
adalah
Pertama, penggunaan program powerpoint dalam proses pembelajaran PAI di kelas.
Melalui proram tersebut, guru tinggal menulis poin-poin penting materi yang
akan disampaikan. Dalam microsoft powerpoint juga kita bisa menyisipkan suara –
suara dan animasi serta video pada presentasi dalam pelajaran Kedua, menggunakan e-mail untuk mengumpulkan tugas dari peserta
didik. Sekarang ini yang biasa dilakukan guru kepada peserta didik dalam
mengumpulkan tugas melalui buku atau kertas. Secara tidak langsung kita
mendidik agar peserta didik dapat menggunakan teknologi yang ada dilingkungan
kita serta pemanfaatannya dalam pembelajaran.
Ketiga, menggunakan mailing
list untuk diskusi kelas yang diajarkan. Melalui mailing list guru dapat membuat
grup atau kelompok sendiri, bisa berupa satu kelas atau satu sekolah
untuk berkomunikasi. Guru PAI dapat menginformasikan materi pembelajaran yang
akan disampaikan pada pertemuan ke depan via mailing list. Sedangkan seluruh anggota grup akan mengetahuinya
dalam waktu yang bersamaan. Saat itu juga peserta didik dapat mendownload
materi tersebut dari rumah atau dimanapun tempatnya asal ada jaringan internet.
Tidak hanya itu dengan memanfaatkan akun facebook kita bisa memanfaatkan
sebagai media belajar siswa, baik dari tugas, bahan materi yang dipelajari atau
yang akan dipelajari, sebagai ruang diskusi.
Keempat, menggunakan web blog untuk pembelajaran di dalam atau luar kelas.
Ketika disebut web blog, banyak guru yang bertanya-tanya pasti mahal biayanya.
Memang untuk website yang komersial, pengguna (user) harus membayar sesuai dengan tarif, tetapi untuk web blog,
pengguna tidak harus membayar alias gratis. Dibanding dengan fasilitas ICT, web
blog lebih sempurna. Diantara kelebihannya adalah guru dapat menampilkan semua
karya atau hasil pemikiran yang dimiliki. Webblog dapat digambarkan seperti
surat kabar pribadi guru. Surat kabar tersebut mau diisi apa tergantung pada
guru.
Hubungannya dengan pembelajaran, guru dapat
mengunggah (up load) semua
materi pembelajaran PAI ke website. Melalui media ini peserta didik dapat
belajar tanpa dibatasi dengan ruang kelas. Tidak hanya materi pembelajaran,
tetapi juga latihan soal, hasil ujian/ulangan atau materi lain yang berhubungan
dengan materi PAI.
Dari keempat penggunaan ICT dalam pembelajaran,
apabila dilakukan oleh guru PAI, maka akan berdampak positif pada ketertarikan
peserta didik terhadap mata pelajaran PAI di sekolah. Sehingga peserta didik
dalam mengikuti mata pelajaran PAI tidak terpaksa, melainkan kesadaran dari
diri sendiri. Pengalaman penulis dalam memanfaatkan ICT dalam pembelajaran PAI,
peserta didik selalu menunggu hal yang baru. Suatu saat, penulis sengaja tidak
menggunaan ICT, peserta didik banyak yang bertanya dan lebih senang menggunakan
ICT.
C. Media Pembelajaran Berbasis Power Point
(Observasi Lapangan Terhadap Penerapan Inovasi Pendidikan Di SMP Penida Katapang Kabupaten Bandung)
Melihat berdasarkan pemanfaatan ICT di atas, penulis
mendapatkan sebuah hasil dari hasil observasi dimana di salah satu sekolah
khususnya yaitu SMP Penida Katapang Kabupaten Bandung yang berada di wilayah
Soreang lebih tepatnya Jalan terusan Kopo Km 13 No 247 Desa Pangauban Kecamatan
Katapang. Dalam pembelajaran PAI khususnya guru PAI telah memanfaatkan sarana
teknologi informatika.
Sekolah tersebut telah dilengkapi dengan fasilitas
hotspot sehingga dapat memudahkan untuk mencari materi penunjang yang ada di
internet. Para siswa menggunakan email dan akun facebook mereka sebagai sarana
belajar seperti untuk bertanya mengenai materi yang tidak dipahami, dimana dengan penggunaan akun tersebut bisa dimana
saja, dan kapan saja serta tempatnya tak terbatas. Sarana prasarana seperti infocus dan layar
telah dimiliki, sound sistem sebagai media audio juga telah dipergunakan.
Sehingga dalam setiap pembelajarannya menggunakan media interaktif yang
berbasis microsoft Powerpoint, yang disisipi audio (suara) dan menyisipkan
video seperti halnya film – film atau ilustrasi yang berhubungan dengan materi
yang akan di ajarkan.
Presentasi
Power Point Ini adalah bentuk yang paling
sederhana dan paling mudah dan paling praktis Mengoptimalkan Microsoft PowerPoint sebagai
media belajar berarti memanfaatkan secara maksimal segala fitur dan sediaan
yang dimiliki oleh Microsoft PowerPoint untuk menunjang kegiatan belajar
mengajar.
Aplikasi software
Microsoft PowerPoint yang sering digunakan untuk presentasi dapat dioptimalkan
penggunaannya dengan memanfaatkan berbagai fasilitas yang dimilikinya seperti
hyperlink, insert picture, table,
grafik movie ,sound beserta efek animasinya (custom animation) dalam
menampilkan gambar bangun, garis, teks dan gambar secara kolaboratif. Pada
prinsipnya program ini terdiri dari beberapa unsur rupa, dan pengontrolan
operasionalnya. Unsur rupa yang dimaksud, terdiri dari slide, teks, gambar dan
bidang-bidang warna yang dapat dikombinasikan dengan latar belakang yang telah
tersedia. Unsur rupa tersebut dapat kita buat tanpa gerak, atau dibuat dengan
gerakan tertentu sesuai keinginan kita. Seluruh tampilan dari program ini dapat
kita atur sesuai keperluan, apakah akan berjalan sendiri sesuai timing yang
kita inginkan, atau berjalan secara manual, yaitu dengan mengklik tombol mouse.
Biasanya jika digunakan untuk penyampaian bahan ajar yang mementingkan
terjadinya interaksi antara peserta didik dengan tenaga pendidik, maka kontrol
operasinya menggunakan cara manual.
Sebenarnya Microsoft PowerPoint juga memiliki beberapa
kunggulan yang membuatnya pantas digunakan sebagai media belajar. Beberapa
kelebihan tersebut antara lain :
1.
Penyajiannya menarik karena ada permainan warna, huruf
dan animasi, baik animasi teks maupun animasi gambar atau foto.
2.
Lebih merangsang peserta didik untuk mengetahui lebih
jauh informasi tentang bahan ajar yang tersaji.
3.
Pesan informasi secara visual mudah dipahami peserta
didik.
4.
Tenaga pendidik tidak perlu banyak menerangkan bahan
ajar yang sedang disajikan.
5.
Dapat diperbanyak sesuai kebutuhan, dan dapat dipakai
secara berulang-ulang.
6.
Dapat disimpan dalam bentuk data optik atau magnetik.
(CD / Disket / Flashdisk), sehingga praktis untuk di bawa kemana-mana.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pembuatan bahan presentasi dengan menggunakan Microsoft PowerPoint diantaranya:
1.
Jangan terlalu banyak tulisan yang ditampilkan.
2.
Tulisan jangan terlalu kecil karena harus dilihat oleh
banyak siswa.
3.
Seimbangkan antara gambar dan animasi dengan bahan
ajar yang ingin disampaikan.
4.
Usahakan bentuk presentasi yang interaktif.
Jika PowerPoint dimanfaatkan dengan baik atau benar
akan sangat membantu. Terlebih lagi jika pendidik dapat memaksimalkan kegunaan
dan fungsi dari powerpoint itu sendiri dan menggabungkan dengan aplikasi lain
serta kekreatifannya. Kekreatifan dapat dinilai dari segi keindahan, kejelasan
dan pengaturan format powerpoint yang dilakukan dengan sedemikian sehingga
siswa dapat menyimak dan menerima hasilnya dengan maksimal.
Media belajar dan metode mengajar memang memberi
pengaruh yang besar dalam proses belajar mengajar. Salah satu bentuk
pemanfaatan media tersebut adalah dengan menggunakan Microsoft PowerPoint.
PowerPoint memang memiliki banyak keunggulan dan memberikan banyak kemudahan.
Namun dalam pemanfaatannya diperlukan juga kebijakan dan kemampuan dari
pendidik untuk memahami, menggunakan dan mengoprasikan segala fitur yang ada
pada PowerPoint secara optimal sehingga mempercepat tercapainya tujuan
pembelajaran. Dalam hal ini, sepertinya setiap guru paling tidak mempunyai kemampuan untuk membuat materi ajar dalam bentuk presentasi Power Point ini. Meskipun paling sederhana, Power
Point memberikan fasilitas yang cukup baik untuk membuat media ajar. Justru dengan kesederhanaan ini lah yang
menyebabkan hal ini sangat mudah dipelajari.
Satu hal yang menarik dalam observasi
ini adalah cara guru dalam mengelola kelas dalam mengawali kegiatan
pembelajaran yaitu dengan memberikan pretest. Walaupun apabila sekilas seperti
pemberian “diskon terhadap nilai”, tapi penulis menganggap cukup efektif dalam
memacu motivasi belajar peserta didik. Inovasi itu disebut dengan “KUIS
EDUKATIF INTERAKTIF PENDIDIKAN AGAMA ISLAM”. (contoh inovasi powerpoint
terdapat di lampiran)
Dalam kegiatan kuis tersebut dilakukan
sebagai awal memulai kegiatan belajar, dimana siswa yang dipenggil kedepan oleh
gurunya kurang lebih antara 3 – 5 orang siswa diperbolehkan memilih soal yang
ada pada powerpoint tersebut.
Dalam aturan mainnya yaitu :
1.
Siswa
yang dipanggil untuk menjawab pertanyaan diberi kesempatan untuk menjawab 3
pertanyaan
2.
Tiap
Pertanyaan memiliki nilai/ point yang berbeda sesuai dengan kesulitan
pertanyaan dan nilai maksimal diberikan karena ketepatan dalam menjawab
3.
Pertanyaan
pertama memiliki nilai 78 – 85 (maks)
Pertanyaan
kedua memiliki nilai 75 – 78 (maks)
Pertanyaan
ketiga memilki nilai 70 – 74 (maks)
4.
Jawaban
benar maka diberinilai sesuai dengan nomor soal Pertanyaan berhenti pada soal
yang terjawab. Siswa menjawab pertanyaan pertama dengan nilai di atas, apabila
tidak bisa terjawab pertanyaan pertama maka diberi pertanyaan kedua, Tetapi apabila pertanyaan
kedua juga tidak terjawab maka dipersilahkan menjawab pertanyaan ketiga
5.
Namun
apabila ketiga pertanyaan tidak bisa terjawab
Maka tidak mendapatkan point/ nilai, dan dipersilahkan menunggu kembali panggilan untuk kesempatan
berikutnya.
Salah
satu kelebihan dalam inovasi “pretest” yang dibuat guru ialah :
1.
Para peserta didik mempersiapkan diri
seperti menghapal atau mengingat – mengingat pelajaran yang telah diberikan.
2.
Menguatkan ingatan atau hafalan siswa.
3.
Adanya persaingan sehat antara para
siswa untuk memperoleh nilai yang baik.
4.
Menyegarkan kembali suasana belajar
karena dalam presentasi dibuat dengan animasi yang menarik sehingga tidak
monoton.
5.
Adanya antusias siswa dalam menjawab
pertanyaan.
Dalam menggunakan presentasi powerpoint
ini mungkin sudah umum dilakukan oleh sekolah – sekolah walaupun tidak semua
dalam pembelajaran PAI menggunakannya. Tetapi dalam hal ini pengelolaan kelas
yang dilakukan oleh seorang guru dalam memulai pembelajaran sehingga timbul motivasi
belajar siswa. Kita bisa bayangkan apabila jadwal belajarnya disimpan di jam
terakhir pasti fokus dan perhatian siswa terhadap pelajaran berkurang, begitu
juga dengan motivasinya. Dalam hal ini rasa lelah, ngantuk, kebisingan dari
luar kelas serta gangguan lainnya yang dapat mengganggu kegiatan belajar
mengajar, sehingga semangat belajar yang ada pada diri peserta didik berkurang
bahkan tidak ada.
Tetapi dalam observasi dalam inovasi
pembelajaran ini penulis tidak melihat perilaku peserta didik seperti yang
disebutkan di atas, walaupunada satu atau dua siswa yang sudah merasa lelah.
Tetapi secara keseluruhan, semangat belajar siswa berbeda, bahkan ada kejadian
dimana bel pulang dibunyikan para peserta didik tersebut masih betah belajar
dan meminta jam tambahan untuk belajar dalam materi PAI tersebut. Dalam hal ini kekreatifitasan, kompetensi
dalam mengelola bahan ajar, dan inovatif dalam penggunaan dan mengelola bahan
ajar, seorang guru sangat berpengaruh dalam efektifitas belajar sehingga bisa
mengkondisikan KBM sehingga bisa lebih kondusif.
BAB IV. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari hasil
observasi ini, diantaranya :
1.
Agama islam tidak menutup diri dengan
pesatnya perkembangan jaman, tetapi islam sangat fleksibel bahkan islam
menganjurkan umat islam untuk hidup maju dan berkembang menjadi lebih baik
seiring dengan perkembangan jaman tersebut dengan berlandaskan iman dan
taqwa.
2.
Pendidikan khususnya kita sebagai
pendidik yang merupakan salah satu komponennya harus bisa menyesuaikan dan
memanfaatkan teknologi tersebut untuk kepentingan belajar, karena tidak dapat
dipungkiri dengan berkembangnya teknologi itu unsur negatif pun banyak.
3.
Seorang guru harus mengerti terhadap
peran, fungsi serta tugasnya, dimana guru sebagai pengajar tetapi juga pendidik
yang bertanggung jawab terhadap perkembangan perubahan individu yang lebih
baik.
4.
Kreatifitas, inovatif serta Kompetensi
guru dalam mengelola kelas begitu juga
dengan pemanfaatan sarana prasarana media pembelajaran yang ada disekolah, apa
bila digunakan dengan tepat sangat berpengaruh terhadap suasana belajar yang
baik, sehingga timbulnya motivasi dalam diri siswa dlam belajar.
5.
Metode yang digunakan semuanya benar dan
mempunyai kelebihan serta kekurangannya, karena tidak ada metode mengajar dan
belajar yang menjamin keberhasilan 100%. Karena itu dalam konteks ini khususnya
guru, harus bisa mengoptimalkan pengetahuan, kemampuan serta imajinasi dalam
berinovasi dalam dunia pendidikan yang berhubungan dengan mata pelajaran yang
diampunya.
DAFTAR PUSTAKA
Bahri, Djamarah Syaiful dan Aswan Zain. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, 2006.
Drs. Hasan Basri,
M.Ag. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: CV. PUSTAKA SETIA, 2009.
Heri Gunawan, S.Pdi.,
M.Ag. Kurikulum Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: CV.
ALVABETA, 2012.
Ismail SM, Nurul
Huda, dan Abd. Kholiq. Paradigma Pendidikan Islam. . Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2001.
Jensen, Eric. Brain-Based
Learning . Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008.
Prof. Udin Syaefudin
Sa'ud, Ph.D. Inovasi Pendidikan. Bandung: CV. Alfabeta, 2013.
Sanjaya, Wina. Kurikulum
dan Pembelajaran, Teori dan Praktik Pengembangan KTSP. Jakarta: Kencana,
2009.
Syaefudin, Udin. Inovasi
Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2009.
Trianto, M.Pd. Mendesain
Model Pembelajaran Inovatif - Progresif (Konsep, Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Jakarta:
KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, September 2010.
Yamin, Martinis. Paradigma
Baru Pembelajaran. Jakarta: GAUNG PERSADA, 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar