DAFTAR ISI
Identitas Buku
Judul Buku : Kurikulum dan Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam
Penulis : Heri Gunawan, S.Pdi.,
M.Ag
Penerbit : ALFABETA (CV)
Cetakan Ke satu : September 2012
ISBN : 978-602-9328-92-9
Tebal buku : 3 cm – 378 Halaman +xviii
(16x24 cm)
Pembahasan Isi Buku
Bab I KONSEP KURUKULUM
Pengertian Kurikulum
Diambil
dari bahasa Yunani, curere berarti
jarak yang harus ditempuh oleh pelari mulai dari start sampai finish (Sudjana,
2002 : 2). Dalam bahasa Arab disebut al-manhaj, berarti jalan terang yang
dilalui manusia dalam bidang kehidupannya. Muhaimin (2005:1) berarti jalan
terang yang dilalui oleh pendidik atau guru dengan peserta didik untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilai.
Kurikulum
berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktek pendidikan dari waktu
ke waktu. Mc Donald (1967:3) memandang kurikulum sebagai rencana pendidikan
atau pengajaran yang terdiri empat komponen, yaitu : mengajar, belajar,
pembelajaran dan kurikulum. Bauchamp (1986) menegaskan bahwa kurikulum
merupakan dokumen tertulis dan sekaligus merupakan rencana pendidikan yang
diberikan di sekolah.
Kurikulum
merupakan penentu dalam suatu sistem pendidikan, alat pencapai tujuan dan
sekaligus pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis jenjang
pendidikan. Kurikulum merupakan pengalaman belajar (caswel dan Campbell, 1975).
Dalam konteks pendidikan Nasional kurikulum adalah rencana tertulis tentang
kemampuan yang harus dimiliki berdasarkan standar nasional. Dalam sistem
pendidikan nasional kurikulum adalah seperangkat rencana yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar. Lebih spesifik mengandung pokok-pokok
pikiran, sebagai berikut:
1.
Kurikulum merupakan suatu
rencana/perencanaan;
2.
Kurikulum merupakan pengaturan, yang
sistematis dan terstruktur;
3.
Kurikulum memuat isi dan bahan pelajaran
bidang pengajaran tertentu;
4.
Kurikulum mengandung cara, metode, dan
strategi pengajaran;
5.
Kurikulum merupakan pedoman kegiatan
pembelajaran;
6.
Kurikulum dimaksudkan untuk mencapai
tujuan pendidikan;
7.
Kurikulum merupakan suatu alat
pendidikan.
Majid (2005:34)
memandang kurikulum dilihat dari berbagai sudut pandangnya :
1.
Sebagai produk, yakni sebuah hasil karya
para pengembang kurikulum.
2.
Sebagai program, yakni alat yang
dilakukan oleh sekolah atau madrasah untuk mencapai tujuannya.
3.
Sebagai hal-hal yang diharapkan akan
dipelajari oleh siswa, yakni pengetahuan, sikap, keterampilan tertentu.
4.
Sebagai pengalaman siswa.
Komponen-Komponen Kurikulum
1.
Tujuan kurikulum
Sebagai pengarah dari kegiatan
pendidikan dan komponen-komponen lainnya. Tujuan kurikulum terdiri atas tujuan
psikomotor (ahdafun mahariyatun), kognitif (ahdafun ma’rifiyatun) dan afektif
(ahdafun wijdaniyatun). Hakikatnya tujuan dari setiap program pendidkan yang
diberikan kepada siswa. Terdiri atas tiga tahap, pertama tujuan nasional adalah
tujuan yang ingin dicapai secara nasional. Tujuan institusional adalah tujuan
yang ingin dicapai oleh suatu institusi pendidikan sebagai penyelenggara
pendidikan. Tujuan kurikuler adalah tujuan yang ingin hendak dicapai oleh
setiap mata pelajaran, yang mana mengacu pada tujuan institusional dan
nasional.
2.
Materi
Materi hakikatnya adalah isi kurikulum.
Al-basyir (1995:23) mengatakan, materi ialah tema-tema pembelajaran yang telah
ditentukan, yang mengandung berbagai keterampilan baik yang bersifat aqliyah
(pengetahuan), jasadiyah dan berbagai cara mengkajinya dan mempelajarinya.
Materi kurikulum harus mengandung
aspek-aspek (Sukmadinata, 2004:35) : teori, konsep, generalisasi, prinsip,
prosedur, fakta, istilah, contoh atau ilustrasi, definisi dan proposisi.
Mata pelajaran sebagai isi kurikulum
dibagi dalam tiga kategori: pengetahuan benar-salah (logika), baik-buruk
(etika) dan indah-jelek (estetika). Ditinjau dari fungsi pelajaran
dikategorikan sebagai; pendidikan umum, akademik, pendidikan keahlian atau profesi dan keterampilan.
Kriteria pemilihan materi :
a.
Mata pelajaran dalam rangka pengetahuan
keilmuan, artinya mata pelajaran harus jelas kedudukannya dalam konteks
pengetahuan ilmiah.
b.
Tahan uji, artinya mata pelajaran
diperkirakan bisa bertahan sebagai pengetahuan ilmiah dalam kurun waktu
tertentu relatif lama.
c.
Harus memiliki kegunaan (fungsional),
mata pelajaran bermanfaat dan memiliki kontribusi tinggi terhadap perkembangan
peserta didik.
Dapat
disimpulkan bahwa dalam penyusunan materi harus memperhatikan: 1) materi
kurikulum harus memiliki keterkaitan dengan tujuan pendidikan, 2) sesuai dengan
realitas kebutuhan peserta didik, 3) memiliki keterkaitan antara berbagai tema
dengan memperhatikan kontinyuitas dan
bersifat intregative, 4) mendukung terhadap perkembangan pengalaman belajar
bagi peserta didik.
3.
Metode
Definisi menurut para ahli kesemuanya
mengacu pada cara-cara untuk menyampaikan materi pendidikan oleh pendidik
kepada peserta didik, disampaikan dengan efektif dan efesien, untuk mencapai
tujuan pendidikan yang ditentukan. Tiga alternatif pendekatan :
a.
Berpusat pada mata pelajaran.
b.
Berpusat pada siswa.
c.
Berorientasi pada kehidupan masyarakat.
Dalam
islam disesuaikan dengan tuntutan agama dan bukan hanya itu, harus juga memikirkan metode yang akan digunakan, waktu
yang cocok, pendekatan yang baik, efektivitas penggunaan metode dan sebagainya.
4.
Evaluasi
Arikunto (1999:5) mengatakan tiga istilah, yaitu
pengukuran (membandingkan), penilaian (mengambil keputusan sesuatu dengan
ukuran baik-buruk) dan evaluasi, yang bersifat kualitatif. Fungsi nya menilai
semua kegiatan pendidikan untuk menentukan efesiensi, efektivitas, relevansi
dan produktivitas program dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan.
Fungsi dan Kedudukan Kurikulum
Merupakan
ruh (spirit) yang menjadi gerak dinamik suatu sistem pendidikan, merupakan
tolak ukur bagi kualitas dan penyelenggaraan pendidikan dan out put pendidikan.
Juga sebagai mempunyai fungsi wahana dan media konservasi, internalisasi,
kristalisasi dan transformasi ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan nilai-nilai
kehidupan umat.
Majid
mengatakan (2005:3), tiga fungsi kurikulum :
1.
Kurikulum bagi sekolah yang
bersangkutan, berfungsi sebagai alat untuk mencapai seperangkat tujuan.
2.
Bagi tataran tingkat sekolah, sebagai
pemelihara proses pendidikan dan penyiapan tenaga kerja.
3.
Bagi konsumen, kurikulum berfungsi
sebagai keikutsertaan dalam memperlancar pelaksanaan program pendidikan dan
kritik yang membangun dalam penyempurnaan program yang serasi.
Fungsi
kurikulum tidak terkait dengan sekolah saja tapi dengan pihak luar/ lingkungan
sekolah. Kurikulum bagi seorang guru ibarat kompas, yaitu pedoman bagi guru
usaha pembelajaran, dengan kata lain tujuan pendidikan dan pengajaran telah
harus diketahui oleh guru sebelum melakukan proses pembelajaran.
Kesimpulan
dari paparan di atas bahwa mengenai fungsi kurikulum bukan hanya lingku sekolah
saja tetapi lingkup luar sekolah atau lingkungan yang berada di lingkungan
sekolah/ masyarakat. Institusi yang baik ialah yang paling efektif untuk
melakukan rekonstruksi dan memperbaiki masyarakat melalui pendidikan individu,
dimana tercipta suatu tatanan masyarakat yang baik dan perubahan sosial yang
baik pula.
Orientasi Kurikulum Pendidikan Agama islam
Mahmud
(2011:141) mengatakan bahwa orientasi kurikulum agama mencakup tiga hal, yakni
:
1.
Orientasi pada perkembangan peserta
didik.
2.
Orientasi pada lingkungan sosial, tidak
hanya bersifat duniawi tetapi ukhrawi.
3.
Orientasi pada perkembangan IPTEK.
Kerangka Dasar dan Prinsip Penyusunan Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum
islam berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan ini merupakan kerangka dasar
yang dijadikan pedoman. Ramayulis (2002:137) mengatakan ada dua, 1) tauhid dan
2) membaca. Tauhid merupakan prinsip utama dalam seluruh dimensi kehidupan
manusia baik aspek vertical dan horizontal. Membaca merupakan perintah yang
pertama kali diturunkan, dalam arti luas membaca bukan hanya membaca sebuah buku
tetapi seluruh alam semesta ini dengan mengkaji dan mensyukurinya. Bukan hanya
itu bagaimana pula kita memikirkan untuk memanfaatkannya. Prinsip yang harus
menjadi acuan penyusunan kurikulum diantaranya :
1.
Berorientasi pada islam, termasuk
ajarannya, nilai-nilai berdasarkan islam pula.
2.
Menyeluruh pada tujuan-tujuan dan
kandungan kurikulum.
3.
Keseimbangan antara tujuan dan kandungan
kurikulum.
4.
Prinsip interaksi antara kebutuhan
peserta didik dan kebutuhan masyarakat.
5.
Prinsip pemeliharaan perbedaan
individual antara peserta didik baik dari segi minat, bakat, kemampuan,
kebutuhan dan lain-lain.
6.
Prinsip perkembangan dan perubahan
sesuai dengan tuntutan yang ada dengan tidak mengabaikan nilai-nilai absolute.
7.
Prinsip perpatutan antara mata pelajaran,
pengalaman, dan aktivitas yang terkandung dalam kurikulum.
BAB II PENGEMBANGAN KURIKULUM
Pengertian Pengembangan Kurikulum
Merupakan
proses perencanaan, membangun, menerapkan, dan mengevaluasi peluang
pembelajaran diharapkan menghasilkan perubahan dalam belajar yang lebih
efektif. Pengembangan kurikulum meliputi empat unsur : tujuan, metode dan
material, penilaian (assesment), balikan (feedback). Pertimbangan-pertimbangannya
secara multidimensional, sebagai berikut :
1.
Kebijakan nasional dalam rangka
pembangunan nasional berkenaan dengan sistem pendidikan nasional.
2.
Kurikulum menempati kedudukan sentral.
3.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang relevan dengan kebutuhan pembangunan dan memenuhi keperluan
sistem pendidikan.
4.
Kebutuhan, tuntutan, aspirasi masyarakat
yang terus berubah.
5.
Tuntutan profesionalisasi dan
fungsionalisasi ketenagaan.
6.
Upaya pembinaan disiplin ilmu.
Dasar-dasar
pengembangan kurikulum :
1.
Kurikulum disusun untuk mewujudkan
sistem pendidikan nasional.
2.
Kurikulum dikembangkan pada semua
jenjang dengan pendekatan kemampuan.
3.
Kurikulum harus sesuai dengan ciri khas satuan pendidikan.
4.
Kurikulum pendidikan dasar, menengah dan
tinggi dikembangkan atas dasar standar nasional.
5.
Kurikulum dikembangkan secara
berdiversifikasi, sesuai dengan kebutuhan profesi dan minat.
6.
Kurikulum dikembangkan dengan
memperhatikan tuntutan pembangunan daerah.
7.
Kurikulum dikembangkan di semua jenjang
pendidikan sesuai dengan tuntutan lingkungan.
8.
Mencakup semua aspek spiritualitas,
intelektualitas, watak konsep diri, keterampilan belajar, kewirausahaan,
keterampilan hidup, pola hidup sehat, estetika dan rasa kebangsaan.
Guru
harus responsif terhadap kegiatan pengembangan kurikulum, mengikuti dan patuh
dan guru boleh menentukan isi kurikulum bergantung selera atau minat sehingga
kurikulum terus ditambah dan dilengkapi yang mengakibatkan ketidakseimbangan
dalam kurikulum. Sehingga dalam hal ini guru harus mempunyai inovasi agar
senantiasa kurikulum terus selaras dengan kebuthan masyarakat.
Landasan Pengembangan
Kurikulum :
1.
Landasan filosofis
2.
Landasan psikologis
3.
Landasan sosiologis
4.
Landasan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi
5.
Landasan religius
Prinsip-Prinsip
Pengembangan Kurikulum :
1.
Berorientasi pada tujuan
2.
Relevansi (kesesuaian)
3.
Efesiensi dan efektifitas
4.
Fleksibilitas
5.
Berkesinambungan
6.
Keseimbangan
7.
Keterpaduan
8.
Mengedepankan mutu
Desain dan Model Pengembangan Kurikulum
Desain
berarti rancangan, berdasarkan pengertian di atas mendesain kurikulum berarti
menyusun rancangan atau menyusun model kurikulum sesuai dengan visi dan misi
satuan pendidikan.
Rusman (2008) terdapat
beberapa model dan desain kurikulum berdasarkan orientasinya :
1.
Berorientasi pada disiplin ilmu, yang
terdapat tiga bentuk organisasi kurikulum :
a.
Subject centered, bahan atau isi
kurikulum dibuat dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah.
b.
Correlated curriculum, yaitu mata
pelajaran tidak disajikan terpisah tetapi mata pelajaran lain yang memiliki
kedekatan dikelompokan menjadi suatu bidang studi.
c.
Integrated curriculum, hal ini tidak
lagi menampakkan nama-nama mata pelajaran atau bidang studi.
2.
Berorientasi pada masyarakat, terbagi
menjadi tiga
a.
The status quo perspective, diarahkan
melestarikan nilai-nilai budaya masyarakat.
b.
The reformist perspective, kurikulum
dikembangkan untuk lebih meningkatkan kualitas masyarakat itu sendiri.
c.
The futurist perspective, menekankan
kepada proses mengembangkan hubungan antara kurikulum dengan kehidupan sosial,
politik, ekonomi masyarakat.
3.
Berorientasi pada peserta didik, baik
dalam persfektif kehidupan anak dimasyarakat, persfektif psikologi
BAB III KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
Pengertian KTSP
Adalah
kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oeh masing- masing satuan
pendidikan (Mulyasa, 2006:19). Maka KTSP dikembangkan oleh kelompok atau satuan
pendidikan. Tujuan dan landasan penerapan KTSP ialah meningkatkan mutu
pendidikan melalui kemandirian inisiatif satuan pendidikan. Karakteristik KTSP
menurut Kunandar (2007:116) mengatakan :
1.
KTSP lebih menekankan pada aspek
pencapaian kompetensi peserta didik baik secara individual maupun klasikal.
2.
KTSP berorientasi pada hasil belajar dan
keberagaman.
3.
Penyampaian dalam pembelajaran
menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
4.
Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi
sumber belajar lainnya yang edukatif.
5.
Penilaian menekankan pada proses dan
hasil belajar dalam upaya penguasaan dan pencapaian suatu kompetensi.
Struktur
dan Muatan Kurikulum KTSP memuat mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan
pengembangan diri, pengaturan beban belajar, kenaikan kelas, penjurusan,
kelulusan, pendidikan kecakapan hidup, pendidikan berbasis keunggulan lokal dan
global. Semua itu merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh
oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran dalam satuan pendidikan.
Kurikulum Muatan Lokal dan Pengembangan Diri
Kurikulum
mulok dalam KTSP bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan,
dan sikap hidup kepada peserta didik agar memiliki wawasan yang mantap tentang
lingkungan dan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku. Dengan Muatan
lokal juga diharap dapat mengembangkan kompetensi serta keunggulan daerah.
Acuan Operasional Penyusunan KTSP
Acuan yang ditetapkan
oleh BSNP sebagai berikut :
1.
Peningkatan iman dan takwa.
2.
Peningkatan potensi, kecerdasan, dan
minat sesuai dengan tingkat perkembangan.
3.
Keragaman potensi karakter daerah dan
lingkungan.
4.
Tuntutan pengembangan daerah dan
nasional.
5.
Tuntutan dunia kerja.
6.
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni.
7.
Agama, karena negara kita majemuk
keberagamaannya.
8.
Dinamika perkembangan global.
9.
Persatuan nasional dan nilai-nilai
kebangsaan.
10.
Kondisi sosial budaya masyarakat
setempat.
11.
Kesetaraan jender.
12.
Karakteristik satuan pendidikan.
Implementasi Kurikulum KTSP
Implementasi
berarti penerapan, proses penerapan ide atau gagasan, konsep, kebijakan,
inovasi dala suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak baik berupa
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap (Mulyasa, 2009:1978). Implementasi
kurikulum adalah operasionalisasi konsep kurikulum yang masih bersifat
potensial atau tertulis, yang tersimpan dalam dokumen kurikulum, atau
konseptual kurikulum menjadi kurikulum actual yang nyata dalam bentuk kegiatan
pembelajaran.
Strategi
impelemtasi kurikulum KTSP terdapat tujuh, yaitu : 1) melakukan sosialisasi
KTSP, 2) menciptakan suasana kondusif di sekolah, 3) mengembangkan fasilitas
dan sumber belajar, 4) membina disiplin, 5) mengembangkan kemandirian kepala
sekolah, 6) mengubah paradigma pola pikir guru, 7) memberdayakan staf tenaga
kependidikan. Faktor-faktor Keberhasilan Implementasi KTSP diantaranya
menejemen sekolah, pemanfaatan sumber belajar, penggunaan media pembelajaran,
penggunaan strategi dan model pembelajaran, kinerja guru, panduan pelaksanaan
kurikulum dan monitoring pelaksanaan kurikulum.
Kesimpulannya
dalam KTSP memberikan keleluasaan satuan pendidikan untuk mengembangkan
kurikulum sesuai dengan potensi peserta didik, lingkungan dan daerah agar lebih
menonjol potensi kedaerahannya, tetapi mengacu pada acuan yang ditetapkan
seperti
1.
Peningkatan iman dan takwa.
2.
Peningkatan potensi, kecerdasan, dan
minat sesuai dengan tingkat perkembangan.
3.
Keragaman potensi karakter daerah dan
lingkungan.
4.
Tuntutan pengembangan daerah dan
nasional.
5.
Tuntutan dunia kerja.
6.
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni.
7.
Agama, karena negara kita majemuk
keberagamaannya.
8.
Dinamika perkembangan global.
9.
Persatuan nasional dan nilai-nilai
kebangsaan.
10.
Kondisi sosial budaya masyarakat
setempat.
11.
Kesetaraan jender.
12.
Karakteristik satuan pendidikan.
Tetapi
satu sisi sekolah/ guru juga harus bisa memanfaatkan sumber daya yang ada baik
potensi sekolah, sarana dan prasarananya serta mengembangkan materi ajar sesuai
dengan kebutuhan-kebutuhan tersebut dengan di adakannya seperti kegiatan
pengembangan diri atau muatan lokal.
BAB IV KONSEP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Definisi
belajar yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya :
1.
Moh. Surya (1997) belajar adalah suatu
proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh peribahan perilaku baru
sebagai hasil proses pengalaman individu.
2.
Crow & Crow (1958) belajar
diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru.
3.
Whiteringthon (1952) belajar merupakan
perubahan kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru
berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan.
Masih
banyak lagi pengertian belajar yang disebutkan di atas, Tetapi kesamaan dari
pengertian di atas adalah peribahan tingkah laku, yang memiliki ciri :
perubahan yag disadari dan disengaja (intensional), perubahan yang
berkesinambungan (kontinyu), perubahan yang fungsional, perubahan yang bersifat
positif, perubahan yang bersifat aktif, perubahan yang bersifat permanen,
perubahan yang bertujuan dan terarah, perubahan perilaku secara keseluruhan.
Pembelajaran
adalah suatu proses dimana lingkungan sesorang
secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah
laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus, atau menghasilkan respon dalam
kondisi tertentu. Pembelajaran merupakan sebuah sistem yang totalitas .
Teori
belajar menurut islam seperti yang disebutkan dalam al-Qur’an bahwa kemampuan
belajar merupakan sebuah karunia Allah Swt. Pentingnya belajar menurut
Al-Qur’an bahwa: 1) dengan belajar diberikan kemampuan lebih, yang membedakan
dengan makhluk lain. 2) Dengan belajar kita dapat memecahkan masalah yang
dihadapi. 3) Manusia dapat mengetahui dan memahami apa yang dilakukannya. 4)
dengan ilmu yang dimiliki dapat mengangkat derajat di mata Allah. Cara belajar
menurut al-Qur’an awalnya dilakukan dengan cara meniru ini awal masa fase
perkembangan bayi, pengalaman praktis dan trial error, berfikir dari proses trial
error tersebut manusia dapat mencari solusi bahkan sampai tuntas permasalahan.
Prinsip belajar menurut islam adalah motivasi, pengulangan, perhatian,
partisipasi aktif dan secara bertahap.
BAB V MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR
Motivasi Belajar, Pengertian dan Menurut Pandangan Islam
Motivasi
adalah daya dorong untuk melakukan sesuatu dalam memenuhi kebutuhannya.
Pengertian lain motivasi adalah suatu proses menggiatkan motif-motif menjadi
perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau
keadaan dan kesiapan dalam diri individu yag mendorong tingkah lakunya untuk
berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. (Utsman, 1993:23). Dalam
pandangan islam motivasi sering dikaitkan dengan istilah niat. Ada dua
pengertian niat, pertama niat yang bertujuan menentukan jenis perbuatan ibadah,
kedua niat yang bertujuan dengan kehendak yang ingin dicapai dari perbuatan
yang dilakukan.
Macam-Macam dan Fungsi Motivasi
Rusyan
(1998:120-121) menyebutkan motivasi dibagi menjadi dua, yaitu : motivasi
intrinsik yaitu motivasi yang hidup dalam diri peserta didik dan berguna dalam
situasi belajar yang fungsional. Motivasi ekstrinsik, ialah motivasi yang
disebabkan oleh faktor luar. Mengenai fungsi motivasi Nasution (2005)
mengemukakan 1) mendorong manusia untuk bebuat (penggerak/ motor), 2) menentukan arah perbuatan, yakni
kearah tujuan yang hendak dicapai, 3) menyeleksi perbuatan. Berbagai upaya guru
dalam membangkitkan motivasi belajar
Banyak
cara upaya seorang guru dalam memberikan motivasi, diantaranya :
1.
Memberi angka,
2.
Menumbuhkan kesadaran pada diri siswa
untuk mencapai prestasi yang baik,
3.
Memberi hadiah (reward),
4.
Kompetisi atau persaingan sehat,
5.
Memberi test,
6.
Mengetahui hasil kegiatan,
7.
Funishment,
8.
Memberi pujian,
9.
Menumbuhkan hasrat untuk belajar,
10.
Membangkitkan siswa dengan menghubungkan
pengalaman dimasa lampau,
11.
Tujuan yang diakui dan diterima baik
oleh siswa akan merupakan alat motivasi yang penting.
Prestasi Belajar
Secara
etimologis prestasi adalah hasil usaha. Syamsudin (1990:80) menjelaskan bahwa
yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah kecakapan nyata atau aktual yang
menunjukan kepada aspek kecakapan yang segara dapat didemonstrasikan dan diuji
karena merupakan suatu hasil usaha yang bersangkutan dengan bahan dan dalam
hal-hal tertentu yang dialaminya. Fungsi prestasi belajar adalah 1) indikator
kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki dan dikuasi siswa, 2) sebagai
pemuasan hasrat ingin tahu, 3) sebagai bahan informasi dan inovasi pendidikan,
4) sebagai indikatir intern dan ekstern dan institusi pendidikan, 5) dapat
dijadikan indikator terhadap daya serap kecerdasan peserta didik. Cara mengukur prestasi belajar dapat
digunakan dengan cara test. Dalam pendidikan formal test sangat penting, karena
pendidikan merupakan proses yang kompleks, memerlukan waktu, dana dan usaha
serta kerja sama berbagai pihak.
BAB VI. PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Perbedaan Pendekatan, Metode, dan Teknik Belajar
Pendekatan
pembelajaran sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan
melatari metode pembelajaran dengan cakupan teeoritis tertentu. Terdapat dua
jenis pendekatan 1) pendekatan yag berorientasi atau berpusat pada siswa, 2)
pendekatan yang berorientasi atau berpusat pada guru.
Metode
pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk tujuan
pembelajaran. Dengan kata lain metode adalah cara untuk mengimplementasikan
strategi yang telah ditetapkan.
Pendekatan
adalah titik tolak atau sudut pandang terhadap suatu proses pembelajaran, dan
tentunya berbeda dengan metode dan strategi. Pendekatan merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu strategi pembelajaran. Istilah lain yang sulit
dibedakan adalah teknik pembelajaran yang mana artinya suatu cara yang
dilakukan seseorang dlam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
BAB VII MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN
Pengertian Media Pembelajaran
Media
secara etimologis ialah perantara atau pengantar pesan. Gagne mengatakan media
pembelajaran adalah berbagai jeis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsang untuk belajar. Adapun kegunaan media dalam pembelajaran menurut
sardiman (1986) media memiliki kegunaan sebagai berikut:
1.
Memperjelas sajian pesan agar tidak
bersifat verbalitas.
2.
Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan
daya indera.
3.
Dengan media dapat mengatasi sikap pasif
siswa.
Jenis media
dikategorikan menjadi tiga :
1.
Audio (suara)
2.
Video (gambar)
3.
Audio-visual (gambar dan Suara)
Keterampilan dalam
memilih media pembelajaran sangat diperlukan, setidaknya ada beberapa hal yang
harus diperhatikan :
1.
Apakah media bersangkutan mempunyai
relevansi dengan tujuan pembelajaran?
2.
Apakah ada sumber informasi, katalog,
mengenai media yang bersangkutan?
3.
Apakah perlu dibentuk tim untuk meriviu?
4.
Apakah ada media di pasaran yang divalidasikan?
Pemanfaatan teknologi Informasi sebagai Media dan Sumber Pembelajaran
Teknologi
informasi merupakan hasil rekayasa manusia terhadap proses penyampaian
informasi dari pengirim ke penerima sehingga lebih cepat, lebih luas
sebarannya, dan lebih lama menyimpannya (Sidiq, 2009:4) Fungsi dan manfaat
Teknologi Informasi dalam pembelajaran memiliki banyak fungsi diantaranya :
meningkatkan keterampilan dan kompetensi, menjadi infrastruktur pembelajaran,
menjadi sumber dan bahan belajar, alat bantu dan fasilitas pembelajaran,
pendukung manajemen pembelajaran, sistem pendukung keputusan.
BAB VIII PENDIDIKAN AGAMA DI SEKOLAH
Pengertian Pendidikan Agama islam
Menurut
Mu’jam Al-Lughawy kata at-tarbiyat memiliki tiga akar :
1.
Rabba –yarbu – tarbiyatan yang memiliki
arti tambah dan berkembang. (Ar-Ruum : 39)
2.
Rabbi – yurabbi – tarbiyatan memiliki
arti tumbuh dan menjadi besar.
3.
Rabba – yurabbi – tarbiyatan memiliki
arti memperbaiki, menguasai urusan, memelihara, merawat, menunaikan,
memperindah, memberi makan, mengasuh, tuan, memiliki, mengatur dan menjaga
kelestarian dan eksistensinya.
Landasan
pelaksanaan pendidikan agama Islam adalah 1) landasan yuridis formal, yaitu
landasan yang berkaitan dengan dasar undang – undang yang berlaku pada suatu
negara , 2) Landasan psikologis, yaitu berhubungan dengan aspek kejiwaan, dan
3) Landasan religius, bersumber dari ajaran islam.
Fungsi dan Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan
pendidikan agama islam adalah sesuatu yang ingin dicapai setelah melakukan
serangkaian proses pendidikan agama islam di sekolah. Intinya menciptakan
manusia yang baik, berakhlak mulia dan berkepribadian muslim. Tujuan utamanya
adalah manusia yang beriman dan bertaqwa. Peran dan fungsi pendidikan agama
islam dalam membangun SDM tiada lain menciptakan kondisi masyarakat yang sejahtera,
adil dan makmur. Pendidikan islam memfasilitasi manusia untuk belajar dan
berlatih mengaktualisasikan segenap potensinya sebagai manusia yang kompeten.
Mengenai
peran dan fungsinya pendidikan islam membimbing dan memproses sumber daya
manusia dengan bimbingan wahyu hingga terbentuk individu dam memiliki
kompetensi yang memadai. Pendidikan islam memfasilitasi manusia untuk belajar
dan berlatih mengaktualisasikan segenap potensi yang dimilikinya. Dalam islam
dikenal istilah pendidikan sepanjang hayat. Pada intinya peran dan fungsi PAI
sangat penting keberadaannya, karena melalui PAI diharapkan muncul generasi
muda islam yang kaffah.
BAB IX PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES
Merupakan
suatu pendekatan yang menekankan pada pengembangan ketrampilan peserta didik
yang dilaksanakan dengan jalan melibatkan peserta didik dalam prosesnya
(Junaedi, 1988:50). Keterampilan proses adalah keterampilan seseorang untuk
mengembangkan apa yang sudah diperolehnya, kemampuan mengelola, serta
kesanggupan mengembangkan apa yang sudah diperolehnya. Karakteristik pendekatan
keterampilan proses, yaitu (Wijaya, 1992:187) :
1.
Menekankan pada pentingnya keberartian
(kebermaknaan) belajar untuk mencapai tujuan belajar memadai.
2.
Menekankan keterlibatan peserta didik
dalam proses pembelajaran, dan
3.
Menekankan bahwa proses belajar adalah
proses dua arah yang menekankan hasil belajar tuntas.
Hal yang
melatarbelakanginya, dapat diuraikan sebagai berikut :
1.
Perkembangan ilmu pengetahuan sangat
pesat, sehingga sebagai pengajar selayaknya dapat mengimbangi perkembangan ilmu
tersebut.
2.
Pada umumnya peserta didik mudah
memahami konsep yang sulit, rumit dan abstrak.
3.
Penemuan ilmu tidak bersifat mutlak,
tetapi bersifat relatif.
4.
Pembelajaran seyogyanya tidak dilepaskan
dari pengembangan sikap (attitude) dan nilai (value)
Kemampuan yang Dikembangkan
ialah 1) kemampuan mengamati, 2) mengklasifikasi, 3) menafsirkan, 4)
meramalkan, 5) menerapkan, 6) merencanakan penelitian, dan 7)
mengkomunikasikan.
Langkah-Langkah Pelaksanaan dalam Pembelajaran
Langkah – langkah
pendekatan keterampilan proses antara lain :
a.
Perencanaan :
1)
Merumuskan tujuan pengajaran
(instruksional)
2)
Menentukan kemampuan dasar (entering
behaviour)
3)
Menganalisis tujuan dan bahan pengajaran
4)
Menentukan metoda dan strategi
pengajaran.
b.
Melaksanakan kegiatan pengajaran
1)
Mengadakan pre test
2)
Menjelaskan mengenai tujuan dan materi
yang akan dibahas dalam pembelajaran
3)
Melaksanakan kegiatan pembelajaran
4)
Mengadakan post test
c.
Memberikan umpan balik
1)
Menyimpulkan dari pembahasan yang
dianggap penting
2)
Penutup dan pemberian tugas
BAB X STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Pengertian
Pembelajaran
kooperatif adalah usaha (pembelajaran) yang mengubah perilaku atau mendapatkan
pengetahuan dan keterampilan secara gotong royong, kelompok dan bekerja sama.
Definisi menurut para ahli dilihat dari segi terminologis :
1.
David dan Roger Johnson (2001), suatu
strategi pembelajaran dalam bentuk kelompok – kelompok kecil, dimana peserta
didik memiliki kemampuan berbeda, dengan menggunakan berbagai macam aktivitas
belajar untuk meningkatkan pemahaman terhadap materi.
2.
Baharudin (2007:116) ; bentuk
pembelajaran dengan membangun pengetahuan sedikit demi sedikit, kemudian
hasilnya diperluas. Pengetahuan tersebut harus diamati melalui pengalaman
nyata.
3.
Isjoni (2007:29); adanya keharusan
mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademis.
4.
Sanjaya (2006:239); suatu rangkaian
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok tertentu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
Kesimpulan
dilihat dari pengertian yang diutarakan para ahli di atas, pembelajaran
kooperatif adalah suatu pembelajaran yang dilakukan dengan bentuk kelompok –
kelompok kecil dalam mencapai tujuan dari pembelajaran tersebut sehingga
meningkat kemampuan siswa.
Alasan Implementasi Pembelajaran Kooperatif
Terdapat dua alasan
menurut Salvin (1995) :
1.
Dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial.
2.
Dapat merealisasikan kebutuhan siswa
dalam belajar berfikir, memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan
dengan keterampilan.
Anita Lie (2005:11),
mengharuskan sekolah – sekolah untuk lebih bermasyarakat, sehingga mampu
berinteraksi aktif dalam dunia yang cepat berubah dan berkembang pesat.
Tujuan Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif
Menciptakan
situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh
keberhasilan kelompoknya. Terdapat tiga tujuan pembelajaran kooperatif ;
1.
Hasil belajar akademik, mencakup tujuan
sosial, serta prestasi – prestasi siswa lainnya.
2.
Penerimaan terhadap perbedaan individu.
3.
Pengembangan keterampilan sosial,
seperti halnya bekerja sama dan kolaborasi yang bermuara pada tercapainya
keterampilan sosial.
Karakteristik dan Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Sanjaya mengatakan
(2006:242) ada beberapa karakteristik :
1.
Pembelajaran dilakukan dalam bentuk tim,
2.
Pembelajaran didasarkan pada manajemen
kooperatif,
3.
Adanya kemauan dan kemampuan untuk
kerjasama,
Prinsip pembelajaran
kooperatif, diantaranya :
1.
Prinsip saling ketergantungan positif,
bukan berarti ketergantungan terhadap peserta didik lainnya.
2.
Tanggung jawab perseorangan, hal ini
menuntut adanya akuntabilitas individu yang mengukur penguasaan bahan belajar
tiap siswa.
3.
Interaksi yang bersifat tatap muka,
kegiatan berdialog antar anggota kelompok.
4.
Keterampilan sosial.
5.
Proses kelompok.
Model-Model Pembelajaran Kooperatif
menurut Is Joni (2007:342), diantaranya Student
team achievement division (STAD), jigsaw, Group Investigation (GI), rotating
Trio Exchange, Group resume, Think – pair – Share, Numbered Head Together, dan
Decision Making. Mengenai tahapannya, Sanjaya (2006:246) terdiri dari empat
tahap, yaitu : 1) penjelasan materi, 2) belajar dalam kelompok, 3) penilaian,
dan 4) pengakuan tim.
Keunggulan dan Kelamahan Pembelajaran Kooperatif
Keunggulan Isjoni
(2007:24), mengatakan :
1.
Memudahkan siswa melakukan penyesuaian
sosial.
2.
Memungkinkan siswa saling belajar sikap,
keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan – pandangan serta memungkinkan
terbentuk dan berkembangnya nilai – nilai sosial dan komitmen.
3.
Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan
sosial.
4.
Menghilangkan sifat egois dan
egosentris.
5.
Menghilangkan sifat keterasingan dan membangun
persahabatan.
6.
Berbagi keterampilan sosial yang
diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan
dipraktekan.
7.
Meningkatkan rasa percaya kepada sesama.
8.
Meningkatkan kemampuan memandang masalah
dari berbagai persfektif.
9.
Meningkatkan keyakinan terhadap ide atau
gagasan sendiri dan menggunakan ide tersebut serta meningkatkan motivasi
belajar.
10.
Meningkatkan kegemaran berteman, tanpa
memandang perbedaan.
11.
Mengembangkan kesadaran tanggung jawab.
12.
Meningkatkan keterampilan hidup gotong
royong dan tenggang rasa.
13.
Memberikan harapan besar bagi
terbentuknya manusia dewasa yang mampu menjalin hubungan positif.
Kelemahan :
1.
Guru harus mempersiapkan pembelajaran
secara matang, memerlukan banyak tenaga, pemikiran dan waktu.
2.
Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan
biaya yang cukup memadai.
3.
Selama kegiatan diskusi kelompok
berlangsung ada kecenderungan meluas sehingga keluar dari topik.
4.
Saat diskusi kelas, terkadang didominasi
seorang siswa..
BAB XI STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Definisi menurut para
ahli, diantaranya :
1.
Sanjaya (2006:253) yaitu suatu pendekatan
pembelajaran yang menekankan keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan kehidupan nyata.
2.
E.B. Johnson (2002:14), merupakan sebuah
sistem pembelajaran yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap
pelajaran apabila mereka menangkap makna.
3.
Nurhadi (2003:1), ialah konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan materi dengan kehidupan nyata.
Landasan Pembelajaran Kontekstual
Yang mendasari menurut
Sanjaya (2001:112) :
1.
Belajar bukan menghapal, akan tetapi
mengkonstruksi pengetahuan sesuai pengalaman mereka.
2.
Belajar bukan sekedar pengumpulan fakta,
tapi didasarkan pada organisasi diri.
3.
Belajar adalah proses pemecahan masalah.
4.
Belajar adalah proses pengalaman sendiri
yang berkembang secara bertahap.
5.
Belajar hakikatnya menangkap pengetahuan
dari kenyataan.
Tujuan Pembelajaran dan karakteristik serta Prinsip Kontekstual
Proses
pembelajaran berjalan lebih efektif dan produktif serta bermakna, siswa dapat
mengembangkan kemampuannya secara mandiri. Penemuan makna merupakan tujuan dan
ciri utama pembelajaran konstektual. Karakteristik
pembelajaran kontekstual. Karekteristiknya diantaranya :
1.
Pembelajaran dilakukan dalam konteks
autentik
2.
Pembelajaran memberikan kesempatan pada
siswa untuk mengerjakan tugas – tugas yang bermakna.
3.
Pembelajaran dilakukan dengan memberikan
pengalaman.
4.
Pembelajaran dapat dilakukan secara
kelompok.
5.
Pembelajaran dilakukan secara efektif,
aktif, kreatif, produktif dan mementingkan kerjasama.
6.
Pembelajaran diciptakan membangun
kebersamaan.
7.
Pembelajaran dilakukan secara enjoy (menyenangkan).
Prinsip pembelajaran
konstektual diantaranya :
1.
Saling ketergantungan , dalam hal ini
siswa membuat hubungan bermakna, pemikiran kritis dan kreatif.
2.
Diferensiasi. Yaitu adanya dorongan –
dorongan kuat guna menghasilkan keragaman tak terbatas, sehingga hal ini
mencakup pembelajaran aktif (berpusat pada siswa).
3.
Pengaturan diri. Hal ini siswa
mengeluarkan seluruh potensi dan kemampuannya dalam mengembangkan materi yang
dipelajarinya dengan kehidupan nyata.
ANALISIS LAPORAN BUKU
Setelah
menuliskan laporan buku ini dan saya membaca bahwa memang dalam dunia modern
sekarang ini sebuah kurikulum harus bisa menyesuaikan dengan keadaan
perkembangan zaman saat ini, tetapi
dalam pengembangan kurikulum tersebut tidak terlepas dari nilai – nilai yang
telah ditentukan. Dalam KTSP ini sekolah diberi keleluasaan dalam mengembangkan
kurikulum menurut kemampuan dan kondisi suatu daerah dimana satuan pendidikan
tinggal. Bukan itu saja, dengan KTSP memberikan keleluasaan dalam mengelola
sumberdaya dan sumber dana serta sumber belajar yang dimiliki dengan
mengalokasikannya sesuai dengan karakteristik kebutuhan satuan pendidikan.
.
Sehingga diharapkan lulusan/ output pendidikan mencerminkan kompetensi lulusan
yang khas pada daerah tersebut. Guru terhadap pengembangan kurikulum, harus
responsif terhadap kegiatan pengembangan kurikulum, mengikuti dan patuh
kurikulum dan guru boleh menentukan isi kurikulum bergantung selera atau minat
sehingga kurikulum terus ditambah dan dilengkapi yang mengakibatkan
ketidakseimbangan dalam kurikulum. Sehingga dalam hal ini guru harus memounyai
inovasi agar senantiasa kurikulum terus selaras dengan kebutuhan masyarakat.
Khususnya
dalam proses pembelajaran seorang guru khususnya dalam pendidikan agama islam
harus kreatif dan inovatif menciptakan suatu metode, serta mengemas bahan
pembelajaran yang lebih menarik supaya dalam penyampaian materi berkesan
terhadap siswa, sehingga timbul motivasi belajar dalam diri siswa. Guru sebagai
pendidik dan pengajar harus fleksibel dan terbuka terhadap perkembangan IPTEK
di saat ini dan diselaraskan dengan kebutuhan apa dalam pembelajaran.
Mengenai
metode pembelajaran baik yang dibahas dalam buku ini maupun yang berada diluar
pembahasan buku, tidak semua metode berhasil seratus persen dan tidak semua dapat
dilakukan, tetapi seorang guru harus memilih dan memilah apa yang harus
dilakukan melihat situasi dan kondisi ruang lingkup belajar. Keterampilan
mengajar sangat menentukan keberhasilan dan kreatifitas guru dalam mengelola
bahan ajar dan pembelajaran serta mampu mengkondisikan keadaan suasana belajar
sehingga proses pembelajaran dapat berjalan sesua dengan tujuan yang
diharapkan.
Buku
ini dengan judul “Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam” sangat
menarik untuk dikaji sebagai bahan acuan dan referensi kita dalam pembelajaran
karena di dalam pembahasannya sangat memotivasi kita sebagai pendidik dalam
mengimplementasikan kurikulum pendidikan agama islam, yang mana islam tidak
menolak perkembangan teknologi, bahkan mengharuskan kita mengkaji, mengolah dan
memanfaatkannya dengan baik.
Tetapi
apabila kita mengikuti perubahan kurikulum sekarang yaitu “KURTILAS” (Kurikulum
2013), sebetulnya apabila dilihat dari isi kurikulumnya tidak jauh berbeda
dalam KTPS, tetapi dalam Kurtilas ini
merupakan pengembangan dari KTSP. Tujuan dari kurikulum pada intinya membentuk
manusia yang lebih baik secara umum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar