Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dihadapkan pada
peserta didik dengan rata-rata satu kelas yang terdiri dari maksimal empat
puluh orang siswa. Bukan hanya itu guru juga menghadapi bahan pengetahuan yang
berasal dari buku teks, dari kehidupan, sumber informasi lainnya atau dunia
maya atau kenyataan disekitar sekolah. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya
keterampilan mengemas pesan pembelajaran. Pengemasan terhadap materi yang akan
di ajarkan terhadap peserta didik dalam rangka usaha peningkatan kemampuan-kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotor peserta didik.
Semua guru professional dituntut terampil dalam
mengemas pembelajaran dan terampil dalam mengajar tidak hanya semata-mata hanya
menyajikan materi ajar. Guru dituntut memiliki pendekatan pembelajaran sesuai
dengan tujuan instruksional. Guru dituntut menguasai dan memahami materi yang
akan diajarkan agar dengan cara demikian para siswa akan benar-benar memahami
apa yang akan diajarkan. Bukan hanya itu saja seorang guru atau pendidik
dituntut untuk menyediakan kondisi belajar untuk peserta didik untuk mencapai
kemampuan-kemampuan tertentu yang harus dipelajari oleh subyek didik. Peran
desain dan model dalam kegiatan belajar mengajar sangat penting, karena
menunjuk pada proses memanipulasi, atau merencanakan suatu pola atau signal dan
lambang yang dapat digunakan untuk menyediakan kondisi untuk belajar.
Hakikat dan model desain pembelajaran, yang mana
merupakan suatu cara atau tekhnik dalam suatu pengajaran yang akan
digunakan. Maka dari itu dalam penulisan makalah ini penulis membatasi
pembahasan mengenai apa yang dimaksud
model desain pembelajaran , kriteria desain pembelajaran, dan macam – macam
model pembelajaran.
Mengenai model – model desain pembelajaran ini banyak
sekali macamnya. Pada pembahasan ini penulis tidak akan menguraikan semua model
desain pembelajaran. Dalam hal ini penulis akan menguraikan diantaranya : 1) Model Gagne and Briggs, 2) Model Banathy
dikembangkan pada tahun 1968 oleh Bela H. Banathy, 3) Jerold E. Kemp, 4) Model dick and Cery.
1.
Apa pengertian dari
hakikat dan model desain pembelajaran?
2.
Apa yang dimaksud
dengan desain instruksional dan apa saja yang menjadi kriterianya?
3.
Bagaimana model –
model desain instruksional Briggs and Gagne, Banathy, Kemp dan Model Dick and
Cery?
4.
Bagaimana penerapan
model desain pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah (Observasi)?
Tujuan dalam penulisan makalah ini diantaranya :
1.
Mengetahui pengertian
hakikat dan model desain pembelajaran.
2.
Mengetahui pengertian
dari desain sinstruksional dan kriterianya.
3.
Mengetahui model –
model desain instruksional Briggs and Gagne, Banathy, Kemp dan Model Dick and
Cery, serta pemikirannya dalam dunia pendidikan.
4.
Mengetahui penerapan
model desain pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah (Observasi).
Pengertian hakikat menurut
kamus besar adalah kebenaran, kenyataan yang sebenarnya. Pengertian model secara khusus, model berarti kerangka konseptual yang
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Arti lain barang atau benda
tiruan dari benda sesungguhnya. Model merupakan gambaran mental yang membantu
kita menjelaskan sesuatu dengan lebih jelas terhadap sesuatu yang tidak dapat
dilihat atau tidak dialami langsung (Dorin, Demmin, dan Gabel, 1990).
Pembelajaran tidak
dapat diartikan sebagai sesuatu yang statis, melainkan suatu konsep yang bisa
berkembang seirama dengan tuntutan kebutuhan hasil pendidikan yang berkaitan
dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang melekat pada wujud pengembangan
kualitas sumber daya manusia. Pembelajaran atau mengajar adalah upaya guru untuk
mengubah tingkah laku siswa. Hal ini disebabkan karena pembelajaran adalah
upaya guru untuk supaya siswa mau belajar. Sedangkan belajar adalah perubahan
tingkah laku siswa. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa mengajar bukan upaya
guru untuk menyampaikan bahan, tetapi bagaimana siswa dapat mempelajari bahan
sesuai dengan tujuan.
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, pembelajaran diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata
dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui
(diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi
“pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan
sehingga anak didik mau belajar.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar
dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran
adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Lain halnya dengan pengertian pembelajaran menurut UU No. 20/2003, Bab I Pasal
Ayat 20 ialah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Dari beberapa
definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari guru
untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang
berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha.
Dalam proses kegiatan pembelajaran melibatkan beberapa komponen diantaranya :
(1)
Siswa, Seorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
(2)
Guru, Seseorang yang bertindak
sebagai pengelola, katalisator, dan peran lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar yang efektif.
(3)
Tujuan, pernyataan tentang perubahan
perilaku (kognitif, psikomotorik, afektif) yang diinginkan terjadi pada siswa
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
(4)
Isi Pelajaran, segala informasi berupa fakta,
prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
(5)
Metode, cara yang teratur untuk
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan
mereka untuk mencapai tujuan.
(6)
Media, bahan pengajaran dengan atau
tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa.
(7)
Evaluasi, cara tertentu yang digunakan
untuk menilai suatu proses dan hasilnya.
Adapun ciri-ciri pembelajaran yang menganut
unsur-unsur dinamis dalam proses belajar siswa sebagai berikut :
(1)
Motivasi Belajar. Motivasi dapat dikatakan
sebagai serangkaina usaha untuk menyediakan kondisi kondisi tertentu, sehingga
seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatau, dan bila ia tidak suka, maka ia
akan berusaha mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi, motivasi dapat dirangsang
dari luar, tetapi motivasi itu tumbuh di dalam diri seseorang. Adalam kegiatan
belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di
dalam diri seseorang/siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjalin
kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang
dihendaki dapat dicapai oleh siswa (Sardiman, A.M. 1992)
(2)
Bahan Belajar.
Merupakan segala informasi yang berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain bahan yang berupa informasi, maka
perlu diusahakan isi pengajaran dapat merangsang daya cipta agar menumbuhkan
dorongan pada diri siswa untuk memecahkannya sehingga kelas menjadi hidup.
(3)
Alat Bantu Belajar. Semua alat yang digunakan
dalam kegiatan pembelajaran, dengan maksud untuk menyampaikan pesan
(informasi)) dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (siswa).
Inforamsi yang disampaikan melalui media harus dapat diterima oleh siswa,
dengan menggunakan salah satu ataupun gabungan beberaapa alat indera mereka.
Sehingga, apabila pengajaran disampaikan dengan bantuan gambar-gambar, foto,
grafik, dan sebagainya, dan siswa diberi kesempatan untuk melihat, memegang,
meraba, atau mengerjakan sendiri maka memudahkan siswa untuk mengerti
pengajaran tersebut.
(4)
Suasana Belajar. Suasana yang dapat menimbulkan
aktivitas atau gairah pada siswa adalah apabila terjadi :
(a)
Adanya komunikasi dua arah (antara guru-siswa maupun
sebaliknya) yang intim dan hangat, sehingga hubungan guru-siswa yang secara
hakiki setara dan dapat berbuat bersama.
(b)
Adanya kegairahan dan kegembiraan belajar. Hal ini
dapat terjadi apabila isi pelajaran yang disediakan berkesusaian dengan
karakteristik siswa.
Kegairahan dan kegembiraan
belajar jug adapat ditimbulkan dari media, selain isis pelajaran yang
disesuaiakan dengan karakteristik siswa, juga didukung oleh factor intern siswa
yang belajar yaitu sehat jasmani, ada minat, perhatian, motivasi, dan lain
sebagainya.
(5)
Kondisi Siswa yang
Belajar.
(a)
Mengenai kondisi siswa, adapat dikemukakan di sini
sebagai berikut : Siswa memilki sifat yang unik,
artinya anatara anak yang satu dengan yang lainnya berbeda.
(b)
Kesamaan siswa, yaitu memiliki langkah – langkah perkembangan, dan memiliki potensi yang perlu
diaktualisasikan melalui pembelajaran.
Kondisi siswa sendiri sangat dipengaruhi oleh faktor intern dan juga faktor luar, yaitu segala
sesuatau yang ada di luar diri siswa, termasuk situasi pembelajaran yang
diciptakan guru. Oleh Karena itu kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada
peranan dan partisipasi siswa, bukan peran guru yang dominant, tetapi lebih
berperan sebagai fasilitaor, motivator, dan pembimbing.
Jenis pembelajaran berdasarkan cara mengorganisasi siswa, ada 3 cara yang dapat dilakukan guru dalam
mengelola siswa, supaya pembelajaran berjalan efektif dan efisien. Tiga cara
tersebut adalah
(1)
Pembelajaran secara
individual. Pembelajaran secara individual adalah kegiatan pembelajaran yang menitik
beratkan pada bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing individu.
Pemberian bantuan dan bimbingan secara individual dapat dilakukan pada
pembelajaran individual ataupun pembelajaran klasikal. Pembelajaran individual
dalam pembelajaran individual dengan cara guru memberi bantuan pada
masing-masing pribadi, sedangkan bantuan individual dalam pembelajaran klasikan
dengan cara guru memberi bantuan individu secara umum. Contohnya misalnya siswa
diminta untuk membaca dalam hati pada pokok bahasan tertentu.
(2)
Pembelajaran secara
kelompok. Pembelajaran kelompok adalah pembelajaran dengan cara kelas dibagi menjadi
beberapa kelompok, antara 3-8 orang. Penekanan pembelajaran ini pada
peningkatan kemampuan individu sebagai anggota kelompok.
(3)
Pembelajaran secara
klasikal. Pembelajaran klasikal yaitu pembelajaran yang dilaksnakan secara klasikal
atau diikuti siswa dalam jumlah berkisar antara 1- 45 orang. Karena guru harus
menghadapi siswa dengan jumlah banyak, maka dalam pembelajaran klasikal
diperlukan pelaksanaan dua kegiatan sekaligus, yaitu pengelolaan pembelajaran,
dan pengelolaan kelas. Pengelolaan pembelajaran
adalah kegiatan untuk melaksanakan desain instruksional, sedangkan pengelolaan
kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan
belajar dengan baik. Sedangkan pengelolaan kelas biasanya dilakukan karena
adanya masalah disaat pembelajaran, di mana sumber masalah tersebut antara lain
dari kondisi tempat belajar ataupun dari siswa yang terlibat dalam
pembelajaran. Contoh sumber masalah dari kondisi tempat belajar misalnya ruang
kotor, kursi rusak, papan tulis kotor, dan lain sebaginya. Sedangkan sumber
dari siswa dapat secara individu ataupun
berkelompok. Kegiatan pembelajaran ini tergolong efisien dan murah.
Model mempunyai fungsi menjelaskan keterkaitan
berbagai komponen dalam suatu pola pemikiran yang disajikan secara utuh, hal
ini karena model disusun dalam upaya mengkonkretkan keterkaitan hal – hal
abstrak dalam suatu skema, bagan, gambar atau tabel. Berdasarkan fungsi
tersebut kita dapat membaca uraian tentang banyak hal dalam sebuah pola yang
mencerminkan alur dan pola tindakan. Hal ini sejalan dengan pendapat Ryder
(2003) model seperti mitos dan metafor, dapat membantu kita memahami sesuatu,
apakah model itu diturunkan oleh seseorang atau merupakan hasil dari
penelitian, dimana setiap model menawarkan pemahaman tertentu secara lebih
mudah.
Pengertian model pembelajaran menurut pendapat ahli,
Saiful Sagala (2005) Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai
pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas belajar mengajar. Sementara itu menurut Joyce dan Weil (2000:13),
model
pembelajaran merupakan deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, rancangan unit pembelajaran,perleng kapan belajar,buku-buku, pelajaran,program multimedia, dan bantuan belajar melalui program komputer
pembelajaran merupakan deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, rancangan unit pembelajaran,perleng kapan belajar,buku-buku, pelajaran,program multimedia, dan bantuan belajar melalui program komputer
Beberapa pengertian pada uraian di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran adalah
suatu rencana mengajar yang memperlihatkan pola
pembelajaran tertentu, dalam pola tersebut dapat terlihat kegiatan guru
peserta didik di dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem lingkungan
yang menyebabkan terjadinya belajar pada peserta didik.
pembelajaran tertentu, dalam pola tersebut dapat terlihat kegiatan guru
peserta didik di dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem lingkungan
yang menyebabkan terjadinya belajar pada peserta didik.
Di dalam pola pembelajaran yang dimaksud terdapat
karakteristik berupa rentetan atau tahapan perbuatan/kegiatan guru dan peserta
didik yang dikenal dengan istilah sintaks. Secara implisit di balik tahapan
pembelajaran tersebut terdapat karakteristik lainnya dari sebuah model dan
rasional yang membedakan
antara model pembelajaran yang satu dengan model pembelajaran yang
lainnya.
antara model pembelajaran yang satu dengan model pembelajaran yang
lainnya.
Desain adalah sebuah istilah yang diambil dari kata design
yang berarti perencanaan atau rancangan. Ada pula yang mengartikan dengan
“Persiapan”. Herbert Simon (Dick dan Carey, 2006), mengartikan desain sebagai
proses pemecahan masalah. Tujuan sebuah desain adalah untuk mencapai solusi
terbaik dalam memecahkan masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang
tersedia. Desain adalah sebuah istilah yang diambil dari kata design
dalam bahasa Inggris yang berarti perencanaan atau rancangan. Ada pula yang
mengartikan dengan “Persiapan”. Desain dalam bahasa Arab disebut dengan تصميم )Tashmim( atau خطّة )khitthoh( yang juga
beararti rancangan atau perencanaan.
Desain muncul karena kebutuhan manusia untuk
memecahkan suatu persoalan, orang bisa melakukan langkah – langkah yang
sistematis untuk memecahkan suatu persoalan yang dihadapi. Dengan demikian
suatu desain pada dasarnya adalah suatu proses yang bersifat linear yang
diawali dari penentuan kebutuhan, kemudian mengembangkan rancangan untuk
merespons kebutuhan tersebut, selanjutnya rancangan tersebut diujicobakan dan akhirnya
dilakukan proses evaluasi untuk menentukan hasil tentang efektivitas rancangan
(desain) yang disusun.
Desain Pembelajaran merupakan perwujudan yang lebih
konkrit dari Teknologi Pembelajaran. Terdapat sejumlah istilah lain yang setara
diantaranya istilah Desain Sistem Pembelajaran (Instructional System Design).
Demikian juga dengan istilah Pengembangan Sistem Pembelajaran (Instructional
System Development). Asumsi dasar yang melandasi perlunya desain pembelajaran:
1.
Diarahkan untuk
membantu proses belajar secara individual
2.
Desain pembelajaran
mempunyai fase-fase jangka pendek dan jangka panjang
3.
Dapat mempengaruhi
perkembangan individu secara maksimal
4.
Didasarkan pada
pengetahuan tentang cara belajar manusia
5.
Dilakukan dengan
menerapkan pendekatan sistem (System Approach)
Desain pembelajaran dapat dimaknai sebagai
disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem dan sebagai proses. Sebagai disiplin,
desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses pengembangan
pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, merupakan ilmu untuk menciptakan
spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian serta pengelolaan situasi yang
memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk
berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas.
Sebagai sistem, merupakan pengembangan
sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana dan prosedur
untuk meningkatkan mutu belajar. Sebagai proses, merupakan pengembangan
sistematis tentang spesifikasi pembelajaran dengan menggunakan teori
pembelajaran dan teori belajar untuk menjamin mutu pembelajaran (58).
Intruksional berasal dari kata
intruction
yang berarti pengajaran, pelajaran, atau bahkan perintah/intruksi. Pendapat
Prof. Dr. H. Dailami Firdaus, SH intruksinal berarti memberi
pengetahuan/informasi khusus dengan maksud melatih berbagai bidang pengetahuan,
dalam bidang pendidkan intruksional berarti pengajaran/pelajaran. Kata lain
ialah suatu cara yang sistematis dalam mengidentifikasi, mengembangkan, dan
mengevaluasi seperangkat materi dan strategi yang diarahkan untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Yang menjadi sasaran
yaitu
materi dan strategi belajar mengajar yang dikembangkan secara empiris dan konsisten
untuk dapat mencapai tujuan instruksional tertentu.
Desain instruksional ini terdiri dari seperangkat kegiatan
yang meliputi perencanaan, pengembangan, dan evaluasi terhadap sistem
instruksional yang sedang didesain. Dalam konteks pembelajaran, desain instruksional
dapat diartikan sebagai proses yang sistematis untuk memecahkan persoalan
pembelajaran melalui proses perencanaan bahan – bahan pembelajaran beserta aktivitas yang harus
dilakukan, perencanaan sumber-sumber pembelajaran yang dapat digunakan serta
perencanaan evaluasi keberhasilan.
Desain Instruksional sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar dengan
menggunakan pendekatan sistem Instruksional. Pendekatan sistem dalam
Instruksional lebih produktif untuk semua tujuan Instruksional, di mana setiap komponen bekerja dan berfungsi untuk
mencapai tujuan Instruksional. Komponen seperti instruktur, peserta didik,
materi, kegiatan Instruksional, sistem penyajian materi, dan kinerja lingkungan
belajar saling berinteraksi dan bekerja sama untuk mewujudkan hasil
Instruksional pebelajar yang dikehendaki.
Dari beberapa pengertian diatas, maka desain
instruksional berkenaan dengan proses pembelajaran yang dapat dilakukan siswa
untuk mempelajari suatu materi pelajaran yang di dalamnya mencakup rumusan tujuan
yang harus dicapai atau hasil belajar yang diharapkan, rumusan strategi yang
dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan termasuk metode, teknik, dan media
yang dapat dimanfaatkan serta teknik evaluasi untuk mengukur atau menentukan
keberhasilan evaluasi untuk mengukur atau menentukan keberhasilan pencapaian
tujuan. Desain intruksional yang baik harus memiliki beberapa kriteria di
antaranya:
Mendesain pembelajaran perlu diawali dengan melakukan
studi pendahuluan tentang siswa. Beberapa hal yang perlu dipahami tentang siswa
di antaranya adalah kemampuan dasar dan gaya belajar.
a.
Kemampuan dasar
Pemahaman kemampuan dasar yang
dimiliki siswa perlu dipahami untuk menentukan dari mana sebaiknya kita mulai
mendesain pembelajaran. Dalam menentukan tujuan pembelajaran yang harus dicapai
disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki siswa.
b.
Gaya belajar
Gaya belajar setiap siswa
memiliki perbedaan, ada yang bertipe auditif, visual dan kinetetis. Siswa yang
bertipe auditif akan dapat menangkap informasi lebih banyak melalui
pendengaran, dengan demikian desain pembelajaran dirancang agar siswa lebih
banyak mendengar melalui berbagai media, misal radio atau tape recorder.
Sistem adalah satu kesatuan komponen yang saling
berkaitan untuk mencapai tujuan. Melalui pendekatan sistem, bukan saja
dapat diprediksi keberhasilannya, akan
tetapi juga akan terhindar dari
ketidakpastian. Hal ini disebabkan melalui pendekatan sistem dari awal
sudah diantisipasi berbagai kendala yang mungkin dapat menghambat terhadap
pencapaian tujuan.
Sebelum digunakan,
sebuah desain instruksional harus teruji dulu aktifitasnya dan efisiensinya
secara empiris. Melalui pengujian secara empiris dapat dilihat berbagai
kelemahan dan kendala yang mungkin muncul sehingga bisa diantisipasi. Selain
itu juga bis meyakinkan para pengembang untuk menggunakannya.
Pengembangan desain
intruksional model Briggs ini berorientasi pada rancangan sistem dengan sasaran
guru yang bekerja sebagai perancang atau desainer kegiatan intruksional maupun
tim pengembang intruksional yang anggotanya meliputi guru, administrator, ahli
bidang studi, ahli evaluasi, ahli media, dan perancang intruksional.
Model pengembangan
intruksional Briggs ini bersandarkan pada prinsip keselarasan antara tujuan yang akan dicapai, strategi untuk
mencapainya, dan evaluasi keberhasilannya. Model tersebut di atas merupakan
model yang paling lengkap yang melukiskan bagaimana suatu proses pembelajaran
dirancang secara sistematis dari awal sampai akhir.
Model ini bisa dikatakan dalam
bahasa kita dalam bentuk pertanyaan, yang berarti
ü Mau kemana? Meliputi :
o
Identifikasi masalah/
tujuan
o
Rumusan tujuan dalam
perilaku belajar
o
Penyusunan materi/
silabus
o
Analisis tujuan
ü Dengan apa? Meliputi :
o
Anlisis tujuan
o
Jenjang belajar
dan strategi instruksional
o
Rancangan
instruksional (Guru)
o
Strategi instuksional
(tim peembangan instruksional)
ü
Bilamana sampai
tujuan ? meliputi :
o
Penyusunan tes
o
Evaluasi formatif
o
Evaluasi sumatif
Model instruksional Briggs dan Gagne secara
keseluruhan terdiri dari :
Dalam langkah ini Briggs
menggunakan pendekatan betahap 4, yaitu :
1)
mengidentifikasi
tujuan kurikulum secara umum dan luas
2)
menentukan prioritas
tujuan,
3)
mengidentifikasi
kebutuhan kurikulum baru ,dan
4)
menentukan prioritas
remedialnya.
Kebutuhan instruksional yang telah di tuangkan dalam
tujuan – tujuan kurikulum tersebut pengujiannya harus di rinci, disusun
dan di organisasi menjadi tujuan – tujuan yang lebih spesifik.
Sesudah tujuan kurikuler yang
bersifat umum di tentukan dan diorganisasi menurut tujuan yang lebih
khusus,tujuan ini sebaiknya di rumuskan dalam tingkah laku belajar yang dapat
di ukur.Dianjurkan agar perumusan tujuan mengandung lima komponen :
1)
Tindakan
2)
Objek
3)
Situasi
4)
Alat dan batasan
5)
Kemampuan.
Dalam langkah ini perlu di adakan
analisis terhadap tiga hal ,yaitu :
1)
Proses informasi :
untuk menentukan tata urutan pemikiran yang logis
2)
Klasifikasi belajar :
untuk mengidentifikasi kondisi belajar yang di perlukan.
3)
Tugas belajar : untuk
menentukan persyaratan belajar dan kegiatan belajar mengajar yang sesuai.
Penyusunan tes dilakukan pada tahap ini karena erat
kaitannya dengan tujuan yang ingin di capai . Tes evaluasi harus sahih (valid),
karena itu harus selaras (congruen) dengan tujuannya ,apakah itu di maksudkan
untuk menilai perkembangannya (progress) seperti halnya mildtem test, tes
diagnosis, seperti pre-test untuk melihat kemampuan awal dan menentukan usaha
remedialnya bila di pandang perlu ,maupun tes akhir secara
komprehensif.
Menurut urutan yang telah di analisis pada nomor 4.
Briggs mengklarifikasikan tahap ini dan tahap berikutnya (penentuan kegiatan
belajar) dalam pengertian strategi kontruksionsal. Jenjang belajar menyusun
kembali sakues belajar tesebut dalam urutan kegiatan belajar yang merupakan
persyarat bagi kegiatan belajar yang lain ,dan mana yang urutannya dapat bebas
pilih (optimal).
Penentuan strategi instruksional
ini di tinjau dari dua segi , yaitu :
1)
dari segi guru
sebagai perancang kegiatan instruksional
2)
menurut tim
pengembangan instruksional.
Kegiatan yang perlu di lakukan guru dalam pengembangan
strategi instruksional ini meliputi :
1)
Pemilihan media
2)
Perencanaan kegiatan
belajar mengajar,
3)
Pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar,
4)
Pelaksanaan evaluasi
belajar .
Yang di lakukan oleh tim pengembangan instruksional
ini terdiri dari kegiatan – kegiatan sebagai berikut :
1)
Penentuan stimulus
belajar yaitu stimulus apa
yang paling sesuai untuk TIK tertentu (verbal,visual,demonstrasi,dan
sebagainya),
2)
Pemilihan media
Yang harus di lakukan dalam batas
– batas contrain yang ada kemudian di pertimbangkan segi keefektifan dan
keefisiennya
3)
Penentuan kondisi
belajar :
Dilakukan dalam mempertimbangkan
factor internal seperti motivasi ,pengalaman belajar ,dan sebagainya .dan
faktor ekstrnal yang berupa stimulus dari dosen, media ,dan materi. Dalam
penentuan strategi belajar, kondisi belajar ini dilihat dalam perspeksi
kegiatan belajar (meminta perhatian , memberi informasi tentang tujuan
mengingatkan kembali,memberi contoh memberi petunjuk belajar ,merangsang
kegiatan, memberi umpan balik, menilai kenerhasilan ,dan memberi gairah usaha
penyarapan atau rentensi dan alih ilmu) dan kawasan hasil belajar di
klarisifikasikan ke dalam 12 kawasan (diskriminasi , konsep,konkret, konsep
verbal,aturan,pemecahan masalah, kemampuan kognitif, kemampuan sikap/ efektif,
kemampuan keterampilan/ motoris ,kemampuan mengientifikasi , kemampuan
asosiatif dan kemampuan mengorganisasi)
4)
Perumusan strategi
belajar : merumuskan bagaimana kondisi belajar yang sudah di pilih pada langkah
10b di atas
5)
Pengembangan
media: Dikembangkan berdasarkan analisis dan informal yang mendahului yang
meliputi produksi program media, petunjuk belajar , dan evaluasi belajar yang
telah di susun pada langkah nomor 5
6)
Evaluasi formatif :
di lakukan untuk penyempurnaan butir – butir tes yang telah di susun pada
langkah nomor 5
7)
Penyusunan pedoman
pemanfaatan : untuk dapat membantu dosen bagaimana memanfaatkan system
instruksional yang di kembangkan tersebut secara lengkap.
Pada tahap pemantauan bersama ini di lakukan oleh guru
sebagai perancang kegiatan instruksional dan tim pengembangan instruksional.
Evaluasi formatif ini untuk mumperoleh data dalam
rangka revisi dan perbaikan materi bahan belajar .evaluasi formatif
inidilakukan menurut tiga fase ,yaitu : a) uji coba satu – satu , b) uji coba
pada kelompok kecil , dan c) uji coba lapangan dalam skla besar.
Untuk menilai sistem penyampaian secara
keseluruhan pada akhir kegiatan . Yang di nilai dalam evaluasi sumatif ini
mencakup hasil belajar , tujuan instruksional dan prosedur yang dipilih.
Ciri-ciri pembelajaran langsung menurut model Briggs
dan Gagne :
ü
Adanya tujuan
pembelajaran
ü
Sintaks atau pola
keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
ü
Sistem pengelolaan
dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan berhasilnya pembelajaran
Fase dan peran guru dalam pembelajaran langsung
1)
Fase I, Menyampaikan
tujuan dan mempersiapkan siswa.
Pada fase ini guru berperan dalam
menjelaskan TPK, materi prasyarat, memotivasi siswa dan mempersiapkan siswa.
2)
Fase II,
Mendemonstrasi pengetahuan dan keterampilan
Pada fase ini guru berperan dalam
mendemonstrasikan keterampilan atau menyajikan informasi tahap demi tahap
3)
Fase III, Mebimbing
pelatihan
Pada fase ini guru berperan
memberikan latihan terbimbing
4)
Fase IV, Mengecek
pemahaman dan memberikan umpan balik
Pada fase ini seorang guru
berperan mengecek kemampuan siswa seperti memberi kuis terkini dan memberi
umpan balik seperti membuka diskusi untuk siswa
5)
Fase V, Memberikan
latihan dan penerapan konsep
Pada fase ini guru berperan dalam
mempersiapkn latihan untuk siswa dengan menerapkan konsep yang dipelajari pada
kehidupan sehari-hari.
Tugas perencanaan pada model pembelajaran langsung
1)
Merumuskan tujuan
Guru harus merumuskan tujuan
pembelajaran yang relevan dengan kurikulum
2)
Memilih isi
a)
Guru harus
mempertimbangkan berapa banyak informasi yang akan diberikan pada siswa dalam
kurun waktu tertentu.
b)
Guru harus selektif
dalam memilih konsep yang diajarkan dengan model pembelajaran langsung
3)
Melakukan analisis
tugas
Dengan menganalisis tugas, akan
membantu guru menentukan dengan tepat apa yang perlu dilakukan siswa untuk
melaksanakan keterampilan yang akan dipelajari
4)
Merencanakan waktu
Guru harus memperhatikan bahwa
kurun waktu yang disediakan sepadan dengan kemampuan dan bakat siswa,
memotivasi siswa agar mengerjakan tugas dengan perhatian yang optimal
a.
Lima prinsip dasar
yang dapat membimbing guru dalam merencana system penilaian dalam model
pembelajaran langsung
1)
Sesuai dengan tujuan
pembelajaran
2)
Mencakup semua tugas
pembelajaran
3)
Menggunakan soal tes
yang sesuai
4)
Membuat soal sevalid
(terukur) dan sereliabel (konsisten) mungkin
Model Pembelajaran Langsung ini merupakan suatu model
pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa di dalam mempelajari dan
menguasai ketrampilan dasar serta memperoleh informasi selangkah demi
selangkah.
Model Banathy dikembangkan pada tahun 1968 oleh Bela
H. Banathy. Model yang dikembangkannya ini berorientasi pada hasil
pembelajaran, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sistem,
yakni pendekatan yang didasarkan pada kenyataan bahwa kegiatan belajar mengajar
merupakan suatu hal yang sangat kompleks, terdiri atas banyak komponen yang
satu sama lain harus bekerja sama secara baik untuk mencapai hasil yang
sebaik-baiknya.
Model pengembangan sistem pembelajaran ini
berorientasi pada tujuan pembelajaran. Langkah-langkah pengembangan sistem
pembelajaran terdiri dari 6 jenis kegiatan. Model desain ini bertitik tolak
dari pendekatan sistem (system approach), yang mencakup keenam komponen
(langkah) yang saling berinterelasi dan berinteraksi untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pada langkah terakhir para pengembang diharapkan dapat
melakukan perubahan dan perbaikan sehingga tercipta suatu desain yang
diinginkan. Model ini tampaknya hanya diperuntukan bagi guru-guru di sekolah,
mereka cukup dengan merumuskan tujuan pembelajaran khusus dengan mengacu pada
tujuan pembelajaran umum yang telah disiapkan dalam sistem. Komponen – komponen
tersebut menjadi dan merupakan acuan dalam menetapkan langkah – langkah pengembangan, sebagai berikut :
Pada langkah ini pengembang merumuskan tujuan
pembelajaran, yang merupakan pernyataan tentang hal-hal yang diharapkan untuk
dikerjakan, diketahui, dirasakan, dan sebagainya oleh peserta didik atau siswa
sebagai hasil pengalaman belajarnya.
Pada langkah ini dikembangkan suatu tes sebagai alat
evaluasi, yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar, atau
ketercapaian tujuan pembelajaran oleh peserta didik/siswa. Penyusunan tes
berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada langkah sebelumnya.
Pada langkah ini dirumuskan tugas-tugas yang harus
dilakukan oleh peserta didik/siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah dirumuskan, yakni perubahan tingkah laku yang diharapkan. Pada langkah
ini, perilaku awal peserta didik/siswa perlu dinilai dan dianalisis.
Berdasarkan gambar tentang perilaku awal tersebut dapat dirancang materi
pelajaran dan tugas-tugas belajar yang sesuai, sehingga mereka tidak perlu
mempelajari hal-hal yang telah diketahui atau telah dikuasai sebelumnya
Pada langkah ini dikembangkan berbagai alternatif dan
mengidentifikasi kegiatan-kegiatan pembelajaran, baik yang harus dilakukan oleh
siswa/peserta didik maupun kegiatan-kegiatan guru/tenaga pengajar. Langkah ini
dikembangkan sedemikian rupa yang menjamin agar peserta didik melaksanakan dan
menguasai tugas-tugas yang telah dianalisis pada langkah 3. Desain sistem juga
meliputi penentuan siswa yang mempunyai potensi paling baik untuk mencapai
tujuan pembelajaran, dan oleh karena perlu disediakan alternatif kegiatan
tertentu yang cocok. Selain dari itu, dalam desain sistem supaya ditentukan
waktu dan tempat melakukan kegiatan-kegiatan pembelajaran.
Sistem yang sudah di desain selanjutnya dilaksanakan
dalam bentuk uji coba di lapangan (sekolah) dan di tes hasilnya. Hal-hal yang
telah dilaksanakan dan dicapai oleh peserta didik merupakan output dari
implementasi sistem, yang harus dinilai supaya dapat diketahui hingga mereka
dapat mempertunjukan atau menguasai tingkah laku sebagaimana dirumuskan dalam
tujuan pembelajaran
Pada langkah ini ditentukan, bahwa hasil –hasil yang
diperoleh dari evaluasi digunakan sebagai umpan balik bagi sistem keseluruhan
dan bagi kompinen-komponen sistem, yang pada gilirannya menjadi dasar untuk
mengadakan perubahan untuk perbaikan sistem pembelajaran
Sekilas apabila kita
cermati tampak sederhana, tetapi dalam pelaksanaannya memerlukan kemampuan akademik
yang cukup tinggi serta pengalaman dan wawasan yang luas.
a.
Kelebihan Model Bela
H. Banathy ini mempunyai beberapa kelebihan antara lain sebagai berikut :
1)
Menganalisis dan
merumuskan tujuan dengan baik, baik tujuan umum maupun tujuan khusus yang lebih
spesifik, yang merupakan sasaran dan arah yang harus dicapai peserta didik.
2)
Mengembangkan
kriteria tes yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai Hal ini dilakukan
agar setiap tujuan yang dirumuskan tersedia alat untuk menilai keberhasilannya.
3)
Menganalisis dan
merumuskan kegiatan belajar, yakni merumuskan apa yang harus dipelajari
(kegiatan belajar yang harus dilakukan siswa dalam rangka mencapai tujuan
belajar). Kemampuan awal siswa harus dianalaisis atau dinilai agar mereka tidak
perlu mempelajari apa yang telah mereka kuasai.
4)
Mengadakan perbaikan
dan perubahan berdasarkan hasil evaluasi. Jadi model ini didasarkan pada hasil
test peserta didik.
5)
Langkah – langkahnya
yang hanya sedikit sehingga kita bisa lebih efektif untuk membuatnya.
b.
Kelemahan model perencanaan Bela H. Banathy ini antara
lain:
1)
Sedikit langkah
sehingga di khawatirkan akan tidak effesien.
2)
Model cenderung lebih
fokus pada materi yang belum dikuasai oleh anak didik sehingga mengabaikan
materi yang sudah di pelajari yang bisa lupa apabila tidak pernah di kaji
ulang.
Jerold E. Kemp berasal dari California State
University di Sanjose. Kemp mengembangkan model desain instruksional yang
paling awal bagi pendidikan. Kemp merupakan model yang membentuk siklus.
Model system instruksional yang dikembangkan Kemp ini tidak ditentukan dari
komponen mana seharusnya guru memulai proses pengembangan. Model Kemp
memberikan bimbingan kepada para siswanya untuk berpikir tentang masalah –
masalah umum dan tujuan – tujuan pembelajaran. Model ini juga mengarahkan para
pengembang desain instruksional untuk melihat karakteristik para siswa serta
menentukan tujuan – tujuan belajar yang tepat.
Langkah berikutnya adalah spesifikasi isi pelajaran
dan mengembangkan pretest dari tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya
adalah menetakan strategi dan langkah-langkah dalam kegiatan belajar mengajar
serta sumber-sumber belajar yang akan digunakan. Selanjutnya, materi/isi (content)
kemudian dievaluasi atas dasar tujuan-tujuan yang telah dirumuskan. Langkah
berikutnya adalah melakukan identifikasi dan revisi didasarkan atas hasil –
hasil evaluasi.
Perencanaan desain pembelajaran model Kemp dapat
digunakan pada tingkat sekolah dasar, sekolah lanjutan, maupun perguruan
tinggi. Desain pembelajaran Model Kemp ini dirancang untuk menjawab tiga
pertanyaan, yakni:
a.
Apa yang harus
dipelajari siswa (tujuan pembelajaran).
b.
Apa/bagaimana
prosedur, dan sumber-sumber belajar apa yang tepat untuk mencapai hasil
belajar yang diinginkan (kegiatan, media, dan sumber belajar yang digunakan).
c.
Bagaimana kita tahu
bahwa hasil belajar yang diharapkan telah tercapai (evaluasi).
Komponen –komponen dalam suatu desain instuksional
menurut Kemp adalah :
a.
Hasil yang ingin
dicapai
b.
analisis tes mata
pelajaran
c.
tujuan khusus belajar
d.
aktivitas belajar
e.
sumber belajar
f.
layanan pendukung
g.
tes awal
h.
karekteristik belajar
Berikut ini uraian dari langkah – langkah pengembangan
desain pembelajaran Model Kemp :
a.
Menentukan tujuan instruksional umum (TIU) atau
kompetensi dasar;
Yaitu tujuan yang ingin dicapai
dalam setiap kegiatan pembelajaran dan dalam mengajarkan masing-masing pokok
bahasan
b.
Membuat analisis tentang karakteristik siswa;
Analisis ini diperlukan antara
lain untuk mengetahui apakah latar pendidikan dan social budaya siswa
memungkinkan untuk mengikuti program, serta langkah-langkah apa yang perlu
diambil.
c.
Menentukan tujuan instruksional secara spesifik,
operasional, dan terukur atau sering disebut indikator;
Yaitu tujuan yang spesifik,
operasional, dan terukur. Dengan demikian, siswa akan tahuapa yang harus
dipelajari, bagaimana mengerjakannya, dan apa ukurannyabahwa siswa telah
berhasil. Dari segi guru, rumusan itu akan berguna dalam menyusun tes kemampuan
dan pemilihan bahan/materi yang sesuai
d.
Menentukan
materi/bahan ajar yang sesuai dengan tujuan instruksional khusus (indikator) yang telah
dirumuskan;
Masalah yang sering kali dihadapi
guru-guru adalah begitu banyaknya materi pelajaran yang harus diajarkan dengan
waktu yang terbatas. Demikian juga, timbul kesulitan dalam mengorganisasikan
materi/bahan ajar yang akan disajikan keada para siswa. Dalam hal ini
diperlukan ketepatan guru dalam memilih dan memilah sember belajar, materi,
media, dan prosedur pembelajaran yang akan digunakan.
e.
Menetapkan penjajagan atau tes awal atau pre test
(preassessment);
Yaitu untuk mengetahui sejauh
mana siswa telah memenuhi persyaratan belajar yang dituntut untuk mengikuti
program pembelajaran. Ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan
awal siswa dalam memenuhi prasyarat belajar yang dituntut untuk mengikuti
program pembelajaran yang akan dilaksanakan. Dengan demikian, dalam
pembelajaran guru dapat memilih materi yang dibutuhkan dan diperlukan tanpa
harus menyajikan materi yang tidak perlu dan siswa tidak cepat bosan.
f.
Menentukan strategi belajar mengajar, media dan sumber
belajar;
Kriteria umum untuk pemilihan
strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus tersebut
adalah : (a) Efisiensi; (b) Keefektifan; (c) Ekonomis; (d) Keptaktisan melalui
suatu analisis alternative.
g.
Mengloordinasikan sarana
Sarana penunjang yang diperlukan
meliputi biaya, fasilitas, peralatan, waktu dan tenaga.
h.
Mengadakan evaluasi;
Yaitu mengontrol dan mengkaji
keberhasilan program secara keseluruhan, yaitu: (a) siswa; (b) program
pembelajaran; (c) instrument evaluasi; dan (d) metode yang digunakan. Evaluasi
ini sangat perlu unuk mengontrol dan mengkaji keberhasilan program secara
keseluruhan, yaitu siswa, program pembelajaran, alat evaluasi (tes), dan
metode/strategi yang digunakan
Menurut Kemp (dalam, Permana, 2009:2) pengembangan
perangkat merupakan suatu lingkaran yang kontinu. Tiap – tiap langkah
pengembangan berhubungan langsung dengan aktivitas revisi.
Pengembangan perangkat ini dimulai dari titik manapun sesuai di dalam siklus
tersebut.
Pengembangan perangkat model Kemp memberi kesempatan
kepada para pengembang untuk dapat memulai dari komponen manapun. Namun karena
kurikulum yang berlaku secara nasional di Indonesia dan berorientasi pada
tujuan, maka seyogyanya proses pengembangan itu dimulai dari tujuan.
Model Dick dan Cery
harus dimulai dengan mengidentifikasi tujuan pembelajaran umum. Menurut model
ini, sebelum desainer merumuskan tujuan khusus yakni performance goals,
perlu menganalisis pembelajaran serta menentukan kemampuan awal siswa terlebih
dahulu. Criterion Reference Test, artinya tes yang mengukur kemampuan
penguasaan tujuan khusus. Tujuan khusus selanjutnya dikembangkan strategi
pembelajaran, yakni skenario pelaksanaan pembelajaran yang diharapkan dapat
mencapai tujuan secara optimal, setelah
itu dikembangkan bahan-bahan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan. Langkah akhir dari desain ini adalah melakukan evaluasi, yakni evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif.
Model Dick and Cery termasuk ke dalam model
prosedural. Langkah-langkah Desain Pembelajaran
menurut Dick and Carey adalah :
a.
Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran;
b.
Melaksanakan analisi pembelajaran;
c.
Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan
karakteristik siswa;
d.
Merumuskan tujuan performansi;
e.
Mengembangkan butir–butir tes acuan patokan;
f.
Mengembangkan strategi pembelajaran;
g.
Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran;
h.
Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif;
i.
Merevisi bahan pembelajaran;
j.
Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.
Model Dick and Carey terdiri dari
10 langkah, setiap langkah sangat jelas maksud
dan tujuannya sehingga bagi perancang pemula sangat cocok sebagai dasar untuk
mempelajari model desain yang lain. Kesepuluh langkah pada model Dick and Carey
menunjukan hubungan yang sangat jelas, dan tidak terputus antara langkah yang
satu dengan yang lainya. Dengan kata lain, sistem yang terdapat pada Dick and Carey sangat ringkas,
namun isinya padat dan jelas dari satu urutan ke urutan berikutnya.
Langkah awal pada model Dick and
Carey adalah mengidentifikasi tujuan pembelajaran. Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum perguruan
tinggi maupun sekolah menengah dan sekolah dasar, khususnya dalam mata
pelajaran tertentu di mana tujuan pembelajaran pada kurikulum agar dapat
melahirkan suatu rancangan pembangunan. Penggunaan model Dick and Carey dalam
pengembangan suatu mata pelajaran dimaksudkan agar pada awal proses pembelajaran anak didik atau siswa
dapat mengetahui di mampu melakukan hal-hal yang berkaitan dengan materi pada akhir
pembelajaran, adanya hubungan antara tiap komponen khususnya
strategi pembelajaran dan hasil pembelajaran yang dikehendaki, menerangkan
langkah – langkah yang perlu dilakukan dalam
melakukan perencanaan desain pembelajaran.
Desain pembelajaran merupakan praktek penyusunan media
teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer
pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi
penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan tujuan
pembelajaran, dan merancang “perlakuan” berbasis-media untuk membantu
terjadinya transisi. Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori
belajar yang sudah teruji secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa,
dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis komunitas. Hasil dari pembelajaran
ini dapat diamati secara langsung dan dapat diukur secara ilmiah atau
benar-benar tersembunyi dan hanya berupa asumsi.
Dengan demikian desain pembelajaran merupakan proses
perencanaan pembelajaran baik dalam materi, metode dan bahan ajar dalam
mencapai pembelajaran yang efektif dan maksimal. Desain bagian dari salah satu
aspek dari proses pengembangan yang terdiri dari enam fase. Untuk mengembangkan
berbagai bentuk atau aktifitas baru yang dianalisis sebagai proses yang terdiri
dari enam karakteristik yang saling berhubungan ;
1.
Riset (analisis)
2.
Desain (sintesisi)
3.
Produksi (formasi )
4.
Distribusi
(penyebaran)
5.
Utilisasi (kinerja)
6.
Eliminasi
(penghentian)
Rencana pembelajaran yang baik menurut Gagne dan
Griggs (1974) hendaknya mengandung tiga komponen yang disebut dengan anchor
point.
1.
Tujuan pengajaran
2.
Materi pengajaran/
bahan ajar, pendekatan dan metode mengajar, media pengajaran dan pengalaman
belajar
3.
Evaluasi keberhasilan
Hal ini sesuai dengan pendapat Kenneth D Moore; bahwa
komposisi format rencana pembelajaran meliputi bebrapa komponen di antaranya
adalah sebagai berikut:
1.
Topik bahasan
2.
Tujuan pembelajaran
(kompetensi dan indikator kompetensi )
3.
Materi pelajaran
4.
Kegiatan pembelajaran
5.
Alat atau media yang
dibutuhkan
6.
Evaluasi hasil
belajar
Dari beberapa pandangan tersebut diatas maka Desain
Pembelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) yang baik adalah:
1.
Menentukan tujuan
pengajaran pendidikan Islam, adapun tujuan secara umum, pendidikan agama Islam
adalah bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan
pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim
yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt serta berakhlaq mulia dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat dan berbangsa dan bernegara. Untuk mencapai
tujuan tersebut juga perlu adanya suatu materi pengajaran tertentu .
2.
Menentukan materi
pengajaran/ bahan ajar, bahan ajar atau materi pengajaran di dalam pendidikan
agama Islam adalah terdiri dari Al-Qur’an dan al-hadist, keimanan, syarai’ah,
Ibadah, muamalah, akhlaq dan tareh atau sejarah yang lebih menekankan pada
perkembangan ajaran agama, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
3.
Menentukan pendekatan
dan metode mengajar dan strategi yang akan digunakan agar bisa menyesuaikan
dengan keadaan peserta ajar., di dalam pendidikan agama Islam metode yang
banyak digunakan adalah dengan menggunakan metode ceramah, Tanya jawab dan
diskusi.
4.
Media pengajaran dan
pengalaman belajar ini di lakukan untuk mempermudah peserta ajar/ murid untuk
menerima pelajaran. Dalam hal ini bisa menngunakan media bacaaan, tape recorder.
5.
Evaluasi
keberhasilan, hal ini di lakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
menerima pelajaran yang telah di berikan oleh pengajar pendidikan agama Islam.
Setelah memahami pentingnya desain pembelajaran
sebelum melakukan proses pembelajaran, maka ada langkah-langkah dalam desain
pembelajaran antaralain :
1.
Mengidentifikasi
tujuan umum pengajaran.
Sebagaimana kita
ketahui bahwa sasaran akhir dari suatu progam pembelajaran adalah tercapainya
tujuan umum pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, setiap perancang harus
mempertimbangkan secara mendalam tentang rumusan tujuan umum pengajaran yang
akan ditentukannya. Mempertimbangkan secara mendalam untuk merumuskan tujuan
umum pembelajaran harus mempertimbangkan karakteristik bidang studi,
karakteristik siswa, dan kondisi lapangan. Tujuan pembelajaran sangat penting
dalam proses kegiatan belajar mengajar, sebab tujuan pembelajaran yang
dirumuskan secara spesifik dan jelas, akan memberikan keuntungan kepada:
a.
Siswa. Tujuan umum
pembelajaran yang jelas dapat membantu siswa untuk mengatur waktu dan
memusatkan perhatian pada tujuan yang ingin di capai.
b.
Guru. Tujuan umum
pembelajaran dapat membantu guru untuk mengatur kegiatan belajar mengajar ,
metode, dan strategi untuk mencapai tujuan tersebut.
c.
Evaluator. Tujuan
umum pembelajaran dapat membantu evaluator untuk dapat menyusun tes sesuai
dengan apa yang harus dicapai oleh anak didik. Rumusan tujuan umum pembelajaran
menurut dick and carrey (1985) harus jelas, dapat di ukur, dan berbentuk
tingkah laku.
2.
Melakukan analisis
pembelajaran .
Analisi pembelajaran
perlu dilakukan untuk mengembangkan metode pembelajaran. Dick dan Carrey (1985)
mengatakan bahwa tujuan pengajaran yang telah diidentifikasi perlu dianalisis
untuk mengenali keterampilan–keterampilan bawahan (subordinate skill) yang
mengharuskan anak didik belajar menguasainya dan langkah-langkah prosedural
bawahan yang ada harus diikuti anak didik untuk dapat belajar tertentu.
Menganalisis subordinate skill sangatlah diperlukan, karna apabila keterampilan
bawahan yang seharusnya dikuasai tidak di ajarkan, maka banyak anak didik tidak
akan memiliki latar belakang yang diperlukan untuk mencapai tujuan, dengan
demikian pembelajaran menjadi tidak efektif. Sebaliknya. Apabila keterampilan
bawahan yang berlebihan, pembelajaran akan memakan waktu lebih lama dari
semestinya,dan keterampilan yang tidak perlu diajarkan maka mengganggu anak
didik dalam belajar menguasai keterampilan yang diperlukan.
3.
Mengidentifikasi
tingkah laku masukan dan karakteristik peserta didik. Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan
karakteristuk siswa sangat perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas
perseorangan untuk dapat dijadikan sebagai petunjuk dalam mempreskripsikan
strategi pengelolaan pembelajaran. Aspek-aspek yang ungkap dalam kegiatan ini
bisa berupa bakat, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berfikir, minat,
atau kemampuan awal. Untuk mengungkap kemampuan awal mereka dapat di lakukan
dengan pemberian tes dari tingkat bawah atau tes yang berkaitan materi ajar
sesuai panduan kurikulum.
4.
Merumuskan tujuan
performansi.
Dick dan Carrey
menyatakan bahwa tujuan performansi terdiri atas:
a.
Tujuan harus
menguraikan apa yang akan dapat dikerjakan atau diperbuat oleh anak didik.
b.
Menyebutkan tujuan,
memberikan kondisi atau keadaan yang menjadi syarat, yang hadir waktu anak
didik berbuat.
c.
Menyebutkan kriteria
yang digunakan untuk menilai perbuatan anak didik yang dimaksudkan pada tujuan.
Sedangkan fungsi performansi adalah:
a.
Menyediakan suatu sarana
dalam kaitannya dengan pembelajaran untuk mencapai tujuan.
b.
Menyediakan suatu
sarana berdasarkan suatu kondisi belajar yang sesuai.
c.
Memberikan arah dalam
mengembangkan pengukuran atau penilaian.
d.
Membantu anak didik
dalam usaha belajarnya.
5.
Mengembangkan
butir-butir tes acuan patokan.
Tes acuan patokan
terdiri atas (soal-soal) yang secara langsung mengukur istilah patokan yang di
deskripsikan dalam suatu perangkap tujuan khusus. Istilah patokan digunakan
karena soal-soal tes merupakan rambu-rambu untuk menentukan kelayakan
penampilan siswa dalam tujuan, maksudnya keberhasilan siswa dalam tes ini
menentukan apakah siswa telah mencapai tujuan atau belum. Ada empat tes acuan
patokan yang dapat dipakai yakni :
a. Tes antri behavior merupakan tes acuan patokan untuk
mengukur keterampilan sebagaimana adanya pada permulaan pembelajaran.
b. Pretes merupakan tes acuan patokan yang berguna bagi
keperluan tujuan – tujuan yang telah
dirancang sehingga guru dapat mengetahui sejauh mana pengetahuan anak didik
terhadap semua keterampilan.
c. Tes sisipan merupakan tes acuan patokan yang melayani
dua fungsi penting, yaitu pertama untuk mengetes setelah satu atau dua tujuan
pembelajaran di ajarkan sebelum tes dilaksanakan dan kedua untuk mengetes
kemajuan anak didik setelah dilakukan pembelajaran. Dengan demikian dapat
dilakukan remedial yang dibutuhkan sebelum pascates yang lebih formal.
d. Pasca test atau post test merupakan tes acuan patokan
yang mencakup seluruh tujuan pembelajaran yang mencerminkan tingkat perolehan
belajar sehingga dengan demikian dapat diidentufikasi bagian-bagian mana di
antara tujuan pembelajaran yang belum tercapai.
e.
Mengembangkan
strategi pembelajaran.
Strategi pembelajaran
menjelaskan komponen umum suatu perangkat material pembelajaran dan
mengembangkan materi secara prosedural harus berdasarkan karakteristik siswa.
Alasannya adalah karena meterial pembelajaran yang dikembangkan pada akhirnya
dimaksudkan untuk membantu siswa agar memperoleh kemudahan dalam belajar. Untuk
itu sebelum mengembangkan materi seorang guru perlu melihat kembali
karakteristik siswa. Dalam marencanakan satu unit pembelajaran ada tiga tahap
sebagaimana berikut ini:
a.
Mengurutkan dan
merumpunkan tujuan kedalam pembelajaran.
b.
Merencanakan
prapembelajaran, pengetesan dan kegiatan tidak lanjut.
c.
Menyusu alokasi waktu
berdasarkan strategi pembelajaran.
d.
Mengembangkan dan
memilih material pembelajaran.
Dick dan Carrey
menyarankan ada tiga pola yang dapat diikuti oleh pengajar untuk merancang atau
menyampaikan pembelajaran sebagaimana berikut:
a.
Pengajar merancang
bahan pembelajaran individual. Semua tahap pembelajaran dimasukkam kedalam
bahan, kecuali pretes dan pascatest.
b.
Pengajar memilih dan
mengubah bahan yang ada agar sesuai dengan strategi pembelajaran. Peran
pengajar akan bertambah dalam penyampaikan pembelajaran. Beberapa bahan mungkin
disampaikan tanpa bantuan pengajar, jika tidak ada maka pengajar harus memberi
penjelasan
c.
Pengajar tidak
memakai bahan, tetapi menyampaikan semua pembelajaran menurut strategi
pembelajaran yang telah disusunnya. Pengajar menggunakan strategi
pembelajarannya sebagai pedoman, termasuk latihan dan kegiatan kelompok.
Kelebihan dari
strategi ini adalah pengajar dapat dengan segera memperbaiki dan memperbaharui
pembelajaran jika terjadi perubahab isi. Adapun kelemahannya adalah sebagian
besar waktu tersita untuk menyampaikan informasi sehingga sedikit sekali waktu
untuk membantu anak didik.
d.
Mendesain dan melaksanakan
evaluasi formatif.
Evaluasi formatif
perlu dilakukan karena evaluasi ini adalah salah satu langkah dalam
mengembangkan desain pembelajaran yang berfungsi untuk mengumpulkan data untuk
perbaikan pembelajaran. Dengan kata lain, melalui evaluasi formatif akan
ditemukan kekurangan-kekurangan yang terdapat pada kegiatan pembelajaran
sehingga kekurangan-kekurangannya dapat diperbaiki.
Ada tiga fase
penilaian formatif yakni:
a.
Fase perorangan atau
fase klinis. Pada fase ini perancang bekerja dengan siswa secara perseorangan
untuk memperoleh data guna menyempurnakan bahan pembelajaran.
b.
Fase kelompok kecil,
yaitu sekelompok siswa yang terdiri atas delapan sampai sepuluh orang yang
merupakan wakil cerminan populasi sasaran mempelajari bahan secara mandiri dan
kemudian diuji untuk memperoleh data yang diperlukan.
c.
Fase uji lapangan.
Fase ini bisa diikuti oleh banyak siswa. Tekanan dalam uji coba lapangan ini
adalah pada pengujian prosedur yang dilakukan untuk memberlakukan pembelajaran
itu dalam suatu keadaan yang mungkin sangat nyata.
e.
Merevisi bahan
pembelajaran.
Merevisi bahan
pembelajaran perlu dilakukan untuk menyempurnakan bahan pembelajaran sehingga
lebih menarik. Ada dua revisi yang perlu dipertimbangkan yaitu:
a.
Revisi terhadap isi
atau substansi bahan pembelajaran agar lebih cermat sebagai alat belajar.
b.
Revisi terhadap
cara-cara yang dipakai dalam menggunakan bahan pembelajaran.
c.
Mendesain dan
melaksanakan evaluasi sumatif.
Evaluasi sumatif perlu dilakukan
karena melalui evaluasi sumatif dapat ditetapka atau diberikan nilai apakah
suatu desain pembelajaran, dimana dasar keputusan penilaian didasarkan pada
keefektifan dan efisiensi dalam kegiatan belajar mengajar, oleh karena itu
evaluasi sumatif diarahkan pada keberhasilan pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan, dan di perlihatkan oleh unjuk kerja siswa. Apabila semua tujuan
sudah dapat di capai, efektifitas pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam mata
pelajaran tertentu dianggap berhasil dengan baik.
Sesuai dengan beberapa pendapat para pakar perencana
pendidikan ada beberapa model desain pembelajaran PAI yang baik dan efektif
antara lain : Model ROPES. ( Review, Overview, Presentation, Exsercise,
Summary)
Dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a.
Review, kegiatan ini
dilakukan dalam waktu 1 sampai 5 menit, yakni mengukur kesiapan siswa untuk
mempelajari bahan ajar dengan melihat pengalaman sebelumnya yang sudah dimiliki
oleh siswa dan diperlukan sebagai prerequisite unuk memahami bahan yang
disampaikan hari itu. Dalah hal ini diperlukan guru harus yakin dan tahu betul
jika siswa sudah siap menerima pelajaran baru. Dan jika guru mengetahui siswa
belum menguasai pelajaran sebelumnya, maka guru dengan bijak memberi kesempatan
kepada siswa untuk memahami terlebih dahulu.
b.
Overview, sebagai
mana review, overview dilakukan tidak terlalu lama yaitu berkisar antara 2
samapai 5 menit, guru menjelaskan program pembelajaran yang akan dilaksanakan
pada hari itu dengan menyampaikan isi secara singkat dan strategis yang akan di
gunakan dalam proses pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk memberi kesempatan
pada siswa untuk menyampaikan pandangannya sehingga siswa merasasenang dan
merasa dihargai keberadaannya.
c.
Presentation, tahap
ini adalah merupakan inti dari proses kegiatan belajar mengajar, karena disini
guru sudah tidak memberikan penjelasan-penjelasan singkat, akan tetapi sudah
masuk pada proses telling shoing dan doing. Proses tersebut sangat diperlukan
untuk meningkatkan daya serap dan daya ingat siswa tentang pelajaran yang
mereka dapatkan.
d.
Exsercise, yakni
suatu proses untuk memberikan kesempatan kepada siswa mempraktekkan apa yang
telah mereka pahami. Hal ini di maksudkan untuk memberikan pengalaman langsung
kepada siswa sehingga hasil yang dicapai lebih bermakna.
e.
Summary, dimaksudkan
untuk memperkuat apa yang telah mereka fahami dalam proses pembelajaran. Hal
ini sering tertinggal oleh guru karena mereka disibukkan dengan presentase, dan
bahkan mungkin guru tidak pernah membuat Summary ( kesimpulan) dari apa yang telah
mereka ajarkan.
Berdasarkan pengertian, langkah-langkah dan model
dalam desain pembelajaran PAI ada beberapa manfaat desain pembelajaran menurut
penulis antara lain :
a.
Sebagai penunjuk arah
kegiatan dalam mencapai tujuan.
b.
Sebagai pola dasar dalam
mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlihat dalam kegiatan.
c.
Sebagai alat ukur
efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan
kelambatan kerja.
d.
Sebagai pedoman kerja
bagi setiap unsur, baik unsur pengajar maupun unsur yang diajar.
e.
Untuk bahan
penyususnan data agar terjadi keseimbangan kerja.
f.
Untuk menghemat waktu,
tenaga, alat-alat dan biaya.
Selain manfaat tersebut diatas, ada beberapa fungsi
dari perencanaan dan desain pembelajaran PAI antara lain :
a.
Sebagai petunjuk arah
kegiatan dalam mencapai tujuan.
b.
Sebagai pola dasar
dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam
kegiatan.
c.
Sebagai pedoman kerja
bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun murid.
d.
Sebagai alat ukur
efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketetapan dan
kelambatan kerja.
e.
Sebagai bahan
penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja.
f.
Menghemat waktu,
tenaga, alat dan biaya.
g.
Meningkatkan
kemampuan Pembelajar (instruktur, guru, widya iswara, dosen, dan lain-lain).
h.
Sebagai sarana
menghasilkan sumber belajar.
i.
Sebagai sarana
mengembangkan sistem belajar mengajar.
j.
Sebagai sarana
mengembangkan Organisasi menjadi organisasi belajar.
Setelah kita mengetahui mengenai fungsinya, maka dapat
diketahui pentingnya dari perencanaan dan desain pembelajaran PAI. Pentingnya
dari perencanaan dan desain pembelajaran PAI adalah sebagai berikut :
a.
Diharapkan tumbuhnya
suatu pengarahan kegiatan dengan adanya pedoman bagi pelaksanaan
kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan.
b.
Dapat dilakukan suatu
perkiraan ( fore casting ) terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaan yang akan
dilalui, mengenai potensi – potensi dan prospek – prospek perkembangan, juga
tentang hambatan – hambatan dan risiko-risiko yang mungkin dihadapi.
c.
Memberikan kesempatan
untuk memilih berbagai alternatif tentang cara terbaik ( the best alternatif )
atau kesempatan memilih kombinasi cara yang terbaik ( the best combination ).
d.
Dilakukan penyusunan
skala prioritas, memilih urutan-urutan dari segi pentingnya suatu tujuan, sasaran
maupun kegiatan usahanya.
e.
Ada suatu alat
pengukur atau standar untuk mengadakan pengawasan atau evaluasi kinerja usaha
atau organisasi, termasuk pendidikan.
f.
Dapat lebih bisa
meningkatkan kemampuan pembelajaran baik guru maupun kemampuan murid.
g.
Membantu guru
memperjelas pemikiran tentang sumbangan pembelajarannya terhadap pencapaian
tujuan pendidikan.
h.
Membantu guru dalam
rangka mengenal kebutuhan-kebutuhan siswa, minat-minat siswa, dan mendorong
motivasi belajar.
i.
Menambah keyakinan
guru atas nilai-nilai pembelajaran yang diberikan dan prosedur yang
dipergunakan.
Perkembangan dunia
abad 21 ditandai dengan adanya pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
dalam berbagai aktivitas kehidupan. Teknologi mampu menghubungkan daerah daerah
di berbagai belahan dunia yang melampaui sekat-sekat geografis sehingga dunia
menjadi tanpa batas.Transformasi dunia abad 21 ini juga berdampak pada
kebutuhan akan teknologi, serta pemanfaatannya.
Terhadap Proses
pembelajaran tentunya harus beradaptasi dengan perubahan. Pembelajaran abad 21
dengan kehadiran ICT dalam dunia pendidikan, menuntut siswa untuk
kreatif, inovatif, berfikir kritis serta metakognitif dan sehingga menjadikan
siswa memiliki kemampuan berkomunikasi dan bekerja kolaborasi (berkelompok). Dengan
harapan bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dapat dijadikan bekal
hidup di masyarakat yang memiliki karakter yang baik secara personal maupun
sosial masyarakat. Artinya terdapat kriteria yang dibutuhkan untuk menghadapi
pembelajaran abad 21 ini, yakni:
1.
Kreativitas dan
kewirausahaan
2.
Literasi teknologi
dan media
3.
Komunikasi efektif
4.
Pemecahan masalah
5.
Berpikir kritis
6.
Bekerja sama
Dengan semakin
berkembangnya teknologi di abad 21, maka proses pembelajaran harus beradaptasi
terhadap perubahan ini, bahkan Sumber daya manusia juga diharapkan yang memiliki
pengetahuan dan terampil menggunakan teknologi. Selain itu dalam pembelajaran
abad 21, terjadi perubahan paradigma pendidikan. Yang tadinya proses
pembelajaran berpusat pada guru, maka harus dirubah menjadi pembelajaran yang
berpusat pada siswa. Dalam pembelajaran yang berpusat pada guru,
pembelajaran lebeih menekankan seolah olah guru memberikan ceramah pada siswa
tanpa memberikan kebebasan pada siswa. Guru menjadi fokus utama dalam proses
pembelajaran dan siswa tidak memiliki kebebasan sendiri.
Paradigma ini sudah
seharusnya dirubah menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dimana siswa
lebih memiliki kebebasan untuk berbicara, kebebasan untuk mengemukakan
pendapat,dan lain - lain. Sehingga siswa mampu memecahkan masalahnya sendiri.
Selain itu dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa diberikan
pengalaman untuk belajar berkelompok, sehingga siswa bisa bersosialisi dengan
temannya.
Seperti yang diuraikan sebelumnya dengan adanya
perkembangan IPTEK abad ini, khususnya guru harus mampu menyesuikan diri dan
mengikuti perkembangan dari teknologi dalam pemanfaatannya. Dapat terjadi
kemungkinan apabila kita masih mengikuti metode mengajar gaya tradisional dan
cara menyampaikan bahan ajar kepada peserta didik kurang maksimal. Seperti yang
kita ketahui berkembangnya IPTEK tersebut juga mempengaruhi pola pikir dalam
belajar siswa, sikap kritis dalam belajar, minat serta motivasi belajar.
Kita akui khususnya penulis bahwa suatu metode tidak
akan mencapai hasil seratus persen (100%), karena disebabkan adanya kelemahan
dan kelebihan dalam metode tersebut. Demikian pula gaya belajar anak di dalam
setiap kelas berbeda pula, setiap anak menyukai metode belajar yang berbeda.
Tetapi dalam hal ini dengan adanya desain pembelajaran dengan menggunakan bahan
ajar yang dibuat dalam program word powerpoint dapat
mengurangi kelemahan tersebut. Sehingga tujuan dari pembelajaran tersebut
tercapai.
Dari hasil observasi yang dilakukan dimana dilakukan
pada SMP Penida Katapang dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam telah
menemukan suatu hasil dimana dalam kegiatan pembelajaran tersebut Guru PAI
dalam mengemas dan mendesain bahan ajarnya menggunakan Media Interaktif, dengan
menggunakan program Powerpoint. Dalam pengemasannya guru tersebut mengolah
bahan ajar menjadi lebih menarik terutama pada awal pembelajaran (pre test)
sehingga menarik minat dan motivasi belajar siswa. Tidak hanya itu efektifitas
dalam PBM terlihat.
Fenomena belajar anak biasanya yang terlihat khususnya
pada waktu jam terakhir pada mata pelajaran PAI, para siswa terlihat sudah
cape, lemas bahkan gangguan dari faktor luar yang mengganggu terhadap aktivitas
belajar mengajar. Tetapi hal ini bisa ditanggulangi dengan mengemas bahan ajar
tersebut sehingga ketertarikan untuk
mengikuti pembelajaran. Bahkan yang lebih menarik siswa meminta untuk jam
tambahan belajarnya.
Dengan mendesain pembelajaran pada konsep bahan ajar
yang akan diberikan dengan menggunakan
program Powerpoint tersebut sebenarnya mudah dilakukan. Tetapi ada beberapa
faktor yang mendukung baik dari guru seperti kekreatifan dalam mengolah bahan
ajar, kemampuan menguasai program Word Powerpoint-nya, maupun pemanfaatan
sumber pendukung sarana prasarana yang ada disekolah, semua hal itu terkait
satu sama lain.
Dengan kata lain dari hasil observasi ini saya
simpulkan bahwa peran model desain pembelajaran sangat mempengaruhi terhadap
proses hasil dalam pembelajaran. Serta selain itu juga meningkatkan motivasi
belajar peserta didik. Demikian pula seorang guru dituntut untuk kreatif dalam
mengajar khususnya dalam mengemas bahan ajar sehingga tidak berkesan monoton.
Dan dapat mengikuti perkembangan sisi psikologi anak mengenai minat belajar,
tanggap dan responsif terhadap masalah yang dihadapi dalam pendidikan khususnya
dalam mengelola kelas sehingga terkesan kondusif dalam PBM.
Hal ini menjadi tanggung jawab kita sebagai pendidik
khususnya, umumnya semua aspek dan komponen – komponen yang terlibat dalam
dunia pendidikan, bagaimana tujuan dari tujuan pendidikan Agama Islam
khususnya, secara luasnya yang tercantum dalam Tujuan Pendidikan Nasional guna
mempersiapkan generasi muda yang bermutu, berkarakter, dapat bersaing dengan
sehat di era modern sekarang ini, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur dan
memeiliki tanggung jawab baik terhadap diri, keluarga masyarakat bahkan sebagai
warga negara.
Model mempunyai fungsi menjelaskan keterkaitan
berbagai komponen dalam suatu pola pemikiran yang utuh, hal ini karena model
disusun dalam upaya mengkonkretkan keterkaitan hal – hal abstrak dalam suatu
skema, bagan, gambar atau tabel, yang dapat mencerminkan alur dan pola
tindakan. Pengertian model pembelajaran adalah kerangka konseptual, deskripsi
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar peserta didik
Desain adalah sebuah istilah yang diambil dari kata design
yang berarti perencanaan atau rancangan. Sebagai proses pemecahan masalah.
Tujuannya adalah untuk mencapai solusi
terbaik dalam memecahkan masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang
tersedia.
Model pembelajaran adalah suatu rencana mengajar yang memperlihatkan pola
pembelajaran tertentu, dalam pola tersebut dapat terlihat kegiatan guru
peserta didik di dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem lingkungan
yang menyebabkan terjadinya belajar pada peserta didik.
peserta didik di dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem lingkungan
yang menyebabkan terjadinya belajar pada peserta didik.
Desain Pembelajaran merupakan perwujudan yang lebih
konkrit dari Teknologi Pembelajaran. Asumsi dasar yang melandasi perlunya
desain pembelajaran:
1.
Diarahkan untuk
membantu proses belajar secara individual
2.
Desain pembelajaran
mempunyai fase-fase jangka pendek dan jangka panjang
3.
Dapat mempengaruhi
perkembangan individu secara maksimal
4.
Didasarkan pada
pengetahuan tentang cara belajar manusia
5.
Dilakukan dengan
menerapkan pendekatan sistem (System Approach)
Desain pembelajaran sebagai disiplin,
yaitu membahas berbagai penelitian dan
teori tentang strategi serta proses
pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, merupakan
ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian
serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran
dalam skala makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai
tingkatan kompleksitas.
Sebagai sistem, merupakan pengembangan
sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana dan prosedur
untuk meningkatkan mutu belajar. Sebagai proses, merupakan pengembangan
sistematis tentang spesifikasi pembelajaran dengan menggunakan teori
pembelajaran dan teori belajar untuk menjamin mutu pembelajaran.
Pada dasarnya semua model dan desain dalam
pembejalaran adalah untuk membuat dan menciptakan iklim dan suasana belajar
agar lebih baik sehingga dalam pembelajaran tersebut apa yang menjadi tujuan
dan sasaran tercapai seperti yang diharapkan. Banyak sekali model dan desain
pembelajaran yang telah diciptakan oleh para ahli sampai sekarang ini ada yang
masih dipakai dan tidak.
Model – model desain pembelajaran
1.
Model gagne and
Briggs
a.
Identifikasi tujuan
b.
Penyusunan garis
besar/ kurikulum/ rincian tujuan
c.
Perumusan tujuan
d.
Analisis tugas/
tujuan
e.
Penyiapan evaluasi
hasil belajar
f.
Menentukan jenjang
belajar
g.
Penentuan kegiatan
belajar
h.
Pemantauan bersama
i.
Evaluasi formatif
j.
Evaluasi sumatif
2.
Model Banathy
a.
Merumuskan tujuan
b.
Mengembangkan tes
c.
Menganalisa kegiatan
belajar
d.
Mendesain sistem
e.
Melaksanakan kegiatan
dan mengetes hasil
f.
Remedial
Kelebihan Model Bela H. Banathy ini mempunyai beberapa
kelebihan antara lain sebagai berikut :
a.
Menganalisis dan
merumuskan tujuan dengan baik, baik tujuan umum maupun tujuan khusus yang lebih
spesifik, yang merupakan sasaran dan arah yang harus dicapai peserta didik.
b.
Mengembangkan kriteria
tes yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai Hal ini dilakukan agar setiap
tujuan yang dirumuskan tersedia alat untuk menilai keberhasilannya.
c.
Menganalisis dan
merumuskan kegiatan belajar, yakni merumuskan apa yang harus dipelajari
(kegiatan belajar yang harus dilakukan siswa dalam rangka mencapai tujuan
belajar). Kemampuan awal siswa harus dianalaisis atau dinilai agar mereka tidak
perlu mempelajari apa yang telah mereka kuasai.
d.
Mengadakan perbaikan
dan perubahan berdasarkan hasil evaluasi. Jadi model ini didasarkan pada hasil
test peserta didik.
e.
Langkah – langkahnya
yang hanya sedikit sehingga kita bisa lebih efektif untuk membuatnya.
Kelemahan model
perencanaan Bela H. Banathy ini antara lain:
a.
Sedikit langkah
sehingga di khawatirkan akan tidak effesien.
b.
Model cenderung lebih
fokus pada materi yang belum dikuasai oleh anak didik sehingga mengabaikan
materi yang sudah di pelajari yang bisa lupa apabila tidak pernah di kaji
ulang.
3.
Model pembelajaran
Kemp
a.
Menentukan tujuan
instruksional umum (kompetensi Dasar)
b.
Membuat analisis
tentang karakteristik siswa
c.
Menentukan tujuan
instruksional secara spesifik operasional
dan terukur (indikator)
d.
Menentukan materi
atau bahan ajar yang sesuai dengan TIK (indikator) yang telah dirumuskan
e.
Menetapkan penjajagan
/ pre tes/ tes awal (preassesment)
f.
Menentukan strategi
belajar mengajar, media dan sumber belajar
g.
Mengkoordinasikan
sarana
h.
Mengevaluasi
4.
Model Dick and Cery
a.
Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran;
b.
Melaksanakan analisi pembelajaran;
c.
Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan
karakteristik siswa;
d.
Merumuskan tujuan performansi;
e.
Mengembangkan butir–butir tes acuan patokan;
f.
Mengembangkan strategi pembelajaran;
g.
Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran;
h.
Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif;
i.
Merevisi bahan pembelajaran;
j.
Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.
Andi
Prabowo, S. (2012, Mei jum'at). Model-model Desain Pembelajaran (Model
Dick, Carey & Carey, Model Rothwell & Kazanas, Model Smith &
Ragan, Model KTSP) . Dipetik 2014
Hamalik, O. (2005). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan
Pendekatan Sistem. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hasan, B. (2010). Perencanaan Pengajaran Bidang Studi.
Bandung: Pustaka Ramadhan.
Ismail SM, N. H. (2001). Paradigma Pendidikan Islam. .
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Johnson, L. (2008). Pengajaran Yang Menarik (Cara
Membangkitkan Minat Siswa).
Prof. Dr. H. Mohammad Asrori, M. (2009). Psikologi
Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
Salim, H. &. (2012). Strategi Pembelajaran.
Medan : Perdana Publishing.
Sanjaya, W. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem
Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sugandhi, S. Y. (2012). Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta : Rajawali Press, cet -3.
Supriyono, A. A. (1991). Psikologi Belajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Tafsir, D. A. (2002). Metodologi Pengajaran Agama islam.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Trimo, L. (2006). model - Model Pembelajaran Inovatif.
Bandung: CV. Citra Praya.
Wahyuningsih, S. N. (2002). Psikologi Pendidikan.
Jakarta : PT Grasindo.
Yamin, M. (2011). Paradigma Baru Pembelajaran.
Jakarta : Gaung Persada.
Yulaelawati, E. (2007). Kurikulum dan Pembelajaran
(Filosofi, Teori dan Aplikasi). Jakarta, Jawa Barat: pakar Raya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar